6

787 25 1
                                    

WARNING!!

21+

YANG DIBAWAH UMUR JANGAN BERADA DISINI, OKEE!!



Setelah selesai jalan-jalan dengan Anisa, Zela langsung pulang ke apartemennya bukan ke tempat Zaro.

Selama ia berada di tubuh ini hanya satu kali ia menginjakkan ke apartemennya. Zaro si manusia singa itu melarang Zela ke apartemennya dengan alasan, nanti ada yang culik.

Bahkan mungkin orang bakalan berfikir berkali-kali lipat untuk menculiknya, tidak ada gunanya menculiknya. Kecuali yang menculiknya itu ingin menjual organnya.

"Kalau di liat-liat nih kamar agak berantakan, Azela gue izin yak rubah tempat tinggal lo."

'Iyaa.'

"Anjing!"

Pandangan Zela mengelilingi ruangan apartemen mencari siapa orang yang berani masuk, tidak mungkin ia salah dengar suara tadi.

"Siapa lo!"

Tidak ada sahutan, membuat bulu kuduk Zela merinding. Ahh dia kembali berpositif thinking mungkin tetangganya, sedang ekhem.

"Baiklah, pertama-tama gue mau ubah dari kamar."

Langkah kakinya menuju kamar, melihat ada speaker musik, menyetel lagu Dj dengan suara lumayan kencang. Bermulai dari membersihkan sisa-sisa sampah tisu, makanan, dan kaleng. Kemudian beralih membersihkan lantainya. Selesai membersihkan lantai, kemudian ia beralih ke membersihkan rak-rak buku.

"Wah lo suka juga yah ternyata baca buku, dan WAAAHH ADA BUKU FAVORIT GUE!"

Melihat buku Favoritnya di kehidupannya dulu yang tak bisa ia beli, membuat Zela berteriak kesenangan.

Zela mendudukkam dirinya di depan rak buku, sambil membuka lembar demi lembar buku Novel itu. Ia akan membacanya setelah selesai bersih-bersih. Saat di lembaran terakhir, terdapat sedikit bercak darah.

Mata Zela melotot, "Darah siapa Njir!"

Di bagian bawah darahnya terdapat tulisan begitu kecil, membuat Zela mendekatkan bukunya agar bisa membaca tulisan itu.

"Hati-hati dengan tunanganmu!" Baca Zela.

Keningnya berkerut, maksud dari tulisan ini membuatnya bingung. Apakah ia harus berhati-hati agar tidak di perkosa? Atau bagaimana.

Karena dari sekian banyak ingatan yang hanya setengah di kasih oleh raga aslinya, yang paling berbahaya hanya kejadian dimana Zaro ingin memperkosanya. Zela kembali membalik buku itu, dan boom. Ada kejutannya.

****

Zaro menggaruk kepalanya dengan keras, mukanya memerah menahan amarah. Didepan kakinya sudah terlihat handphone yang sudah hancur akibar dilembarnya.

"Cari dia sekarang juga! Jangan sampai dia lolos!"

Zaro menghela nafas, memijit pangkal hidungnya, sungguh hari ini banyak sekali masalah. Baik dari kantor maupun di dunia gelapnya.

Zaro membuka handphone yang satunya lagi, dari wallpaper itu sudah bisa dilihat ada foto seorang gadis yang membelakangi kamera dengan keadaan yang tak memakai baju.

Bibirnya tersenyum tipis, raut wajah yang semula marah mulai memudar melihat foto itu, yah itu adalah Foto Zela saat ia mau memperkosanya. Ia mengambil itu untuk sebagai ancaman jika Zela memberontak.

"Ahh ... mine." gumamnya sambil mengelus sesuatu yang terasa sesak dibawah.

Entah mengapa sekarang setiap melihat Zela jantungnya berdebar kencang, dulu sebelum Zela meminta putus ia hanya merasakan itu hanya satu kali, saat melihat Zela menangis karena dikejar anjing.

Oke, anggap saja Zaro aneh. Melihat seseorang di kejar anjing malah membuatnya berdebar. Dengan tatapan Zela yang ketakutan dan tak lupa dengan tangisan yang memenuhi gendang telinganya.

Oh tidak lupa dengan pelukan Zela yang meminta pertolongan agar menjauhkan Anjing kesayangannya untuk tidak mengejar Zela lagi.

Mata Zaro terpejam, keringat membasahi rambutnya, bahkan sudah beberapa ada yang menetes.

"Ahhh ... Elaa," erangnya sambil memainkan sesuatu yang sudah beridiri tegak.

Tangannya terlihat naik turun dengan pelan dengan mulut yang terus mendesahkan nama Zela.

Pikiran Zaro kembali teringat saat ia ingin memperkosa Zela. Lekuk tubuh yang sangat menggoda imannya. Buah dada yang begitu bulat dan padat, membuatnya ingin kembali merasakan kelembutan gunung kembar itu.

"Enghh ... ahh yes ..."

Desahan itu yang semula kecil menjadi lebih nyaring. Bahkan tak ragu Zaro mengangkat sebelah kakinya diatas meja, sambil mengocok kemaluannya dengan cepat.

Bisa dilihat kemaluannya sangatlah tegang, dan sudah berkedut, membuat Zaro semakin mempercepat kocokkannya.

"Ahhh  ... Zela .... aku keluar sayang!"

Setelah mengatakan itu, keluarlah carian menyembur banyak pada meja dan juga lantai. Matanya kembali terpejam menikmati pelempasan tersebut.

••••••

Oh no! Keringat dingin nulisnya T_T
Siapa disini yang pengen dipanggu Zaro?

Sabtu, 18 Mei 2024

Azela transmigrasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang