Nindya yang melihat Shaka mulai berdiri pun mulai panik, padahal kan dirinya cuma bercanda masa Shaka marah kepadanya.
"Eh, kok marah sih? Gw kan cuma bercanda, iya kan teman-teman cuma bercanda aja kan." Ujar Nindya sambil tertawa sumbang.
Nindya menatap mereka dengan tatapan meminta pertolongan, melihat tatapan Nindya mereka hanya tertawa sumbang karena situasi sekarang terasa mencekam karena Shaka.
Mendengar tawa dari teman-temannya, Shaka melihat mereka dengan tatapan yang tajam seakan-akan ingin membuang mereka kali ini juga.
"Em nin, gw sama yang lain pulang dulu ya soalnya udah di telfon sama mama." Ujar Nara.
"Gw sama yang lain juga bos, kita pulang dulu mau ke markas." Ujar Bagas.
Mereka memilih untuk meninggalkan ruangan Nindya karena suasana disana sangat terasa tidak enak akibat kemarahan Shaka. Sedangkan papa dan mama mereka hanya diam melihat Nindya jika sudah berlebihan mereka akan bertindak.
"Bhum, jangan marah lah gw kan cuma bercanda." Ujar Nindya namun tidak ada sahutan dari Shaka.
"Bhum jangan marah." Ujar Nindya.
Ketika Shaka ingin berbalik badan dengan cepat Nindya memegang tangan Shaka agar tidak kemana-mana. Nindya yang melihat tidak ada reaksi apapun dari Shaka pun menatap Shaka dengan mata yang berkaca-kaca.
"Bhumi maafin Nindya, tadi Nindya cuma bercanda aja." Ujar Nindya yang mulai menangis.
Shaka yang melihat Nindya menangis pun tersenyum dan mendekatkan diri kepada Nindya, Shaka menyenderkan kepalanya Nindya di dada bidangnya.
"Gw udah maafin lo, gausah nangis nanti jelek." Ujar Shaka sambil mengelus rambut Nindya lembut.
"Tapi tadi Bhumi cuekin Nindya." Ujar Nindya sambil meremas kaos yang dikenakan Shaka.
"Hustt udah jangan nangis, mau apa biar ga nangis lagi, gw turutin deh." Ujar Shaka sambil mengelus punggung Nindya.
"Mau gelatto." Ujar Nindya.
"Ga kalo itu, kalo udah pulang dari rumah sakit boleh." Ujar Shaka.
"Tuh yaudah." Ujar Nindya yang merajuk.
"Honey listen to me, kamu mau pulang cepat atau mau disini? kalo mau disini terus aku beliin gelatto, kalo mau pulang cepat nanti ketika dirumah aku beliin." Ujar Shaka sambil menangkup pipi Nindya.
Abraham dan Ayu yang mendengar ucapan Shaka tersenyum manis, mereka tidak menyangka jika Shaka akan bisa se dewasa ini.
"Ekhem, mama sama papa masih disini loh." Ujar Abraham.
"Iya ya pa, kaya terlupakan gitu." Ujar Ayu.
Nindya yang mendengar ucapan kedua orang tua Shaka langsung mendorong badan Shaka menjauh dari dirinya namun Shaka malah mempererat pelukannya.
"Bhumi mah gitu, lepasin." Ujar Nindya.
"Ngapain di lepas sayang? Mama sama papa juga udah tau kan?" Ujar Shaka.
"Ga enak Bhumi diliatin mereka." Ujar Nindya.
Shaka tetap menghiraukan ucapan dari Nindya, dan tetap memeluk Nindya dengan posesif di hadapan kedua orang tuanya.
"Mamaa, tolongin adek." Rengek Nindya.
"Bhumi lepasin, biarin Nindya istirahat." Ujar Ayu yang membela Nindya.
Dengan berat hati Shaka melepas pelukannya lalu duduk di sebelah mama dan papa nya, Shaka menyenderkan kepalanya di bahu sang mama.
"Ma, bantuin Bhumi buat bilang ke Nindya ya tentang keputusan kita yang kemarin." Ujar Shaka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Epoch
Teen Fiction"Jangan jadi senja yang indahnya hanya sesaat." "Your'e mine, forever will be mine." "Gw tau lo, gw temen kecil lo." "Kalo ada apa-apa bilang ke Abang, Abang bakal ada selalu buat adeknya Abang." "Gw gamau ngerepotin kalian dengan masalah gw." Ep...