☆゚⁠.⁠*⁠・⁠。゚thirty eight☆゚⁠.⁠*⁠・⁠。゚

29 4 0
                                    

Mendengar suara Raden yang lumayan keras Nindya mengangkat kepalanya dan melihat Raden dengan kantung mata yang terlihat sangat jelas. Sungguh Raden sangat mengkhawatirkan kondisi Nindya saat ini.

Ketika melihat ada Raden di sebelahnya, Nindya hanya mengangkat alisnya untuk bertanya mengapa Raden ada disini, mereka memang satu kelas namun Raden tidak lagi duduk sebangku dengan Nindya karena Nindya yang meminta nya.

"Nin, lo gapapa?" Tanya Raden sambil memegang pipi Nindya.

"Gapapa Den, Ngapain kok kesini?" Jawab Nindya sambil menepis tangan Raden pelan.

Nindya langsung memalingkan wajahnya ketika melihat Raden memperhatikannya, ia tidak mau ada yang melihatnya seperti ini.

"Nindya, kalo ada apa-apa itu cerita jangan di sembunyiin sendiri, gw tau sekarang pasti ada masalah kan?" Ujar Raden.

"Engga Den, ga ada apa-apa lagi pengen sendiri aja." Jawab Nindya.

Mendengar jawaban Nindya, Raden tidak ingin terlalu memaksa Nindya untuk menceritakan masalahnya. Namun tidak untuk saat pulang sekolah nanti.

"Nanti pulang sekolah sama gw." Ujar Raden.

"Gak, nanti mau naik bus kayak biasanya." Ujar Nindya.

"Gw ga terima penolakan Nindya." Ujar Raden penuh penekanan.

Nindya yang mendengar ucapan Raden hanya bisa menghela nafas nya pasrah, jika dia sudah berhadapan dengan Raden akan susah untuk tidak menurutinya atau Raden akan marah dengan dirinya dan itu akan semakin memperkeruh suasana.

Bel pulang yang ditunggu semua siswa-siswi telah berbunyi, Raden menyusul ke bangku Nindya dan mengajak Nindya ke parkiran. Melihat mata lelah Nindya Raden menjadi tidak tega jika melihat Nindya seperti ini. Mata yang selalu memancarkan sinar kebahagiaan sekarang meredup.

"Pake jaket gw ya." Ujar Raden sambil memakaikan Nindya jaket nya.

Nindya hanya diam menuruti perkataan Raden karena jika dirinya menolak itu sama saja dia akan buang-buang energi.

"Kita ke taman dulu ya, gw mau beli es krim buat lo." Ujar Raden yang dibalas anggukan kepala oleh Nindya.

Motor yang dikendarai oleh Raden sudah sampai di taman kota yang tidak terlalu ramai mungkin karena bukan weekend. Meskipun pengunjungnya tidak ramai tetep disana ada yang berjualan es krim.

"Mang beli es krim yang tiga rasa nya satu ya." Ujar Raden kepada sang penjual.

Setelah mendapatkan es krim, Raden membayar nya dan berjalan ke arah bangku taman di tengah kota itu. Raden duduk dan memberikan es krim itu untuk Nindya. Sama hal nya dengan Nindya, dirinya hanya mengikuti hal yang dilakukan oleh Raden dan menerima es krim itu.

"Sekarang lo harus cerita sama gw." Ujar Raden.

"Apa yang harus gw ceritain Den? Ga ada." Ujar Nindya.

"Pasti ada sesuatu yang lo sembunyiin dari kita kan." Ujar Raden yang dibalas gelengan kepala.

Habis sudah kesabaran yang Raden miliki, dirinya tidak bisa di diamkan seperti ini.

"LO KENAPA SIH NIN?!" Bentak Raden.

"STOP DEN LO GATAU APA YANG GW RASAIN." Bentak Nindya.

"GIMANA GW BISA TAU KALO LO GA CERITA." Balas Raden membentak.

Nindya masih tidak menyangka jika Raden akan membentak dirinya, salah satu hal yang paling ditakutkan oleh Nindya. Air mata yang ditahan Nindya mulai meluruh.

Raden yang melihat Nindya menangis menjadi merasa bersalah. Raden menarik Nindya kedalam pelukannya dan mengelus punggung yang bergetar itu.

"Maaf Nin gw kelepasan, Nin gw tau lo rapuh, gw tau pundak lo ga sekuat itu untuk nerima semuanya, jadi tolong ceritain ke gw siapa tau bisa bantu lo, pundak gw masih kuat buat tempat sandaran lo nin." Ujar Raden.

"Gw bingung Den harus ambil keputusan yang mana, rasanya gw ga sanggup buat melangkah lagi, gw capek Den. Gw kemarin liat Nagara jalan sama cewek lain setelah itu Nagara ga ada nemuin gw sama sekali sampai sekarang, jauh dari kejadian itu gw di jodohin sama seseorang Den, gw bingung harus gimana." Ujar Nindya sambil memukul pelan lengan Raden.

Raden menghiraukan pukulan Nindya karena baginya itu tidak ada apa-apanya, Raden menyimak cerita dari Nindya. Raden juga merasa sakit ketika mendengar bahwa Nindya di jodohkan dengan seseorang.

"Sama siapa nin? Bilang ke gw." Ujar Raden yang menahan rasa cemburunya.

"Gw di jodohin sama Shaka." Ucap Nindya dengan lirih.

Hancur sudah hati Raden, dirinya tidak menyangka bahwa Nindya akan di jodohkan dengan orang terdekatnya sendiri. Namun Raden harus tetap menerima itu, setidaknya seseorang yang dijodohkan dengan Nindya bukan seseorang yang buruk.

"Dari kapan? Kenapa ga cerita sama gw nin?" Tanya Raden yang mulai lirih.

"Udah dari lama Den, gw memutuskan untuk merahasiakan ini karena gamau ada yang tau, tapi sekarang lo udah tau Den." Ujar Nindya yang mulai merasa tenang.

"Lain kali jangan rahasia-rahasiaan gini, gw gasuka." Ujar Raden.

"Lalu apa yang bikin lo diem dari kemarin?" Tanya Raden.

"Gw sakit hati sama Nagara Den, kenapa dia bisa ngelakuin itu." Ujar Nindya.

Mendengar cerita dari Nindya dia merasa emosi sekaligus sakit. Dia akan membalas perbuatan Nagara, ya dirinya akan membahas permasalahan ini dengan geng nya.

Mendengar helaan nafas dari Raden, Nindya mendongakkan kepalanya untuk melihat wajah Raden. Raden mengelus kelopak mata Nindya ketika melihat mata Nindya sembab.

"Es krim nya di makan dulu biar hatinya baikan ya." Ujar Raden.

"Lo mau?" Ujar Nindya.

"Makan aja." Ujar Raden.

Nindya mulai menikmati es krim yang sudah di belikan oleh Raden, ya hatinya sudah merasa lebih baik sekarang. Dengan iseng Nindya mendekatkan es krimnya ke arah Raden dan tidak sengaja mengenai hidungnya.

Nindya tidak bisa menahan ketawanya karena melihat wajah Raden yang belepotan karena es krim itu. Sedangkan Raden tidak merasa kesal karena baginya melihat Nindya senang itu juga membuatnya senang meskipun dirinya yang akan menjadi korban.

"Hust Nin udah-udah, kita pulang mau? Atau masih mau jalan-jalan?" Tanya Raden.

"Mau pulang aja Den." Jawab Nindya.

Berkat adanya Raden hatinya sudah menjadi lega karena sudah bercerita tentang masalahnya.

"Yaudah yuk." Ujar Raden yang berjalan di depan Nindya.

Nindya hanya mengikuti langkah Raden yang berjalan menuju motornya. Raden mengantarkan Nindya pulang sebenarnya Raden masih ingin mengajak Nindya untuk berkeliling kota namun dirinya tidak mau memaksakan kehendaknya dulu.

"Den gamau masuk dulu?" Tanya Nindya.

"Ga Nin, gw mau langsung ke basecamp aja." Ujar Raden.

"Ohh iyaa, jaket lo, hati-hati yaaa." Ujar Nindya sambil mengembalikan jaket Raden yang dipakainya.

Setelahnya Raden melajukan motornya menuju ke basecamp Phoenix karena ingin memberitahu tentang Nagara. Dirinya ingin sekali melihat bagaimana respon Shaka ketika mendengar berita tersebut.

Raden sudah sampai di depan basecamp, dirinya langsung masuk ke dalam dan duduk di antara teman-temannya.

"Habis nganterin Nindya Den?" Tanya Bagas.

"Iya, kok tau?" Tanya Raden yang penasaran.

"Tadi ga sengaja ngeliat kalian di taman." Ujar Bagas.

"Kenapa?" Tanya Shaka yang menatap Raden dingin.

"Hah? Apanya yang kenapa?" Tanya Raden yang kebingungan.

"Nindya kenapa?" Ujar Shaka.

"Ga kenapa-kenapa ka." Jawab Raden kepada Shaka.

Raden mencoba untuk merahasiakan hal ini dari semua temannya, dan dirinya akan mengurus masalah Nindya sendiri. Setelah ini dirinya akan pergi ke markas slyhter untuk menemui Nagara.

EpochTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang