Bro? -13-

712 102 17
                                    

"Taiii! Ini gue berangkatnya gimana?"
Doyoung bergumam bingung. Hatinya sudah sangat dongkol. Bagaimana tidak? Sepuluh menit lagi gerbang sekolah akan ditutup. Tapi sialnya Doyoung masih belum berangkat lantaran kesiangan, ditambah dengan ban motornya yang bocor.

Saudara tirinya itu juga sudah berangkat dari tadi. Sopirnya juga tidak ada karena mengantar ayahnya yang pergi keluar kota. Mau minta tolong teman? Yang ada mereka juga ikut telat.

"Haaaa, bunda... Ini gimana..."

Doyoung melihat jam di handphonennya. Waktu tentunya terus berjalan, enam menit lagi. Ia jelas akan telat. Bahkan jika ia menaiki kendaraan umum.

Dengan rasa kesal yang menggebu, Doyoung kembali masuk kedalam rumah dengan wajah yang merah dan terasa panas. Ia masuk ke kamar bundanya. Yang tentu saja mendapatkan tatapan bingung dari bundanya.

"Loh? Adek ken--"

"Bunda...." Tangis Doyoung pecah. Ia segera menghamburkan pelukan pada tubuh bundanya yang sedang duduk bersandar pada headboard.

"Kenapa? Kenapa kok nangis? Terus kenapa belum berangkat? Nanti telat."

"Ih! Ini udah telat! Aku sebel... Motor aku bannya bocor... " Ujar Doyoung sesenggukan.

Bunda yang merasa prihatin dengan anaknya itu, mengelus pelan punggung yang sedikit bergetar.

"Yaudah, nggak papa. Udah dong jangan nangis lagi."

"Nggak bisa... Hati adek dongkol..."

"Mau gue anterin?"

Mendengar suara orang lain diruangan itu, punggung Doyoung yang mulanya bergetar itu kini berhenti. Isak tangisnya juga ikut berhenti. Perlahan kepalanya diangkat lalu menoleh. Disudut ruangan, berdiri seseorang dengan tampang datarnya. Tapi ia lupa...

"Biar diantar kak Asa, mau?"
Oh iya! Namanya Asahi! Doyoung baru ingat.

"Tapi udah terlanjur telat, gerbangnya nggak mungkin di buka, bunda..."

"Yaudah, nggak usah masuk. Dirumah aja sama gue, sama bunda." Timpal Asahi.

"Iya, nggak papa."

Doyoung menoleh pada bundanya. Masih dengan wajah yang basah dengan air mata.

"Bunda nggak marah?"

"Enggak, sayang... Sana ganti baju dulu. Asahi, sarapan sama Doyoung ya? Kalian belum sarapan kan?"

"Aku udah sarapan." Sahut Doyoung.

"Sarapan apa? "

"Susu."

"Cuma susu, kan? Sana ganti baju, terus makan sama kak Asahi. Terserah mau makan dirumah apa cari diluar."

"Iya, bun." Jawab Asahi. "Ayo."
Tangan Doyoung ditarik pelan, membawa yang lebih muda untuk keluar dari kamar bunda.

"Gue nggak laper" ucap Doyoung tiba-tiba.

Asahi hanya melirik sekilas wajah adik tirinya itu, tanpa berniat memberikan tanggapan apapun.
Sedangkan Doyoung mendengus kasar.

Tiba di depan kamar Doyoung, Asahi menoleh pada adiknya itu. "Ganti baju, gue tunggu dibawah."

Setelah Asahi melenggang pergi, Doyoung segera masuk ke kamarnya dan berganti pakaian sesuai yang diperintahkan Asahi.

Tak sampai lima menit, akhirnya Doyoung turun. Mendapati Asahi tengah duduk di sofa ruang tengah.

"Udah?"

Doyoung mengangguk. "Emang mau kemana sih?"

"Cari makan, ayo."
Asahi berdiri, berjalan lebih dulu.

"Kenapa nggak makan dirumah aja?"

"Cerewet. Cep--"

"Loh? Doyoung? Asahi? "

Keduanya menoleh. Mendapati Yoshi yang baru keluar dari arah dapur dengan muka bantalnya, rambut berantakan, pakaian yang kusut.

"Nggak kuliah, kak?" Asahi bertanya heran. Ia kira hanya ada dirinya dan Doyoung yang hari ini tidak mengemban ilmu. Ternyata?

"Nggak. Hari ini dosen lagi pada ngurus kasus di kampus gue. Kalian mau kemana?"

"Cari sarapan. Lo mau ikut?" Tawar Asahi.

"Titip aja. Gue masih gembel begini."

Asahi mengangguk dan memberikan gestur 'oke' sebagai jawaban. Setelahnya ia kembali menarik tangan Doyoung agar kembali berjalan.

Doyoung pasrah saja saat Asahi kembali menyeretnya, lalu mendudukkannya di mobil milik entah siapa. Setelah memastikan Doyoung duduk nyaman, Asahi menutup pintu lalu bergegas untuk menghidupkan mesin mobil.

"Mau makan apa?" Tanya Asahi membaca keheningan.

Doyoung melirik sekilas. "Terserah. Tapi jangan seafood."

"Kenapa?"

"Alergi."

"Oh."



































"KAK ASA CURANNNNGGGG!"
Asahi tergelak saat teriakan Doyoung terdengar begitu nyaring.

"Sa, Doyoung, kenapa kok teriak-teriak?" Yoshi yang mulanya sedang berkutat dengan laptop dikamarnya kini keluar. Menuruni tangga dengan perlahan, dan menemukan Asahi yang terkekeh, juga Doyoung yang berdiri dengan raut kesal yang menggemaskan.

"Tau tuh bocah. Teriak-teriak nggak jelas."

"Loh?! Kok gue?! Kan lo yang curang! Tadi katanya ngga boleh curannnggg"

Asahi menjulurkan lidah, bermaksud mengejek Doyoung. Dan ucapkan selamat pada Asahi yang kini berhasil membuat Doyoung kembali kesal+++

"Kak Yosh, marahin kak Asa. Marahinnn." Adu Doyoung, yang tanpa sadar berjalan mendekat pada Yoshi. Bersembunyi dibalik tubuh yang lebih tinggi dari miliknya.

Yoshi tak bisa menahan senyumannya kala melihat tingkah Doyoung. Jelas ia senang karena Doyoung sudah tak sejutek waktu kali pertama pertemuan mereka.

"Iya, nanti kakak marahin. Tapi makan dulu yuk? Kamu sama kak Asa tadi beli apa? Kok cepet banget?"

"Beli yakitori sama fruit sando."
Jawab Doyoung, sedikit antusias.

Yoshi terkekeh gemas. Tangannya terangkat untuk mengusak rambut milik adiknya. "Ayo makan."

























Siapa yang mulai luluh?😯😯

Btw sudah berapa abad ini? Minta maaf deh, soalnya beneran padat banget jadwal hidup ini(T_T)

Bro? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang