HAPPY READING GUYS
.
.
.
.
.
Helaan nafas sudah berkali-kali terdengar tapi masih belum bisa menetralkan jantungnya, keringat dingin bercucuran sepelas ia memimpikan itu.
Memimpikan orang yang sama.
"Mau dia apa sih? Gue ngerasa dia kek bego banget, kalo mau mati ya mati hidup ya hidup," gerutunya sambil beranjak dari kasur.
Matanya menatap kearah jendela, warna orange menembus masuk kedalam ruangan. Zela tak menyangka ia tidur selama itu, padahal ia merasa hanya tidur sebentar.
"Padahal bukan gue yang mau di tubuh dia, tapi kenapa gue yang ribet," lirihnya.
Jujur saja ia tidak ingin sama sekali berada di tubuh orang asing seperti saat ini. Walau kehidupannya yang dulu tidak semewah sekarang, tapi ia tetap bersyukur.
"Ya tuhan ... pengen balik ketubuhku."
Bahkan air matanya menetes begitu deras mengingat sebegitu kangennya dengan kehidupan yang lama.
Hanya beberapa menit ia menangis, Zela tak ingin kembali mengingat hal membuatnya sedih. Matanya kembali melirik kearah jendela, warna orange masih tertampang jelas jam dinding menunjukkan pukul 17.50
"Bener kata orang tua, ga boleh tidur sore, ini nih akibatnya."
Zela ingat dulu dikehidupan lamanya, ia dilarang tidur sore dengan alasan pamali, ia sendiri tak tau apa akibatnya kalau tidur sore dan ia hanya menginguti apa yang tidak boleh di langgar.
"Dahlah, mending gue jalan-jalan, mumpung masih terang."
• • • • •
Menikmati senja adalah hal favorit Zela dari dulu, bahkan digaleri ponselnya hanya penuh foto senja dan langit biru, ia begitu mencintai yang namanya langit dan awan.
Saat ini ia sedang berjalan-jalan mengelilingi jalanan disekitar rumahnya, kali ini ia tak membawa ponsel untuk mengabadikan moment, sekarang ia hanya ingin menikmati dengan mata telanjangnya.
Decak kagum sudah berkali-kali keluar dari mulu Zela, bahkan ia sampai tak menyadari jika ada seseorang berdiri tepat di belakangnya.
"Hai," sapanya, membuat Zela terkejut.
Mood Zela seketika berubah, dirinya sangat tidak suka dikagetin, tapi beda lagi kalau ia yang ngagetin orang, hehe.
Zela membalikkan badan, seketika terkejut dengan orang yang berada di belakangnya, "lah, pak Teo ngapain disini?"
Zela ingat sekali, kalau rumah yang ia kunjungi tadi pagi sangat jauh dari kompleks ini. Tidak mungkin kan Pak Teo segabut itu jalan-jalan kesini?
"Saya ingin bertemu kamu," ucap Pak Teo to the point
Kening Zela mengerut, "buat apa, Pak?"
Bukan menjawab, Pak Teo malah terkekeh melihat wajah Zela yang bingung. "Entah, mungkin saya kangen kamu?"
Syok
Zela syok berat, kepalanya seketika pening. Ia tak tau membalas apa, otaknya berfikir keras seakan-akan mengatakan "serius ini gue digombalim om om?"
"Hah?" Hanya itu yang keluar dari mulu Zela.
Lagi dan lagi, Pak Teo tertawa melihat respon Zela yang kebingungan dan juga canggung?
Pak Teo berdehem, "Saya bercanda ... saya kesini ingin memastikan kamu baik-baik saja, dan ada sesuatu yang ingin saya sampaikan sama kamu."
Raut wajah Zela berubah menjadi serius, "Apa itu , Pak?"
"Sebelum itu mari ikut saya, tidak baik berbicara di pinggir jalan seperti ini."
Tak lama setelah mengatakan itu ada sebuah mobil berhenti depan mereka, Pak Teo mempersilahkan Zela masuk kedalam mobil. Di dalam mobil sama sekali tidak ada yang berbicara, semuanya sibuk dengan pikiran masing-masing.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 20 menit, mobil itu berhenti tepat disebuah rumah makan, dilihat lumayan banyak pengunjung yang ada di dalam, bahkan bangunannya bertingat.
Tangan Zela menghitung berapa tingkat rumah makan itu, "Wow ... ada lima lantai, njir."
Pak Teo menarik tangan Zela memasuki Rumah makan itu, sebelumnya Ia telah memesan tempat untuk mereka berdua agar bisa berbicara dengan serius (VIP)
"Silahkan pesan apa saja yang kamu mau, saya traktir."
Mata Zela berbinar mendengar kata Traktir, sungguh ia sangat senang jika ditraktir. Setelah memilih beberapa makanan mereka kembali pada topik awal yang ingin mereka bicarakan.
Pak Teo mendekat sembari berbisik, "Tubuhmu dalam bahaya. Bahkan jiwamu."
Mata Zela seketika membola, menatap Pak Teo yang perlahan mundur darinya, senyum tipis dari Pak Teo terlihat.
Jiwa? Apa yang dimaksud dengan jiwa. Otak Zela berfikir keras, tidak mungkin dukun didepannya ini mengetahui tentangnya secepat itu. Bukankah semua butuh proses? Bahkan jika ingin menyantet seseorang juga perlu proses.
"Maksud Bapak apa?" tanya Zela khawatir.
"Dia ... mengincar tubuhmu, kamu harus segera kembali ke tubuhmu." ucap Pak Teo.
▪︎ ▪︎ ▪︎ ▪︎ ▪︎
Aneh ga siii?
Moga ga melenceng😭😭🙏Happy reading ya semuanyaa
21.21
Minggu, 11 februari 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Azela transmigrasi
Teen FictionWARNING CERITA DEWASA!! DIBAWAH UMUR MENJAUH!! "Wah!" "keren-keren, gue jadi bisa ngerasain Transmigrasi!" Azela Kaylin, gadis berusia 20 tahun, yang tiba-tiba bertransmigasi pada tubuh seorang cewek yang anti-sosial. Dan Na'asnya cewek itu adalah...