Bro? -03-

1.4K 129 3
                                    

Matanya mengerjap perlahan. Meringis pelan saat merasa pusing pada kepalanya. Lalu matanya mengedar keruangan yang kini ia tempati.

Ia menggeram marah. Setelah mengingat sebuah kejadian yang membuatnya sampai di sini. Baru saja ingin beranjak dari kasur, pintu kamar itu terbuka. Menampilkan salah satu pelayan yang berdiri diambang pintu.

"Maaf, tuan. Saya tidak bermaksud lancang"

"Anterin gwe ke bunda"

"Baik. Tapi, tuan besar menyuruh saya untuk memberikan ini"

Doyoung menatap tidak minat pada nampan yang berisi makanan. Namun ia tetap mengangguk agar menyingkat waktu.

"Gwe makan, tapi bawa gwe ke bunda dulu"

Pelayan tersebut mengangguk. Lalu Doyoung berdiri. Mempersilahkan agar pelayan itu memimpin jalan.

Sampai dimana langkahnya di tuntun di depan salah satu ruangan, pelayan itu membungkuk sopan. Lalu pergi meninggalkan Doyoung yang kini sudah masuk kedalam ruangan itu.

Bibirnya menyunggingkan senyum tipis melihat sang bunda terbaring diatas ranjang yang juga kini menatapnya.

"Bunda... "Doyoung membawa langkahnya mendekat. Lalu duduk di pinggiran kasur. Mengecup kening milik wanita yang sangat ia sayangi.

"Kamu nggak papa? "Bunda bertanya lirih. Tangannya terangkat guna memegang salah satu pipi milik putra kesayangannya.

Doyoung mengangguk. "Nggak papa"

Senyuman lembut terukir pada wajah bunda yang terlihat pucat. "Syukur. Tadi bunda denger kalau kamu harus di kasih obat biar pingsan dulu"

Doyoung tertawa pelan. "Iya. Doyoung nggak mau masuk kerumah ini lagi sebenernya"

"Maafin bunda ya, nak. Salah bunda"

Doyoung segera menggelengkan kepalanya. "Bukan salah bunda. Nggak ada yang salah diantara kita. Kecuali laki-laki brengsek itu"

"Hey, jangan gitu omongannya"

"Bener, kan? Kenya---

"Doyoung? "

Ucapannya terpotong. Kepalanya menoleh. Mendapati seorang laki-laki yang entah tidak ia kenali. Berdiri dengan raut datar.

"Balik ke kamar. Makan dulu"

Ekspresi bingung tercetak jelas pada wajahnya. "Lo siapa? "

"Nanti aja kenalannya. Lo balik dulu"

"Gwe mau sama bunda"

Helaan napas kesal dapat ia dengar dari seseorang yang berdiri di ambang pintu itu.

"Jalan sendiri, atau gwe seret? "

Doyoung jelas tidak terima. Baru saja ingin membalas ucapan orang itu, bunda terlebih dahulu membekap mulut kecilnya.

"Udah, nurut aja. Makan dulu gih. Nanti bisa kesini lagi, kan? "

"Tapi, bun---

"Jangan tapi-tapian. Berdiri sekarang"
Doyoung berdecak malas. Bukannya sang bunda yang menyela. Tapi orang asing itu. Lalu dengan terpaksa ia berdiri. Melangkahkan kakinya dengan kesal. Serta menatap tajam orang itu saat tubuhnya sudah berada di dekat orang asing itu.

Sepeninggalan Doyoung, laki-laki tersebut juga ikut pergi. Tak lupa menutup pintu juga memberikan senyuman tipis pada bunda.

Doyoung menatap tak minat pada nampan yang berisi makanan. Sedaritadi ia terus mengaduk-ngaduknya tanpa niatan memasukkannya kedalam mulut.

"Tck! Gwe nggak mau! "

"Makan"

Doyoung menoleh ke ambang pintu. Mendapati orang tadi yang memaksanya untuk kembali ke kamar. Doyoung berdecak pelan. Lalu kembali menatap makanan yang sudah tak berbentuk akibat ia aduk.

"Yaudah. Nikmatin aja kalau tiba-tiba lo laper"

"Yiidih. Nikmitin iji kili tibi-tibi li lipir"Doyoung mencibir pelan. Beruntung orang tadi sudah pergi. Jika belum, tidak tahu apa yang akan terjadi.












Doyoung menggeliat dari tidurnya, merasa bahunya ditepuk beberapa kali. Dibukanya mata itu dengan perlahan, mendapati bibinya yang berdiri dengan senyuman lembut. Namun Doyoung malah menatapnya sinis. Ia masih kesal.

"Mandi dulu. Bibi sudah siapkan air hangat. Bentar lagi jamnya makan malam"

"Hm"

Setelah pamit untuk pergi keluar, kini Doyoung kembali merebahkan diri di lantai yang dingin. Ia merasa tubuhnya sakit karena terlalu lama tidur di lantai. Juga kepalanya yang terasa agak pening.

Ia membiarkan tubuhnya terbaring 2 menit lamanya. Setelahnya ia membuka lemari miliknya yang sudah lama tidak ia sentuh. Mengambil satu stel pakaian juga dalaman yang ternyata masih ia tinggal di sini, lalu pergi ke kamar mandi.

Butuh waktu beberapa menit untuknya membersihkan diri, kini Doyoung keluar dari dalam kamar mandi dengan wajah kesal. Sepertinya ia harus lebih memperhatikan apa yang ia ambil. Karena baju yang ia kenakan sekarang sama sekali tidak ia sukai.

Kaos putih berlengan panjang dengan gambar boneka beruang coklat ditengahnya. Untung saja celananya adalah celana jeans. Bukan celan bermotif yang sama.

"Ini baju siapa? Gini amat modelnya? Perasaan gwe nggak pernah beli baju kaya gini? "

"Weh anying! "Doyoung terlonjak kaget. Lalu setelahnya memasang wajah kesal pada seseorang yang sudah berdiri diambang pintu miliknya yang terbuka. Kenapa hari ini banyak sekali yang berdiri di depan kamarnya? Membuka pintu tanpa izin pula!

"Syukur kalau bajunya pas"

Dahinya mengernyit. Melihat satu oknum yang asing lagi. Ini bukanlah orang yang selalu memasang wajah datar tadi. Orang yang berbeda.

"Lo siapa lagi? "

Bro? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang