Bro? -14-

578 67 2
                                    

"Psstt psstt! Doy, sebelah sini!"

Doyoung menajamkan indra pendengarannya. Matanya juga bergulir kesana kemari untuk mencari sumber suara.

Ah, gotcha! Ternyata dua sohibnya itu sedang bersembunyi di belakang pot berukuran cukup besar, di depan halaman tetangganya.

Doyoung langsung saja menghampiri keduanya. "Motor lo pada dimana?"

"Ada di depan sana. Ntar kalau di bawa sampai deket sini suaranya kedengeran." Jawab Taeyoung.

Yup! Dua orang itu adalah Taeyoung dan Wonyoung. Siapa lagi kalau bukan mereka berdua?

Doyoung hanya menatap dua temannya itu saat keluar dari balik pot. Tidak berniat membantu juga, karena ya tidak perlu. Toh tempatnya tidak sempit atau sebagainya.

"Sebenernya lo bawa sampai sini juga nggak papa elah. Asal nggak ke halaman rumah gue."

"Ini bentuk sebuah kewaspadaan, Doy. Kan siapa tau orang rumah lo ada yang belum tidur terus masih berkeliaran di lantai satu. Kan nggak lucu kalau kedengeran."

"Sebenernya nggak bakal denger juga nggak sih? Rumah temen lo gede, Won." Sahut Taeyoung sembari memperhatikan kediaman milik Doyoung.

Benar juga apa kata Taeyoung. Rumah yang di tempati Doyoung ini tidak bisa dikatakan kecil. Jika seandainya motor mereka di parkirkan di depan gerbang, orang di dalam rumah pun tidak akan mendengar suaranya.

"Iya sih, gede. Tapi kan siapa tau kita kepergok keluarganya. Apa nggak ketar ketir?"

"Udah-udah. Yang ada kalau lo berdua masih ngobrol penghuni rumah gue keluar. Ayodah, berangkat sekarang."

Keduanya mengangguk. Mulai berjalan menjauh dari kediaman keluarga Doyoung, menuju tempat dimana Taryoung dan Wonyoung memarkirkan motor mereka.

"Lo mau sama Tae, apa gue?"

"Sama Taeyoung lah. Masa iya lo bonceng gue? Apa kata dunia."

Wonyoung menggulirkan matanya dengan malas mendengar respon dari Doyoung. Padahal faktanya, Doyoung tidak hanya sekali dua kali dibonceng Wonyoung.

Ketiganya telah mencapai dimana dua motor itu terparkir. Seperti yang dikatakan Doyoung, ia nebeng di motor milik Taeyoung. Sedangkan Wonyoung sudah pasti berkenan sendiri.

Motor keduanya melesat meninggalkan komplek perumahan itu. Membelah jalan kota di malam hari yang tidak bisa dibilang sepi. Tapi juga tidak ramai.

Setelah memakan waktu belasan menit untuk berkendara, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan dengan selamat.

"Ah, udah lama banget nggak kesini."
Ujar Taeyoung yang terlihat bahagia, menatap tempat yang ada di depan matanya.

Di depan mereka, adalah sebuah bangunan berlantai dua, dengan interiornya yang terlihat elegan.
Salah satu restoran yang seringkali digunakan untuk mereka berkumpul, juga beberapa orang lagi yang sudah lama tidak mereka jumpai.

Dulu mereka sering datang kesini, bahkan hampir setiap satu minggu sekali. Seperti sebuah jadwal tetap yang harus di jalankan. Namun tiga bulan terakhir ini mereka sudah tidak menjalankan jadwal rutin mereka karena beberapa dari mereka dilanda kesibukan.

Ketiganya melangkah kedalam restoran, mencari tempat duduk dengan nomor 15, yang sebelumnya sudah di pesan oleh seseorang.

"Pojok tuh mejanya." Ujar Doyoung kala melihat meja dengan nomor 15, yang terletak di pojok. Di sana juga sudah ada dua orang yang sedang bermain ponsel.

"Woy."

Dua orang itu mendongak, lalu tersenyum lebar kala melihat siapa yang datang. "Lama amat. Lumutan nih!" Protes salah satunya.

"Ya maap. Nih nungguin anak curut biar bisa keluar dari istana." Taeyoung menunjuk Doyoung dengan dagunya.

"Lo ngatain gue curut, berarti lo ngatain nyokap hue curut juga."
Balas Doyoung

Sontak raut panik Taeyoung muncul. "Eh, nggak gitu."

"Ribut mulu, duduk napa? Nih, sebagai teman yang baik, gue sama Jisung udah pesenin makanan." Ujar Yuma. Salah satu dari dua orang yang sedang duduk.

Jisung mengangguk. Menatap tiga temannya yang masih berdiri dengan mata sipitnya. "Duduk elah. Malah diem."

Ketiganya akhirnya duduk. Menyesap minuman dingin yang di pesan oleh Yuma dan Jisung.

Doyoung, Teyoung, Wonyoung, Yuma dan Jisung. Pada saat masuk sekolah menengah pertama, Doyoung bertemu dengan Yuma dan Jisung.

Ketiganya berteman dengan erat, sampai saat sekolah menengah atas, mereka bertemu dengan Taeyoung dan Wonyoung.

Akhirnya terbentuklah lima sahabat itu. Tapi sayang seribu sayang, beberapa bulan setelah masa pengenalan lingkungan sekolah itu berakhir, Yuma dan Jisung malah harus pindah.

Entah karena apa. Merekapun juga tak tahu. Karena mereka hanya menuruti perintah dari orangtua.

"Eh, main yuk?"

Ajakan menggiurkan dari Doyoung membuat yang lain mengangguk dengan senang. Selain karena tempatnya yang bagus dan nyaman, restoran ini memiliki ruangan khusus untuk bermain billiard.

Akhirnya, setelah sekian lama tak bermain billiard, mereka melakukannya kembali.


































Halowww

Bro? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang