Jam makan malam sudah berakhir. Semua orang yang kini duduk di meja makan juga sudah menyelesaikan makan malamnya. Kecuali Doyoung. Kira-kira masih empat sendok lagi agar makanan di piringnya habis.
Namun ia memilih untuk menghentikannya, merasa perutnya sudah penuh. Ngomong-ngomong, perlu sedikit paksaan agar dirinya mau makan diluar. Sebelumnya ia bersikeras untuk makan di dalam kamar, atau kamar bundanya.
"Oke Doyoung. Sebelumnya, ayah ucapkan selamat datang kembali di rumah ini"
Doyoung hanya mengangguk menanggapinya. Padahal diam-diam ia sudah kesal karena harus kembali.
"Ada yang mau ayah kasih tahu sama kamu. Kamu pasti bingung kan, kenapa ada mereka? Orang-orang yang masih asing dipandangan kamu. Tapi jangan khawatir, sekarang mereka saudara kamu"
Mata Doyoung terbelalak kaget. Ia berdiri, menggebrak meja makan dengan agak keras. Menyebabkan beberapa orang disana tersentak.
"Ayah mohon tenang dulu"
"Terus apa tujuan lo nyuruh gwe sama bunda balik kesini, ha?! "
"Jaga bahasa kamu, Doyoung! "
Doyoung berdecih. "Nggak guna. Mending gwe balik kerumah sama bunda"
"Rumah kamu disini"
"Gwe nggak ngerasa gitu"
Doyoung hendak beranjak dari sana. Namun tangan ayahnya menarik pergelangan tangan miliknya.
"Ayah kenalin mereka dulu. Itu Hyunsuk, yang paling tua. Itu Jihoon, tertua kedua. Itu Yoshi. Junkyu, Mashiho, Jaehyuk, Asahi, Yedam. Dan mereka bertiga, Haruto, Jeongwoo, Junghwan, umurnya dibawah kamu"
"Udah, kan? "Doyoung melenggang pergi dari sana.
Ia akan mengingat nama juga wajah mereka. Terutama Asahi dan Hyunsuk. Karena Asahi yang sudah memaksanya tadi siang untuk kembali ke kamar, juga Hyunsuk yang ternyata sosok dibalik pemberi kaos beruang yang ia pakai.
"Bunda... "
Kepalanya menyembul dari balik pintu kamar yang ditempati bundanya. Senyumnya merekah mendapati bundanya yang ternyata belum tidur.
"Kenapa, nak? Sini... "
Doyoung mengangguk. Lantas ia berjalan mendekati ranjang bundanya. Duduk dipinggiran ranjang.
"Bunda kok belum tidur? "
"Bunda belum ngantuk. Kamu gimana? Udah makan? "
Doyoung mengangguk. "Masa aku tadi pengin makan di kamar bunda nggak boleh! "Ujarnya kesal.
"Nggak papa. Lagian bunda juga udah ada bibi"
Doyoung mecebikkan bibirnya kesal. "Bunda nggak kangen aku ya? "
"Apasih kamu? Udah sana, mending tidur. Besok sekolah. Jangan sampai kesiangan"
Mau tak mau Doyoung menurutinya. Sebelum benar-benar pergi, Doyoung menyempatkan untuk mencium kening bundanya.
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•Matanya mengerjap perlahan. Tangannya terulur guna mematikan alarm yang sudah berbunyi. Setelah melakukan peregangan pada ototnya, ia beranjak dari kasur miliknya. Bersiap untuk pergi sekolah.
Setelah beberapa menit berlalu, kini Doyoung sudah selesai dengan penampilannya. Membawa langkahnya untuk menuruni tangga, menuju ke dapur, mengambil minum.
"Udah rapi aja. Tunggu di meja makan gih. Tunggu sarapannya jadi"
Doyoung yang mulanya tengah mengisi gelasnya dengan air yang berada di dispenser terkejut. Ia menoleh, mendapati Jihoon berdiri beberapa langkah dibelakangnya.
"Sarapan telor ceplok aja ya? "
Doyoung menggeleng. "Gwe nggak sarapan"kembali meminum segelas air putih yang sempat ia abaikan.
"Kenapa? "
"Nggak biasa"
"Nggak bisa gitu dong? Nggak ada-nggak ada. Sarapan pokoknya"
"Ngatur banget lo? Suka-suka gwe dong"balas Doyoung. Kembali menghadapkan dirinya pada Jihoon sejenak, lalu membilas gelas bekasnya. Menaruhnya pada rak semula.
"Sarapan. Nggak nerima penolakan"
"Gwe juga nggak nerima paksaan! "
Doyoung melenggang pergi dari hadapan Jihoon. Tak peduli dengan Jihoon yang menatapnya pasrah.
"Heh, bocah! "
Lagi-lagi. Doyoung mendengus kesal mendapati Junkyu yang baru saja menuruni tangga, mendekat padanya.
"Kok udah mau berangkat aja? Nggak sarapan? "
"Nggak"
"Berangkat naik apa? "
"Bus"
"Serius? Mending bareng gwe aja. Naik motor. Mau? "
"Nggak usah. Makasih"
Setelahnya, Doyoung kembali berjalan. Meninggalkan Junkyu yang masih terus menatapnya.
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•Sesampainya di kelas, Doyoung langsung mendudukkan dirinya pada tempatnya. Ia melihat bangku disebelahnya dengan heran.
Kenapa teman sebangkunya belum datang? Cukup lama ia terdiam, hingga tak menyadari si pemilik bangku baru saja datang. Berdiri menatap Doyoung dengan heran."Lo lihatin apaan? "
Doyoung berjengit kaget. Hampir saja ia berteriak. Tatapan kesal ia layangkan pada Wonyoung yang menatapnya bingung.
"Ngagetin lo"
"Gwe nggak bermaksud sih"jawabnya acuh. Ikut mendudukkan dirinya pada bangku miliknya.
"Tumben baru dateng? "
Dapat Doyoung lihat, teman sebangkunya itu menghela napas kasar. Dari raut wajahnya pun tidak seperti biasanya.
"Lo kenapa? "
Wonyoung menoleh. Menatap Doyoung dengan lekat, lalu memegang kedua bahu milik temannya itu.
"Doy... "
"Apa? Kenapa? "
"Doy... "
"Kenapasih? "
"Doy... "
"Anying. Cepet. Lo ngomong tinggal ngomong aja kenapa sih?! "Kesal Doyoung.
"Ntar malem lo longgar? "
Doyoung nampak berpikir. Lalu mengangguk. "Nggak ada acara apa-apa sih. Kenapa? "
"Temenin gwe galau yuk"
"Lo galau? Kenapa? Tumbenan? "
"Panjang ceritanya. Makannya, ntar malem kumpul ya. Taeyoung juga"
"Okedeh. Gwe juga ada beban cerita"
"Gas. Ntar malem tinggal ngadu nasib"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bro?
FanfictionTentang Doyoung, yang enggan menerima kehadiran keluarga barunya. Enggan menganggap kesebelas orang itu menjadi saudara tirinya. Namun hingga sudah terbiasa, suatu perasaan aneh muncul dalam dirinya. Warn! BxB