Pagi hari yang cerah ini Nindya sudah berjalan di halaman sekolah, dia di antar oleh Arjuna karena Arjuna sudah tidak sibuk.
Tak lupa Nindya menggunakan jaket pemberian Shaka pada malam itu, dia merasa tidak asing dengan lelaki yang berjalan di depannya.
Nindya berusaha menyamakan langkah kakinya dengan lelaki itu, dan dugaan Nindya benar, lelaki itu adalah Raden.
"Radennnnn." Panggil Nindya.
Namun Raden seperti tidak biasanya, Raden tidak menyahuti omongan Nindya dan tetap berjalan.
Nindya merasa heran dengan sikap Raden hari ini, tidak biasanya Raden mendiamkan dirinya, dan menurut Nindya dia pun tidak membuat salah kepada Raden.
Raden berjalan memasuki kelas dan berjalan ke bangku teman sekelasnya, Raden menyuruh temanya agar tukar tempat duduk dengan dirinya.
"Lo pindah sana, gw mau disini." Ujar Raden.
Sedangkan teman sekelas Raden ketika mendengar ucapannya langsung bergegas untuk mengemasi barangnya dan berpindah duduk di belakang Nindya yaitu bangku Raden.
Nindya merasa tak beres dengan sikap Raden pagi ini, entah mood nya kurang baik atau dia sedang ada masalah.
Nindya berjalan menghampiri Raden yang sedang duduk disana, Nindya duduk di bangku depan Raden yang kebetulan kosong.
Nindya melihat tatapan Raden yang tajam kepada dirinya ingin mengurungkan niatnya bertanya, namun Nindya harus tau mengapa Raden seperti ini.
"Den, kenapa?" Ujar Nindya lembut namun tidak ada sahutan.
"Raden lo kenapa? Ada masalah?" Tanya Nindya namun Raden tetap diam.
"Raden, kalo ada masalah itu cerita jangan gini." Ujar Nindya sambil menepuk bahu Raden.
Raden yang emosinya tidak terkontrol dengan sigap menepis tangan Nindya dari bahunya. Raden bukanlah orang seperti Shaka yang bisa menahan emosinya.
"Gausah deket-deket, gw lagi pengen sendiri." Ujar Raden datar dengan mata tajamnya yang masih melihat ke mata Nindya.
Ketika melihat tatapan mata yang tajam itu mengarah kepadanya, baru pertama kali ini Nindya ditatap seperti itu oleh Raden.
Nindya yang takut dengan Raden memutuskan untuk kembali ke bangkunya dan duduk termenung memikirkan apa yang telah di lakukannya sehingga Raden bisa se marah ini.
"Nin." Panggil Mala.
"Woy Nindya." Panggil Alya ngegas sambil mengguncang bahu Nindya.
"Apa?" Jawab Nindya yang tersadar mereka sudah datang.
"Ngapain ngelamun? Mikir apa?" Tanya Dira.
"Engga, ga ada." Ujar Nindya.
"Kok Raden pindah kesana? Biasanya juga gamau pisah sama lo." Ujar Nara.
"Kalian berantem?" Ujar Dira.
"Engga." Ujar Nindya.
"Kalo misal kalian berantem, di selesai in dulu baik baik jangan gini." Ujar Alya menasehati.
"Tapi kita ga berantem Al." Ujar Nindya.
"Kalo kalian ga berantem, ga mungkin Raden pindah tempat duduk nin, dan ya lo tau sendiri Raden gapernah mau di jauhin sama lo." Ujar Mala.
"Huh iya deh." Ujar Nindya yang mulai pusing dengan sikap Raden kepadanya.
Belum selesai mereka ngobrol tiba-tiba kelas yang semula rame menjadi senyap, Nindya melihat situasi ternyata ada ketua OSIS dan anggota yang lain masuk kelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Epoch
Fiksi Remaja"Jangan jadi senja yang indahnya hanya sesaat." "Your'e mine, forever will be mine." "Gw tau lo, gw temen kecil lo." "Kalo ada apa-apa bilang ke Abang, Abang bakal ada selalu buat adeknya Abang." "Gw gamau ngerepotin kalian dengan masalah gw." Ep...