01

5.9K 295 28
                                    

Bunyi gucuran air terdengar di indra pendengaran seorang gadis, tubuh dan seragam sekolah nya basah akibat air keruh sisa mengepel lantai. Begitu membuka mata ia langsung disuguhi pemandangan 3 orang gadis SMA dengan dandanan yang terlalu berlebihan untuk pelajar berdiri dihadapannya, salah satu diantara mereka memegang ember yang sepertinya digunakan untuk menampung air kotor yang digunakan untuk menyiram nya

"Apa hari ini hanya segini?" Sepertinya dia adalah ketua di geng nya jika dilihat dari penampilannya yang berlebihan dan dua orang disampingnya yang begitu patuh padanya

Sang korban hanya diam, melihat hal tersebut membuat mereka jengkel karena merasa diabaikan dan gadis yang menjadi pemimpin mereka menjambak rambut yang menjadi korban penindasan dengan erat.

"Lo ngabaiin gue hah?!" Teriaknya dihadapan gadis bersurai hitam yang menjadi korban

Setelah terdiam beberapa saat gadis bersurai hitam yang dijambak menyeringai kemudian berdiri tegak melepaskan jambakan dirambutnya dengan kasar lanjut memandang satu persatu kearah gadis yang menindasnya dengan tatapan datar sambil mengusap bagian belakang kepalanya yang basah

*Untuk sekarang hanya segini saja, aku tidak tahu situasi nya dan tidak ada cctv di toilet, akan merepotkan kalau mereka yang keluar dengan memar* Batin gadis bersurai hitam dengan iris Ruby setelah memahami sedikit situasi yang dialaminya

"Wah wah wah, lo berani sekarang?" Tanya gadis bersurai merah muda yang menjadi salah satu bawahan gadis bersurai warna warni. Ketua kelompok penindas nya sekarang

Si surai hitam dengan iris Ruby mendorong anak bersurai merah muda itu hingga terjatuh ke lantai dingin toilet perempuan, kedua temannya terkejut melihat hal itu sontak gadis bersurai hijau membalas perbuatan si iris Ruby namun terhenti kala perutnya mendapat serangan yang cukup menyakitkan dari tendangan korban penindasan nya. Tidak terima bawahannya di perlakukan seperti itu gadis bersurai warna warni mengarahkan kedua tangannya ke kepala pelaku hendak menjambaknya lagi tapi terhenti dikarenakan tamparan kuat yang mendarat di pipi berbalut make up tebalnya.

Kini posisinya berbalik, korban yang selalu mereka tindas lah yang kini menjambak rambut gadis bersurai warna warni, menatap datar gadis itu kemudian berucap kalimat dingin yang mampu membuat para penindas nya merinding

"Untuk sekarang kalian harus bersyukur cuman segini" Dia pun berjalan meninggalkan toilet perempuan yang menjadi TKP penindasan yang dilakukan siswi SMA

Hal pertama yang dicari nya adalah ponsel, setelah mendapati benda pipih tersebut di saku rok seragam sekolah nya iapun langsung saja membuka ponsel yang tidak terkunci itu.

*HP Iph*one, cantik juga wajahnya, waktu nya sama seperti di dunia ku.* Setelah melihat pantulan dirinya di ponsel ia kembali melanjutkan pikiran nya *Walaupun tidak masuk akal tapi sepertinya aku memang mengalami transmigrasi, wajah ku berbeda, bahasa yang digunakan sekarang bahasa Jepang, sekolahnya juga seperti yang ada di anime*

Dia melihat kondisi sekolahnya dari jendela sambil berjalan, dan setiap ia berpapasan dengan murid lain dia pasti akan mendapat tatapan sinis atau cemohan.

*Miya (Name), sepertinya dia korban penindasan. Tidak ada yang menyukai nya disekolah, untung tadi aku tidak asal tonjok* Gadis bernama (Name) melihat nomor telepon yang berada di kontak tubuh yang ditempati nya sekarang, menghubungi supir yang akan menjemput nya pulang karena tidak mungkin ia melanjutkan pelajaran dengan seragam basahnya, lagipula ia tidak tahu dimana kelasnya, sekarang saja ia hanya berjalan tak tentu arah menuju gerbang sekolah

"Oi (Name)! lo mau kemana?" Mendengar namanya dipanggil ia pun membalikkan tubuhnya guna mengetahui sosok yang memanggilnya barusan, laki-laki dengan rambut pirang tegak yang diwarnai merah muda di ujungnya serta bulu mata lentik dan kulit eksotis. (Name) pura-pura mengenalinya saja berharap mendapat sedikit informasi mengenai dirinya atau dunia yang ditinggalinya sekarang.

NPC novel BLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang