*five.⁠✧

124 22 3
                                    

Setelah makan mereka pun mulai menanggapi cerita dari Nindya.

"Menurut gw, Shaka ga mungkin kaya gitu kalo lo ga ngapa-ngapain dia." Ujar Nara.

"Kaya gimana?" Tanya Nindya.

"Ya berdebat hal yang ga penting kaya gitu." Ujar Nara.

"Iya, biasanya kalo di usik dia langsung hajar lo ga peduli cewe atau cowo ini kok engga?" Ujar Dira.

"Tapi menurut gw lo tetep harus hati hati sama dia, bisa aja dia nunggu waktu yang tepat buat hajar lo." Ujar Alya.

"Kayanya ada sesuatu yang bikin Shaka gamau hajar lo deh, secara lo pacar ketos sekaligus ketua geng." Ujar Mala.

"Tapi ga mungkin deh, biasanya dia tetep hajar yang ngusik tanpa lihat lawannya." Ujar Dira.

"Kalo yang Raden itu, menurut gw kayanya dia tertarik sama lo deh nin." Ujar Alya.

"Halah, mana ada kaya gitu." Ujar Nindya.

"Loh, Raden itu cuek sama orang lain nin, kecuali sama teman-temannya itu pun ga pernah pake nelfon segala dan temannya rata-rata cowo." Ujar Mala .

"Iya kaya ga mungkin banget kalo ga tertarik sama lo dia sampe nelfon nelfon lo nanyain dimana lagi." Ujar Dira.

Nindya hanya bisa menghela nafas pelan ketika mendengar jawaban teman-temannya.

"Yaudah deh, udah sore nih, gw juga ini mau di jemput sama Nagara." Ujar Nindya.

"Yaudah kalo gitu kita pulang setelah lo dijemput." Ujar Mala

Nindya dan teman-temannya keluar dari cafe tersebut menunggu Nagara menjemput Nindya.

"Duh kok lama ya." Pikir Nindya.

"Mungkin bentar lagi sampe." Ujar Alya menenangkan

"Nah itu tuh." Ujar Dira sambil menunjuk Nagara.

Setelah melihat Nagara yang sudah datang disana dan memberikan helm kepada Nindya. Keempat orang itu berpamitan kepada Nindya untuk pulang.

"Nin, kita duluan ya." Ujar Mala.

"Hati-hati ya kalian." Ujar Nindya.

Nindya mulai menaiki motor Nagara, dan Nagara langsung menarik tangan Nindya agar memeluk pinggangnya.

"Ish Naga mah modus." Ujar Nindya keras.

"Ga modus, kalo jatuh gimana?" Ujar Nagara.

"Iya deh ga modus." Ujar Nindya.

"Gimana kalo kita jalan jalan sebentar, mumpung masih sore nih, gw juga udah bilang sama bunda lo." Ujar Nagara.

"Boleh deh, jalan jalan kemana?" Ujar Nindya.

"Ntar lo juga tau." Ujar Nagara dan dibalas Nindya helaan nafas.

Setelah cukup lama menempuh perjalanan akhirnya mereka sampai pada sebuah pantai yang indah, namun pantai itu sepi hanya mereka berdua yang ada disana.

Mereka berjalan beriringan dengan tangan Nindya yang sedang digenggam oleh Nagara.

Mereka duduk berdua di pasir pantai, dengan kepala Nindya berada di bahu Nagara. Mereka berdua menikmati indahnya senja berdua.

"Yaya." Panggil Nagara.

"Kenapa??" Jawab Nindya.

"Senja itu indah, tapi jangan kaya senja ya yang indahnya cuma sesaat aja." Ujar Nagara.

Setelah mengucapkan kata-kata seperti itu, Nagara mengeluarkan sebuah kotak yang isinya kalung dengan permata biru.

Nagara memberikan kotak kalung itu kepada Nindya agar memegangnya, Nindya masih tak paham dengan kata-kata yang di ucapkan Nagara dan tidak paham dengan Nagara yang memberikannya kalung secara tiba-tiba.

Nindya menerima kotak kalung itu, dan melihat permata kalung yang berwarna biru itu, biru adalah warna kesukaan Nindya.

"Itu buat siapa?" Ujar Nindya.

"Buat orang cantik di depan gw ini." Ujar Nagara.

