9

442 25 0
                                    

HAPPY READING GUYS

.

.

.

.

.

"AAAAAAA!!"

Setelah teriakan itu hanya terdengar suara air yang berombak. Mata Zela terasa perih, ia mencoba menutup matanya tetapi tak bisa. Bahkan saat dirinya ingin berenang ke atas ia tak bisa, seperti ada yang menahan kakinya.

Dalam keadaan mata yang perih, dari bawah kakinya bisa ia lihat ada sebuah tangan yang memegang kedua kakinya, kedua tangan itu perlahan-lahan naik sampai tepat pada bahu Zela.

Sosok bersambut panjang dengan wajah yang pucat, membuat mata Zela membola, ingin teriak tapi tidak bisa, bahkan nafasnya hampir habis. Sosok yang berada tepat dihadapannya tersenyum lebar.

'KENAPA KAU ADA DI TUBUHKU!'

Jantung Zela berdetak kencang sepelas teriakkan itu menggema dalam pikirannya.

'KELUAR DARI TUBUHKU!'

Sekali lagi teriakkan itu menggema bersamaan dengan pergerakkan mulut dari sosok yang berada di hadapannya itu. Zela memberontak, berusaha melepaskan diri dari cengkramannya.

Mulutnya ingin berteriak tapi hanya membuat Nafasnya semakin menipis. Kepalanya mulai pusing, badannya terasa panas. Sekali lagi sosok itu tersenyum lebar melihat Zela yang sekarat.

'Kuberi waktu sampai tiga bulan, jika kau masih berada di tubuhku, maka kau akan mati.'

Setelah mengatakan itu, Zela langsung tak sadarkan diri, dengan perlahan-lahan badannya mengambang disungai mengarah ketepian.

*****

Di sebuah rumah sakit besar di kota itu, terdapat seorang gadis yang terbaring dengan wajah yang pucat bahkan bibirnya sedikit membiru.

Tangannya bergerak sedikit, "Ukhuk ...ukhuk ...." terdengar suara batuk dengan mata yang perlahan-lahan terbuka.

Beberapa orang menghampiri gadis yang terbatuk itu, dengan raut yang khawatir ia berlari dari luar ruangan.

"Nona sudah sadar. Segera telfon tuan besar!" Perintah seseorang berpakaian serba hitam.

Seseorang yang diperintah segera menghubungi tuan mereka dan menjelaskan semua kejadian dari awal sampai akhir kepada tuan besar mereka, agar tak khawatir. Mereka sengaja tak memberi tahu dari awal karena tuan mereka sedang ada Rapat penting.

Setelah setengah jam menunggu akhirnya yang mereka panggil tuan besar yang tak lain adalah Zero. Langkah kakinya begitu cepat saat melewati lorong rumah sakit.

Setibanya tepat di depan ruang Zela, ia melayangkan pukulan pada bawahannya yang ia tugaskan untuk menjaga gadisnya.

"KAMU TIDAK BECUS MENJAGA TUNANGAN SAYA!"

Sekali lagi pukulan melayang di wajah orang itu membuat giginya patah dengan hidung ya g berdarah.

"Bawa dia pergi dari sini."

Langkah kakinya memasuki ruangan itu, saat pertama kali ia masuk keruangan itu, ia melihat Zela yang merenung dengan wajah yang pucat. Bahkan jika seseorang lewat di samping jendela kamar rawat inapnya, mengira Zela itu hantu.

"Sayang, kamu baik-baik saja?" Kedua tangan Zaro memegang pipi Zela dengan lembut.

Bisa Zaro rasakan pipi gadisnya terasa dingin, menurut laporan yang ia dengar, Zela tenggelam hampir 30 menit. Dalam hati ia terus memikirkan cara terbaik untuk anak buahnya menerima hukuman yang setimpal karena lalai menjaga Zela.

"Gak pa-pa." gumamnya pelan.

Zaro menghela Nafas pelan sambil mengusap kepala Zela dengan lembut, "kamu sudah makan?" tanya Zaro sekali lagi yang hanya di jawab gelengan.

"Saya pesankan makanan, kamu jangan tidur dulu. Saya tau kamu belum makan dari tadi pagi." titahnya kemudian mengambil ponsel memesan makanan.

Zela sendiri hanya menatap Zaro sekilas, ia masih memikirkan siapa yang berteriak dan yang menariknya dalam air. Seingatnya dulu ia pernah mendengar suara dari Azela asli, tapi kaliamtnya tak sejahat tadi.

Seingatnya dulu Azela yang asli baik, kalau yang tadi? Galaknya minta ampun. Bahkan mengingatnya saja membuat tubunya merinding. Kalian pasti bertanya-tanya kenapa ia menganggap sosok yang ada di danau tadi itu adalah Azela yang asli?

Yups

Karna ia menginginkan Zela keluar dari tubuh Azela berarti sosok tadi arwah Azela yang masih ingin meneror Zela.

Saat pandangannya mengarah ke arah Zaro. Ia dapat melihat kantung matanya yang terlihat menghitam. Saat ini posisi Zaro sedang merebahkan kepalanya di samping tubuh Zela.

Tangan Zela terangkat untuk menyentuh rambut lembut dari tungangan tubuhnya sekarang. Entah kenapa kadang-kadang perilaku dari Zaro membuatnya berdebar. Seperti saat dirinya di cium olehnya, apa karna faktor dikehidupam sebagai Zela ia tak pernah di cium?

"Gantengnya." gumam Zela sambil tersenyum tipis.

Air matanya mengalir, entah karena apa ia sangar iri dengan kehidupan Azela yang dicintai oleh Zaro. Walau ia tau awalnya Zaro sama sekali tak mencintainya. Rasa iri tambah membesar saat ia sudah di tubuh Azela cinta Zaro semakin membesar.

Ia hanya berfikir, kapan dirinya akan di cintai dengan hebat seperti itu. Sebagai Zela yang dulu, sungguh mustahil dirinya di cintai lawan jenis dengan alasan Fisik.

Mata Zaro yang semula terpejam, perlahan-lahan terbuka menatap mata indah milik Azela yang sedang mengeluarkan air mata.

"Kenapa menangis, hm?" Tangan Zaro segera menghapus air mata Zela.

Zela menatap mata Zaro dengan gugup, ia menahan rasa jantungnya yang seakan-akan ingin meledak.

"Kalau gue bukan seorang Azela, apa lo bakalan tetap cinta sama gue?"

*****

22.17
12, Kamis 2023

Azela transmigrasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang