Lengan Jennie sudah terkena beberapa sabetan pisau, darahnya menetes membasahi lantai yang sedikit berdebu. Tapi agaknya yeoja itu tak ingin menyerah begitu saja.
" Ayo Ruby, serang aku. Apa kau sudah mulai merasa lelah? Apa perlu kita sudahi saja semuanya? " Ze lagi-lagi berusaha membuat Jennie marah dengan ucapannya yang terkesan mencemooh.
" Sial, apa yang harus aku lakukan sekarang. Jika aku terus melawannya itu sama artinya dengan aku menyerahkan nyawaku padanya. Tapi, jika aku lari itu juga tidak mungkin. Aaron tolong bantu aku. " Ucap Jennie dalam hati,ia meremas pisaunya kuat-kuat lalu melemparnya tepat kearah Ze. Sedangkan Ze yang sudah membaca gerakan Jennie pun melakukan hal yang sama. Pisau keduanya meluncur cepat kearah berlawanan.
Sret
Jleb..
Aaaaaaaarrrhhhh
Pisau Jennie mengenai lengan Ze, sedangkan belati Ze mengenai tepat dipaha Jennie. Jennie berteriak nyaring. Darah mengucur dari pahanya saat belati itu berusaha ia cabut. Tubuhnya seketika ambruk karena tidak kuat menahan sakit.
" Kita sudahi saja Ruby. Lebih cepat kau menyusul kedua orang tuamu lebih bagus bukan? Jadi kau tidak lagi merasakan sakit lebih lama. " Ucap Ze sambil melepas jaket hitamnya hingga menyisakan kaos pendek. Lengannya pun ia biarkan mengeluarkan darah. Lagipula itu tidak terlalu sakit.
" Hah jikapun aku mati hah pasti akan ada orang lain yang membalaskan dendam ku padamu dan yang lain. " Jawab Jennie diantara ringisannya.
Ze terbahak. " Hidupmu sudah tinggal sebentar lagi dan kau masih bisa mengancamku? Siapa yang akan membalaskan dendammu padaku? Apa kau punya sekutu? Atau kau sendiri yang akan bangkit dari liang lahatmu untuk menghantuiku? " Ze mengambil jarum suntik yang sudah berisi cairan berwarna ungu cantik.
" Lihatlah ini Ruby, jika aku menyuntikkan cairan ini pada tubuhmu, kau tidak akan merasakan apapun. Bahkan jika aku membedah tubuhmu. Bukankah aku sudah sangat baik padamu? Apa kau mau mencoba sekarang? "
" Ck, kau terlalu bertele-tele Ze. Lebih baik kita bungkam mulutnya sekarang juga. Aku harus segera pulang dan bermanja dengan suamiku. " Irene mulai bicara lagi setelah menunggu sekian lama.
" Ow sorry eonni. Aku lupa jika ada kau disini. Kau tau, aku terlalu menikmati detik-detik dimana aku melenyapkan nya. Ini akan menjadi kenangan terindah dan hadiah paling disukai V karena aku sudah mengurus hama untuknya. " Jawab Ze semangat. Irene hanya bisa merolling matanya malas.
" Nah, mantan calon adik iparku yang paling cantik, apa kau punya kata-kata perpisahan terakhir untukku? Karena aku akan sangat merindukanmu. "
" Kau psikopat gila Ze, pergilah kau ke neraka. " Ucap Jennie mulai melemah. Darahnya terus mengalir sedari tadi dan itu sangat menyiksa.
" Aw, kau baik sekali Ruby. Terimakasih ucapannya. Dan______
Cress...
Jarum suntik itu menancap dileher Jennie dengan cairan ungu yang mulai habis karena masuk dalam tubuh yeoja itu.
________ good bye BITCH " Kekehnya. Cairan dalam suntikan itu habis. Ze menyeret tubuh Jennie untuk kembali ia ikat diatas kursi.
" Ayo mulai pestanya!!!! " Teriak Irene yang sudah menggenggam pisau yang lumayan besar. Dengan santai wanita itu menyayat kulit Jennie bagian paha yang belum terluka. Matanya berbinar saat melihat hasil karyanya. Jennie sendiri hanya bisa diam, tak ada teriakan dan desisan karena obat itu memang berefek mematikan seluruh syaraf.
" Eon, kau bilang ingin memotong jarinya? Sepertinya aku punya alat yang bagus untuk itu. "
" Hmm, aku sampai lupa dengan yang satu itu. Aku akan menyisakan untuk acara penutupan nanti saja. Aku masih ingin mengambil kulitnya,semoga tidak robek. "