Nindya menatap Nagara tidak percaya, dia sangat bingung dengan hatinya saat ini, Nindya dengan bingung menatap sekeliling dan ternyata yang ada di depan Nagara adalah dia seorang.

"Buat yaya?" Ujar Nindya tidak percaya.

"Iya cinta, gw pakein ya." Ujar Nagara sambil memakaikan kalung tersebut ke leher Nindya.

"Cantik banget naga kalungnya." Ujar Nindya.

Nindya yang senang pun langsung memeluk badan Nagara dan menikmati indahnya senja bersama. Pantai dan senja akan menjadi saksi bisu cinta Nagara ke Nindya.

Saat senja sudah mulai hilang Nagara mengajak Nindya pergi untuk makan malam bersama sebelum pulang kerumah masing-masing.

"Kita pulang ya, udah malam, ga baik angin malam buat lo." Ujar Nagara sambil menggandeng tangan Nindya.

"Okayyy, lets gooo." Ujar Nindya bersemangat.

"Lucu banget pacar gw jadi pengen gigit." Ujar Nagara.

"Heh." Ujar Nindya sambil memukul punggung Nagara.

"Kita makan dulu ya? Terus pulang." Ujar Nagara.

"Boleh deh." Ujar Nindya.

"Yaya lagi pengen makan apa?" Tanya Nagara.

"Mau nasgor." Jawab Nindya

"Yaudah kita cari nasgor." Ujar Nagara.

Nindya dan Nagara mulai berjalan ke arah motor Nagara, Nagara memakaikan helm kepada Nindya dan memakaikan jaketnya kepada Nindya agar tidak kedinginan.

Nagara terkekeh melihat Nindya yang tenggelam dalam jaketnya, kecil banget pacar gw, batin Nagara.

Nagara mulai melajukan motornya untuk pergi ke resto, namun belum sampai resto pundak Nagara di tepuk oleh Nindya dan menunjuk warung nasgor yang berada di pinggir jalan.

"Nagaa, mauuu nasgor ituu." Ujar Nindya.

"Oh itu? Oke." Ujar Nagara yang membelokkan motornya dan memarkirkannya di pinggir jalan.

Nagara melepaskan helm Nindya lalu menggandeng tangan Nindya dan mereka mulai memesan nasgor yang akan mereka makan pada malam hari ini.

"Nasgor nya 2 ya bang." Ujar Nagara.

Mereka pun mulai duduk dan menunggu nasgornya jadi, banyak orang yang berbisik-bisik tentang Nagara. Namun Nagara hanya acuh saja.

"Jangan di dengerin mereka iri tuh." Bisik Nagara di telinga Nindya.

"Ish Nagaa." Ujar Nindya sambil mendorong bahu Nagara pelan.

Tak lama nasgor mereka pun jadi, mereka memakan dengan santai sesekali Nagara melihat Nindya yang makan seperti anak kecil, belepotan.

Melihat Nindya yang belepotan Nagara dengan sigap menghilangkan nasi yang ada di sudut bibir Nindya. Setelah makan dan bayar mereka langsung pulang.

"Enak ga nasgornya tadi???" Tanya Nindya.

"Enak kok, apalagi makannya sama kamu." Ujar Nagara yang gombal.

"Apasih gombal terus hari ini." Ujar Nindya.

Tak berselang lama mereka sampai di pekarangan rumah Nindya, Nindya langsung turun disamping Nagara agar Nagara bisa membuka helm nya, dan Nindya langsung mengembalikan jaket Nagara.

"Makasih ya nagaa, udah jemput aku terus udah ajak aku jalan jalan makan, aku suka kalungnya." Ujar Nindya.

"Sama sama yaya, gw seneng kalo lo suka kalungnya." Ujar Nagara sambil mengelus rambut Nindya lembut.

"Sana masuk, udara malem ga baik buat lo." Ujar Nagara.

"Ngusir?" Tanya Nindya sambil mengerucutkan bibirnya.

"Engga, udah malem terus tidur ya, gw nanti mau ke markas dulu nongkrong sama anak-anak." Ujar Nagara memberi tahu.

"Hati-hati ya naga." Ujar Nindya.

Ketika melihat Nagara pulang Nindya pun masuk kerumahnya dengan semangat.

"Assalamualaikum bunda, Abang." Ujar Nindya

"Waalaikumsalam, adek udah pulang." Ujar bundanya

"Darimana aja lo?" Ketus abangnya dengan berkacak pinggang.

EpochTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang