11

293 8 0
                                    

Mau nangis rasanyaaa, cerita yang udah di tulis tiba-tiba ilang huhuu.

Happy reading yaa

.

.

.

.

.

Ia meragukan supir taxi itu, ini salahnya bertanya pada orang tak dikenal, bagaimana jika ia ditipu oleh supir taxi itu. Ingin rasanya ia kabur tapi ia tak bisa menggunakan mobil dan ia tak tau ini daerah mana.

Setelah supir taxi bilang ingin memanggik temannya, Zela menunggu didalam mobil Taxi, perasannya campur aduk, entah ia harus bagaimana. Jantungnya berdebar kencang berfikir bagaimana jika supir taxi itu berbohon dah merencanakan sesuatu.

Dalam saku hoodienya terdapat jepit kuku yang ada seperti pisau kecil di tengahnya memegangnya dengan kuat. Dari dulu ia memang sering membawa jepit kuku seperti itu berjaga-jaga jika ada bahaya yang menghampirinya.

Selagi menunggu supir taxi itu ia merapikan rambutnya yang sedikit berantakan, saat ia melihat kembali kearah rumah itu, ia dapat melihat dua orang berjalan santai menuju kearahnya.

Untuk ukuran supir taxi, orang yang tak ia ketahui namanya itu cukup tampan, bahkan temannya yang ia bawa juga tak kalah tampan, dapat ia perkirakan umurnya mungkin sekitar 28 atau 29 tahun.

Melihat mereka berdua semakin mendekat, Zela keluar dari mobil lalu menghampiri mereka berdua, senyum tipis terbit di bibirnya.

"Mbak ini teman saya, Namanya Teo, dia dukun yang sangat terkenal saat masa SMA." ucap supir taxi itu diakhiri tawa.

Teo yang dari tadi menatap kearah Zela seketika melotot mendengar ucapan sang teman. "Matamu!" Terdengar setelah itu pukulan yang lumayan keras dibagian pundak Supir taxi itu.

Supir taxi yang bernama Kevin itu tertawa renyah, sungguh ia senang sekali menggoda temannya itu. Sebenarnya Teo bukanlah seorang dukun, ia hanya seorang yang mempunyai kelebihan yang peka dan dapat melihat sesuatu yang tak bisa dilihat semua orang.

"Perkenalkan nama saya, Azela. Salam kenal Pak Teo," ucapnya sambil mengulurkan tangannya

"Salam kenal, saya Teo. Ngomong-ngomong ada perlu apa mbak mencari dukun?"

Zela menatap mata Teo, "Saya minta nomer wa kamu, nanti saya atur jadwal buat membicarakan apa keperluan saya." Sambil memberikan kertas dan pulpen

Teo mengangguk menyambut kedua benda itu, setelah menulis ia memberikan kertas itu kepada Zela. Tapi, saat ingin memegangnya tangan Zela ditarik mendekat kearah Teo.

"Orang asing," bisiknya pelan.

▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎

Setelah selesai dari rumah Pak Teo, ia kembali kerumahnya sendiri, ia tak ingin selalu berada di apartemen Zaro, yang ada Nanti perawannya pecah dengan cepat.

Berdekatan dengan orang mesum seperti Zaro membuat bulu kuduk Zela selalu merinding memikirkan bagaimana ia diperkosa.

Saat ini Zela ingin mandi, badannya terasa sangst lengket, bahkan badannya masih sedikit lemas. Dalam kamar mandi, ia masih memikirkan bagaimana caranya ia kembali ke dunia aslinya.

Sangat tidak nyaman berada ditubuh orang tak dikenal, bahkan ia tak mengenal siapapun disini. Setiap waktu ia merasa takut, takut jika orang sekelilingnya adalah orang jahat.

"Kenapa ya gue ngerasa ada yang aneh."

"Gue masih bingung siapa yang nyeret gue kesini, mustahil jiwa gue nyasar aja," gumam Zela saat ia sudah selesai mandi.

Sekitar satu jam berada dikamar mandi, Zela merasa mengantuk berat, ia merebahkan dirinya ke kasur.

"Huuh capek banget, padahal cuma pergi kerumah Pak Teo." Tak lama kemudian matanya terpejam.

▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎

"KEMBALIKAN TUBUHKU JALANG!"

Terdengar teriakan menggema terdengar melengking membuat seseorang terbangun dari tidurnya. Ia menutup telinganya yang terasa sakit setelah mendengar teriakan itu.

Zela menatap sekelilingnya, gelap gulita. Jantungnya berdegub kencang saat tak sama sekali melihat sesuatu.

"TOLONG DIMANA INI TOLONG!!" teriak Zela kencang, tetapi tak lama terdengar tawa yang melengking kembali.

"HHAHAHA BERTERIAKLAH SEPUASMU JALANG!! AKU TAK AKAN MENGEMBALIKANMU SEBELUM KAU MEMBERIKAN TUBUH ITU KEPADAKU."

Air mata Zela membasahi pipi, saat ini ia sungguh sangat takut, bukan hanya pada sosok itu tetapi ia juga phobia dengan kegelapan. Bahkan ia merasakan tubuhnya terasa mandi keringat.

"Tolong kamu siapaa jangan ganggu aku." Lirih Zela.

Sebuah tangan muncul tepat depan mukanya, mengelus kepalanya pelan, perlahan-lahan tangannya turun mencengkram pipi Zela.

"AKH!!" pekik Zela kesakitan.

Muncul sebuah wajah berada tepat di depannya, terlihat sangat pucat, rambutnya menutupi sebagian wajahnya. Seringai mengerikan itu yang ia lihat pertama kali.

"Ku beri waktu sampai tiga bulan, jika kau tidak keluar pada tubuh ini, aku akan menghabisimu!!"

︎▪︎▪︎▪︎▪︎

OKE OKE ... kali ini partnya dikit aja yaa, nanti kalau ada waktu aku double update.

12.22
Kamis, 25 januari 2024

Azela transmigrasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang