*ten⁠.⁠✧

82 17 1
                                    

"Jangan tatap gw kaya gitu nin, makin suka nanti." Ujar Raden namun Nindya hanya menanggapi dengan tawanya.

"Maaf ya den sekali lagi." Ujar Nindya.

"Gapapa nin, lo ga salah, setelah gw ngomong kaya gitu kita tetep kaya biasanya ya." Ujar Raden.

"Iyaaa denn, kita harus kaya biasanya lagi." Ujar Nindya.

Nindya dan Raden keasikan ngobrol tidak menyadari bahwa perahu yang mereka tumpangi sudah menepi, mereka yang menyadari itu pun hanya tertawa bersama.

Raden dan Nindya berjalan beriringan menuju keluarganya yang sedang duduk di atas tikar, Nindya duduk di sebelah Arjuna dan menyenderkan kepalanya ke baju Arjuna.

"Bang, pulang jam berapa?" Ujar Nindya.

"Habis ini pulang kok nin." Ujar bang Arjuna.

"Emm, Bun Raden izin bawa Nindya buat jalan-jalan ya, udah janjian soalnya." Ujar Raden kepada bunda Kirana.

"Bawa aja den, daripada di rumah terus, gitu aja pake izin biasanya juga langsung kan?" Ujar ayah Abimana.

Mendengar omongan ayah Nindya mereka semua tertawa. Nindya pun melihat Raden penuh tanya.

Matahari sudah berada di atas kepala mereka dan merasakan hawa yang lumayan panas namun sejuk karena mereka sedang dibawah pohon yang rindang.

Nindya melihat abangnya memakan snack pun tergoda ingin memakannya juga.

"Bang, mintaaa." Ujar Nindya.

"Minta apaan lo?" Ujar Arjuna.

"Mauu snack nya, suapinn." Ujar Nindya.

"Ambil sendiri sana nin, masih banyak." Ujar Arjuna.

"Mau yang ini, males jalan loh." Ujar Nindya manja.

"Duh, gini katanya udah gede Bun." Ujar Arjuna.

"Hahaha, ternyata masih kecil." Ujar Kirana.

Mereka semua tertawa karena tingkah Nindya yang masih seperti anak kecil, meskipun Nindya sudah mengerti baik dan benar, mengerti solusi untuk masalahnya, Nindya akan menjadi anak kecil ketika berada di rumahnya dan berkumpul bersama keluarganya.

"Sini Abang suapin." Ujar Arjuna membujuk Nindya yang ngambek.

"Gamau, makan sendiri aja sana." Ujar Nindya ketus.

"Sini sayangku, Abang suapin." Ujar Arjuna.

Arjuna menyuapi sang adik dengan sayang agar adiknya ini tidak ngambek lama-lama kepada dirinya, Raden yang melihat itu hanya terkekeh gemas meskipun hatinya panas.

Namun Nindya bukanlah orang yang rasa kesalnya bisa hilang dengan cepat meskipun sudah dibujuk.

"Nindya mau sama kak Utari aja." Ujar Nindya sambil pindah ke samping Utari.

Utari sangat sayang kepada kedua adiknya ini, Utari berharap bisa menjaga kedua adiknya semampunya, Utari pun berharap bisa menjadi kakak yang baik untuk kedua adiknya.

Tak terasa waktu siang tadi sudah berubah menjadi sore, mereka semua memutuskan untuk pulang dan sesuai janji Raden dan Nindya pergi berdua untuk berjalan-jalan.

Raden membawa mobil sendiri karena dia sudah mahir mengendarai dan sudah memiliki SIM sehingga aman ketika dia membawa mobil sendiri.

Dan tujuannya membawa mobil sendiri adalah agar dia bisa keluar berdua untuk berjalan-jalan dengan Nindya.

"Balonnya masih mau?" Ujar Raden.

"Masihh mauu." Ujar Nindya.

"Yaudah kita menepi dulu." Ujar Raden.

EpochTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang