Bro? -12-

1K 103 18
                                    

Doyoung berjalan gontai masuk kedalam rumahnya. Kakinya ia bawa untuk melangkah ke kamar bunda.
Tanpa mengetuk pintu atau mengucapkan permisi, Doyoung langsung saja masuk, dengan raut lelahnya.

"Adek? Kenapa mukanya lemes begitu? Sakit?"

Doyoung menggeleng menanggapi pertanyaan dari ibundanya.

"Terus kenapa? Sini-sini, mau cerita? Adek kenapa?"

Doyoung mendudukkan dirinya di kursi yang berada di samping kasur.
Memandang bundanya dengan wajahnya yang melas.

"Bunda..."

"Iya? Anaknya bunda kenapa?"

Doyoung menyempatkan diri untuk menarik napas panjang lalu dihembuskannya perlahan.
"Bunda ingat sama kak Jay?"

Dahi bunda mengernyit. Ekspresinya tampak berpikir keras, sebelum akhirnya bunda berseru. "Oh? Jay pacarmu yang sering kamu ceritain dulu?"

"Iya..."

"Terus, apa masalahnya? "

"Doyoung belum tahu pasti. Tapi hubungan kita udah nggak kaya dulu lagi. Banyak yang berubah. Apa udah mulai bosan, ya?"

"Hust! Jangan ngomong yang enggak-enggak, lagian kamu juga belum tau yang sebenarnya. Coba kalian bicarain baik-baik dulu. Kamu ajak dia ngobrol santai, terus baru tanya."

"Adek juga udah nyoba beberapa kali buat ngajak ketemuan terus ngobrol. Tapi kak Jay pasti sibuk mulu jawabnya, bunda..."

Bunda menghela napas. Kisah cinta anak muda ini memang rumit untuk dirinya yang sudah tidak lagi muda.

"Yaudah, jangan terlalu dipikirin dulu. Kamu mandi gih, pulang sekolahnya sore, bukannya bersih diri malah galauin masalah cinta."

"Loh? Kan tadi bunda yang nyuruh adek cerita!"

Bunda tertawa. "Oh? Iya juga ya?"

Ditengah perdebatan kecil itu, pintu kamar terbuka. Keduanya menoleh pada satu orang yang berdiri di ambang pintu.

"Tadi aku udah ketok pintu, tapi nggak ada yang nyaut. Jadi aku buka aja. Maaf ya, bun."

"Iya, nggak papa. Maaf juga, kayanya tadi bunda sama Doyoung keasikan cerita deh. Junghwan ada perlu apa?"

"Ah, ini. Tadi bibi titip ini, katanya air minum bunda di kamar habis."
Junghwan masuk kedalam, meletakkan segelas air putih diatas nakas.

"Terimakasih, ya."

"Sama-sama, bun."

"Udah gih, sana, adek keluar, terus mandi."

"Bunda ngusir aku?" Tanya Doyoung dramatis. Walau rautnya datar, karena masih ada Junghwan.

"Nggak gitu, astaga..."

"Loh? Adek belum mandi? Harusnya pulang sekolah itu mandi, biar seger."
Timpal Junghwan. Sontak bunda tertawa mendengarnya.

"Tuh, dengerin kata kak Junghwan."

Doyoung mendengus tidak terima.
"Aku lebih tua! Bunda harusnya marahin Junghwan dong..."

"Kenapa harus bunda marahin? Lagian badan kamu lebih kecil gitu."

"Tau tuh. Lo panggil gue kak Junghwan aja seharusnya." ucap Junghwan, masih betah untuk menggoda Doyoung.

"Lo diem!"

"Adek... Udah nggak usah marah ih. Sana kamu mandi."

Doyoung menghela napas kasar sebelum akhirnya berdiri. Meninggalkan dua oknum yang masih terkikik puas karena mengusilinya.

"Lucu banget ya, bun kalau kak Doyoung marah."

"Emang. Tapi kadang susah banget bujuknya. Dulu bunda sampai rela beliin dia es krim satu kulkas gara-gara dia ngambek."

Junghwan tertawa. "Yaudah, Junghwan keluar dulu. Mau jahilin kak Doyoung lagi."

Bunda hanya mampu menggelengkan kepalanya.










































Setelah membersihkan diri, Doyoung berniat untuk pergi keluar untuk mencari udara segar. Namun baru saja membuka pintu kamarnya, moodnya langsung turun melihat Junghwan berdiri di depan pintunya.

"Adek udah mandi?"

Doyoung mengernyit. Apa-apaan orang sok akrab ini? Pikirnya.
Tanpa berniat membalas pertanyaan Junghwan, Doyoung melenggang begitu saja.

Sontak Junghwan yang dasarnya memang jahil, tak menyerah begitu saja. Ia mengekori kemana perginya Doyoung. Sampai dihalaman depan, Doyoung duduk di teras rumahnya.

"Jangan duduk lesehan, lo habis mandi." Tegur Junghwan.

Doyoung tak mempedulikan itu. Berlagak seolah tidak mendengar apa yang diucapakan oleh Junghwan.

"Denger nggak?"

Doyoung mendongak. Menatap Junghwan dengan kesal. "Diem!"

"Nurut dulu, jangan duduk lesehan, kotor. Dingin juga."

"Eng--"

"Loh? Ngapain kalian?"

Keduanya menoleh. Mendapati Jeongwoo dan Haruto yang berdiri di ambang pintu.

"Nih, habis mandi malah lesehan di lantai." Adu Junghwan pada keduanya.

"Kak, masuk aja. Bentar lagi makan malam, kan?" Saran Jeongwoo.

"Kalian aja yang masuk. Gue masih mau disini."

"Adek, nanti kak Junghwan bilangin ke bunda loh." Ancam Junghwan.

"Apasih, Hwan? Udah dibilang gue lebih tua!"Protes Doyoung.

"Kenapa? Badan gue lebih gede. Bunda aja bilang gitu."

"Oh? Jadi kak Doyoung dipanggil adek ya?" Goda Jeongwoo.

"Iya, dipanggil adek sama bunda. Jadi gue ikutan." Sahut Junghwan.

"Ikutan ah~"

Doyoung menatap tajam Haruto.
"Lo nggak usah ikut-ikut!"

"Berati gue boleh?"

"Jeongwoo diem!! Ah, bikin kesel lo semua!"

Doyoung berjalan dengan langkah kaki yang di hentakkan sedikit kuat lantaran kesal. Membuat tiga orang yang lebih muda tertawa puas.






































"Haruto, Jeongwoo, Junghwan! Kalian apain Doyoung?!"

Ketiganya langsung terdiam mendengar suara Hyunsuk dari dalam rumah.












































P Balab

Bro? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang