3

1.1K 40 0
                                    

Setelah selesai dengan urusan anak tidak waras tadi, Zela memutuskan untuk pergi ke orang yang menjual es kelapa.

Slruupp

"Ahh, gila seger banget!" Mata Zela terpejam menikmati rasa segar yang mengalir ditenggorokannya.

Dari tempatnya duduk, bisa dilihat sudah ada beberapa puluh orang yang berdatangan, membuat Zela tak lagi ingin berada disana. Mungkin Naluri dari perasaan Azela asli yang kurang menyukai keramaian.

Zela memandang hamparan laut yang berwarna biru dengan suara obak yang terus terdengar. Mengingat pertemuannya dengan Kaizo membuatnya mengingat dengan anggota keluarganya.

Zela sangat merindukan sosok mamanya yang selalu ada disampingnya. Air mata Zela terjun bebas ke pipi, tak perduli pada orang-orang menatapnya ia terus menangis.

Apa yang aku lakukan disini, ini bukan ragaku, aku gak mau di raga ini – Batin Zela sangat menolak dengan takdir barunya ini.

Kedua tangannya menghapus sisa air matanya kemudian menatap tajam kedepan, "Oke, bagaimana pun gue harus bisa balik ke raga gue!" 

"Ha?" Bapak-bapak yang menjual kelapa terkejut mendengar ucapan Aneh dari gadis di depannya ini.

"Mbak, mbak kabur dari RSJ kah?" ucapnya takut

Mata Zela membola mendengar ucapan sang penjual kelapa itu, masa dirinya ini dikatain kabur dari Rjs.

"Iya," Bales Zela malas, kemudian meninggalkan bapak itu.

****

"Apa gue harus ke dukun yah?" Gumamnya dengan tangan yang di dagu.

"Tapi nanti di anggap gila lagi!" Kesalnya sambil menghentakkan kakinya dengan kesal.

"Kalau gini gimana caranya gue balik bangsat! Gue gak terima ini semua! Masa ia gue harus ninggalin kehidupan gue sebelumnya yang sangat aman damai dan tentram sih!"

Kali ini gadis yang sudah dianggap gila oleh penjual kelapa tadi — Zela, mendudukkan dirinya di kursi taman. Kakinya sudah mengencang alias pegal akibat terlalu jauh berjalan.

Tangan Zela terulur untuk mengurut kedua kakinya dengan pelan, sesekali mulutnya meringis di sela omelannya itu.

"Gue gak rela, apa lagi kalau nanti si lucnut itu ada pacar! Gak bakalan gue biarin tuh anak!" Mulutnya terus mengomel akan kejadian ajaib yang menimpanya ini.

Kalau tidak salah, saat ini dirinya berada sabgat jauh dari negara aslinya. Saat pertama kali ia mengetahui tentang dirinya yang bertransmigasi, langsung mengecek keadaan raga lamanya.

Tapi sayangnya tak ada berita yang mengenai tentang kecelakaan tersebut, sehingga membuat Zela sangat bersedih. Tapi dirinya tak pantang menyerah, ia mencari akun ig temannya dan ternyata dirinya dinyatakan koma.

Sempat beberapa waktu lalu ia meminjam ah tidak lebih tepatnya memakai komputer Zaro diam-diam lalu melacak CCTV yang berada dekat dengan rumahnya, tetapi sangat sepi.

"Ngapain disini?" tanya seseorang membuyarkan lamunan Zela.

Mata orang itu menatap kearah mata Zela yang memerah dan sedikit bengkak, membuat perasaannya gelisah takut jika Zela kenapa-kenapa.

"Ela, saya bertanya, kamu ngapain disini? Dan kenapa mata kamu merah?" tanya Zaro datar.

Ya orang itu Zaro, setelah selesai dengan urusannya tadi, ia segera menemui tunangannya yang nakal itu. Tapi dirinya dikejutkan oleh penampilan tunangannya yang sangat kacau.

"Gak pa-pa, gue cuma capek," jawab Zela sekenanya. Ia sangat malas berbicara dengan orang di depannya ini.

"Gendong!"

Zela tak sanggup lagi berjalan kaki, mangka dari itu ia menyuruh tunangannya ini menggendongnya.

Zaro langsung dengan cepat menggendong Zela menuju ke mobil yang jaraknya lima meter dari mereka.

"Apa alasan lo mau jadiin gue tungangan lo?" tanya Zela

"Bukannya kamu sudah tau?"

***

Di sebuah kamar bernuansa biru muda, ada seorang gadis yang mengguling-gulingkan badannya Frustasi memikirkan apa yang menjadi beban otaknya sejak beberapa jam yang lalu.

Zela memikirkan perkataan Zaro yang mengatakan bahwa dirinya tahu alasannya Zaro menjadikan tunangannya. Tapi Zela merasa tak tahu. Jujur saja dirinya tak perduli dengan urusan sang tubuh ini. Ia hanya berfokus agar dirinya bisa kembali ke raga aslinya. Bahkan jika perlu membuat mesin perpindahan jiwa, maka dirinya akan membuatnya, tapi sayang otaknya tak sepintar itu.

Jam sudah menunjukkan pukul 2 dini, tetapi matanya masih saja tak mau tertidur, ini pasti akibat dari ucapan Zaro yang membuat beban pikirannya, jiwa kepo Zela meronta-ronta ingin tahu kejadiannya, tapi ia juga tak berhak tau, karena dirinya hanya orang asing.

"Cukup Zela, jangan perduliin tentang kehidupan raga ini. Sekarang cukup cari tau cara agar bisa balik ke tubuh gemoy lo!"

Cklek

Pintu terbuka menampakkan wajah seseorang dengan muka bantalnya, "Tidur!" tegasnya, tapi hanya di tatap kosong oleh Zela. Sengaja, biar Zaro pusing akan perubahan Zela.

Tapi bukannya pergi, Zaro malah masuk dengan mengunci pintunya. Langkah kakinya menuju ke ranjang Zela. Sedangkan Zela yang semulanya bersikap santai lantas langsung mendudukkan diri menatap tajam kearah Zaro.

"Ngapain lo disini! Keluar tai!"

Sungguh orang di depannya ini membuat Zela muak, perlu kalian ketahui Zela membenci cogan, bukan tanpa alasan. Dalam otaknya sudah tertanam sejak dini, kalau orang ganteng itu bahaya, entah untuk dari segi fisik maupun mentalnya. Jadi bisa tau kenapa Zela membenci Zaro, karena tampan, ah tidak tapi terlalu tampan.

"Saya mau membuat baby sama kamu malam ini," senyuman manis langsung terbit dimuka tampan Zaro tak lupa memberikan kedipan membuat Zela merinding.

•••••••

Rada gak jelas gak sih?
Btw, kalau gak salah, awal chapter Zaro pake bahasa Saya-kau, sekarang di ubah jadi Saya-kamu.

Apa perlu di ubah menjadi sayang-sayangan?
Oh iya, makasih juga ya yang udah Vote dan komen, semoga kalian menikmati cerita ini.

See you.

02.05
Sen, 26 juni 2023

Azela transmigrasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang