7

733 31 1
                                    

HAPPY READING

.

.

.

.

.

Zela meneliti tulisan yang barusan membuatnya merinding. Jari telunjuknya menelusuri garis darah itu ingin mengetahui apakah masih masah atau tidak. Dan ternyata itu sudah agak mengering walau masih sedikit lembab.

Jujur saja perasan Zela tak karuan, dari dulu sampai sekarang Zela sangat takut dengan hal yang mistis. Ia berfikir apakah dirinya sedang di ancam?

"Gabut bener tuh orang nulis beginian!" ucapnya meredakan ketakutanya.

Laku kembali ia meletakkan buku itu ke rak semula, Zela pikir kapan-kapan saja membaca buku itu, sekarang ia meraka takut bahkan merinding.

'Iya ... aku sedang menerormu.'

"HEH BABI! SIAPA SIH LO!! KUNTILANAK GENERASI KEBERAPA LO!" teriaknya sambil menunjuk kesembarang arah. Sungguh tidak ada akhlaknya.

Matanya menata sekeliling dari ruangan itu, menahan takut itu sungguh tak enak. Bahkan kakinya sampai bergetar.

'Ini aku, Azela.'

Kening Zela berkerut mencerna ucapan itu, berarti itu Azela. Perasaan yang takut perlahan-lahan memudar. Tangan yang semula berada di depan seperti siap meninju seseorang ia turunkan. Di samping pintu terdapat kursi, ia mendudukkan bokongnya disana.

"Kenapa lo nyeret gue!" tanya Zela to the point.

Sebenarnya Zela sendiri tak tau tepat dimana posisi roh Azela.

'Aku disini akan membantumu untuk kembali keraga aslimu.'

"Bagus, jangan lama-lama njeng. Gue gak betah sama tubuh lo, walau lo lumayan cantik. Tapi gue kangen sama tubuh tercinta gue."

'Tapi kau harus membantuku terlebih dahulu.'

Kening Zela berkerut, "bantu apa? Bantu lo jadi kaya? Kebalik njir!"

Sungguh jika saja Azela berwujud manusia bakalan ia geplak kepalanya pake guci kesayanganya. Sungguh mulut dan akhlaknya sangat miring.

"Apa cepetan, gue sibuk nih!"

Padahal sedari tadi dia sudah tidak membersikan kamarnya seperti apa yang ia rencanakan diawal.

'Kau harus membantu tubuhku terlepas dari pertunangan ini.'

Zela terdiam sejenak, otaknya dipaksa berfikir agar memahami apa yang di maksud oleh hantu roh sialan ini. Kalau ia pikir bukannya mereka ah bukan lebih tepatnya Azela yang sudah memutuskan pertunangan mereka?

"Bukannya udah lo lakuin pas masih di raga lo?"

Tak ada sahutan, bahkan sampai sepuluh menit ia menunggu tidak ada tanda-tanda hantu roh itu menyahut pertanyaannya.

"Lagi ngepet kali ya dia?"

* * * *

Sungguh otak Zela sangat terasa penat. Selesai berbicara dengan Hantu roh tadi, ia segera membersikan sisa-sis barang dikamarnya kemudian membersihkan badannya dengan mandi kembang tujuh rupa. Bercanda.

"Segernyaa ... kapan-kapan lagi gue bisa mandi sepuasnya di tempat mewah gini."

Ia merebahkan badannya pada kasur, tidak hanya otak dan pikirannya yang lelah, tapi badannya juga. Sungguh Zela ingin menangis, ia ingin kembali kepada keluarganya ia ingin kembali keraga aslinya.

"Kangen ...." gumamnya

Matanya menatap langit-langit apartemen, membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Andai saja ia ada kekuatan untuk mengetahui masa depan, ia bakalan siap sedia dengan bahaya.

Sejujurnya dari awal ia berada di tubuh Azela, perasaan aneh muncul, apa lagi jika di dekat Zaro hawa itu bakalan semakin kuat.

Apakah kali ini Zela harus memberanikan diri untuk ke dukun? Agar bisa dukun itu bisa mengembalikan jiwanya pada semula. Lagi pula Zela kasihan dengan Azela yang bergentayangan layaknya hantu.

Tapi hati kecilnya sangat takut dengan dukun, bahkan mendengar kata dukun saja ia panas dingin. Apakah ia fhobia dengan kata Dukun?

"Tapi dimana yak gue nyari dukun?"

"Buat apa nyari dukun?" Sahut seseorang tepat disampingnya.

Sedangkan Zela sendiri langsung bangun dari tidurnya kaget ada yang menyahut katanya. Dan lebih mengkesalkan, yabg menyahutnya adalah orang yang paling ia tak mau temui hari ini.

Yap, tebakan kalian benar, itu adalah Zaro. Dengan setelan kemeja kerjanya ia masih menatap Zela dengan senyuman manisnya.

"HEH Anjing gila! Ngapain lo disini!!" Bentak Zela, dirinya sangat bersyukur sebelum ia rebahan sudah memakai baju.

"Sangat kasar, saya tidak suka!"

"AP–mmhhhh."

Belum selesai ucapan yang akan dilontarkan Zela, Zaro langsung membungkamnya dengan bibir sexynya, lidahnya menjilat bibir dalam Zela. Tak mendapatkan balasan dengan kesal ia mengigit bibir bawah Zela sampai berdarah.

"Shhhs." Ringis Zeladi sela ciuman.

Setelah beberapa saat akhirnya ciuman itu terlepas, membuat Zela menghirup nafas sebanyak-banyaknya. Zaro sendiri melihat sang tunangan yang menghirup oksigen itu tertawa.

"Apa lo ketawa!"

Tangan Zela mengelap sisa air liur yang bercampur darah di bibirnya. Tapi sekali lagi ia tiba-tiba mendapat serangan dari Zaro yang menciumi leher jenjangnya.

"Ahh..." sungguh rasanya Zela ingin tenggelam ke lautan terdalam.

"Jangan memancingku ... sayang." Bisiknya lalu melanjutkan mengecup leher Zela tak lupa member tanda kepemilikan disana.

"LO YANG DULUAN ANJING!!" teriak Zela kencang dengan tangan mendorong Zaro.

BRUK!!

••••

Terima kasih banyak semuanya yang udah baca ceritaku ini, aku gak kepikiran banget kalau sampai masuk ke 8 fantasi, seneng banget😭😭

Terima kasih banyak buat semuanya yang udah baca, Vote, dan komen.

15.05
10, agustus 2023

Azela transmigrasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang