⊰twelve⊹ฺ

73 15 2
                                    

"Tolongin Raden ya, bawa dia ke markas aja." Ujar Nindya.

Shaka hanya menganggukkan kepalanya dan berlalu dari hadapannya dengan berlari.

Nindya yang melihat Shaka sudah pergi pun duduk disana dengan sedih karena merasa bersalah kepada Raden.

Tanpa sengaja Nindya mengeluarkan air matanya karena merasakan nyeri di bagian kakinya dan banyak darah yang keluar dari kakinya.

Tak berselang lama ada Rajen dan Shaka yang menghampiri Nindya yang sedang menunduk. Shaka mengangkat dagu Nindya untuk melihat matanya.

"look at my eyes, gausah sedih Raden gapapa." Ujar Shaka sambil melihat mata sembab Nindya.

"Bukan itu ka." Ujar Nindya.

"Terus?" Tanya Shaka.

"Kakinya sakit banget." Ujar Nindya yang ditanggapi Shaka kekehan kecil.

"Mau gw gendong?" Ujar Shaka.

"Gamau, nanti ada Nagara." Ujar Nindya.

"Yaudah dituntun aja ya?" Ujar Rajen.

"Boleh." Ujar Nindya.

Nindya mulai berdiri dan tangannya dilingkari dua lengan kekar milik Rajen dan Shaka. Namun dia sangat kesulitan berjalan akhirnya Shaka langsung menggendong Nindya bridal style.

"AAAA SHAKAA TURUNIN GA." Ujar Nindya kaget.

"Gamau, lo lama kalo jalan." Ujar Shaka.

Meskipun punggung Shaka di pukul oleh Nindya itu tak masalah baginya karena itu bukan apa-apa. Tak berselang lama mereka sampai di markas dan Rajen membuka pintu untuk Shaka lewat.

Anggota Phoenix yang melihat sang ketua menggendong seorang perempuan pun menatap keheranan. Sejak kapan ketua nya mau memegang perempuan, batin mereka.

"Turunin ih." Ujar Nindya yang malu karena di lihat oleh anggota Phoenix. 

"Kenapa sih, ribut banget dari tadi di gendong." Ujar Shaka.

"Malu loh diliatin." Ujar Nindya.

Setelah mendengar ucapan Nindya Shaka menatap tajam anggotanya agar tidak melihat Nindya. Yang ditatap hanya memalingkan muka dan menyibukkannya diri.

"Turunin, gw mau ke Raden." Ujar Nindya.

"Ck, iya iya." Ujar Shaka sambil menurunkan badan Nindya di dekat Raden.

Shaka meninggalkan Raden dan Nindya lalu kembali lagi dengan membawa kotak p3k untuk mengobati luka Nindya.

"Mana luka lo?" Tanya Shaka.

Mendengar pertanyaan Shaka Nindya menunjukkan kakinya yang terluka dan Shaka mengangkat kaki itu di atas paha nya terlihat paha mulus Nindya yang terbuka.

"Oh damn, tutup mata kalian, sampe ada yang liat gw habisin lo semua." Perintah Shaka.

Dengan cekatan Shaka membuka jaketnya lalu menutupi paha mulus Nindya dengan jaket itu. Bagaimanapun Shaka hanyalah seorang lelaki biasa.

"Den, mana tangannya yang tadi? gapapa? lo gabisa nyetir nanti." Cerocos Nindya panjang lebar kali tinggi.

"Gapapaa nindyaa, gw bisa nyetir tangan satu tenang aja." Ujar Raden.

"Beneran? Tapi bahaya den." Ujar Nindya.

"Nindya gw anterin aja, lo tidur sini." Ujar Shaka.

"Sama gw aja gapapa ka." Ujar Raden.

"Nanti ada apa-apa di jalan, malah besok gabisa masuk, udah biar Nindya di anterin Shaka aja." Ujar Rajen.

"Yaudah deh, gapapa nin?" Tanya Raden kepada Nindya.

EpochTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang