Doyoung memasuki kamarnya dengan lesu. Setelah menaruh tasnya diatas meja belajar, ia langsung menghampiri kasurnya. Melemparkan tubuhnya pada benda empuk itu.
"Ganti baju dulu"
Mendengar suara oranglain, Doyoung segera menoleh. Menemukan Jaehyuk yang berdiri di ambang pintu dengan senyumnya.
"Ntar"
"Sekarang. Besok seragamnya masih dipakai, kan? "Jaehyuk berujar. Menghampiri adik sambungnya yang masih terkulai di atas kasur.
"Tck! Iya, ntar"
"Jangan lama-lama. Mandi sekalian aja. Udah sore juga, nanti kalau nggak sekalian mandi, kesorean. Nggak baik"
"Iya. Udah sana"
"Yaudah. Kakak keluar dulu. Jangan lupa makan malam ya"
Doyoung hanya diam, sembari menatap kepergian Jaehyuk dari kamarnya. Setelahnya, ia menghela napas kasar, lalu segera bangkit dari kasur kesayangannya menuju kamar mandi.
Tak butuh waktu lama, Doyoung keluar dari kamar mandi dengan keadaan yang lebih segar. Setelah menaruh handuk pada tempatnya, ia segera keluar dari kamarnya. Membiarkan rambutnya yang masih setengah basah itu.
Sekarang tujuannya adalah kamar sang bunda.
Langkahnya kini melebar, ingin segera menemui salah satu orang yang ia sayangi."Bunda... "
Doyoung menyembulkan kepalanya, mengintip kamar bundanya.
"Sudah pulang? Sini"
Doyoung mengangguk, lalu berjalan lebih dalam. Sedikit melirik Haruto yang juga ternyata berada di dalam kamar.
"Habis mandi ya? "
Doyoung mengangguk, sembari mendudukkan dirinya di kursi dekat ranjang sang ibunda, juga bersebelahan dengan Haruto.
"Kebiasaan, habis kramas itu di keringin yang bener. Itu masih basah. Bisa masuk angin"
"Males, bun. Nanti juga kering"
"Keringin sekarang. Itu di laci bunda ada hairdryer"
"Biar Haruto yang keringin, bun. Boleh? "
"Haruto mau? "
"Iya"
"Yaudah. Nggak papa"
Doyoung melotot mendengar percakapan keduanya.
"Apaan? Nggak-nggak! "
"Bawel. "Haruto menyeret kursi yang di duduki Doyoung. Membawanya mendekat kearah meja rias.
"Heh! Ngapain! "
"Biar lo bisa ngaca"
"Nggak butuh, gue udah sadar diri! Bunda... "
Sang bunda hanya mampu menggelengkan kepalanya melihat kelakuan keduanya.
"Jangan banyak gerak! Lo mau jatoh? "
"Hang---ng.... "
Haruto tersenyum melihat Doyoung yang langsung diam. Sepertinya takut jika jatuh.
Sampai di depan meja rias, Haruto membuka salah satu laci yang di dalamnya menyimpan hairdryer.
Mulai menancapkan kabel pada stop kontak dan menyalakan alat pengering rambut itu.Doyoung hanya diam memperhatikan Haruto yang sibuk mengeringkan rambutnya dari kaca meja rias.
"Kenapa lihatin terus? Ganteng ya? "
"Dih? Pd lo"
"Oh? Gitu... Bunda, Doyoung bilang Haruto jelek"Haruto mengadu pada Bunda yang tengah memperhatikan krduanya.
"Heh! Enggak, bunda... Doyoung nggak bilang ya! "
"Yaudah, berati gue ganteng"
"Apa sih lo?! Udah manggil nggak ada embel-embel 'kak'nya"
"Kenapa? Harus? "
"Gue lebih tua"
"Lo jadi adek gue aja deh. Nggak cocok jadi abang gue. Iyakan, bun? "
"Kayanya iyadeh. Doyoung bawel banget soalnya"Jawab bunda sembari terkekeh.
"Oh, jadi aslinya bawel ya? "
Doyoung berdecak malas. Ia kemudian merebut hairdryer yang berada di tangan Haruto, lalu mengeringkan rambutnya sendiri.
"Gue sendiri aja! "
Haruto terkekeh. "Halah ngambek"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bro?
FanfictionTentang Doyoung, yang enggan menerima kehadiran keluarga barunya. Enggan menganggap kesebelas orang itu menjadi saudara tirinya. Namun hingga sudah terbiasa, suatu perasaan aneh muncul dalam dirinya. Warn! BxB