Pagi ini, Doyoung sudah rapi dengan seragam sekolahnya. Tasnya juga sudah terisi dengan buku mata pelajaran hari ini. Tinggal menunggu satu hal saja. Pintunya.
Sebenarnya kalau tidak di buka pun, Doyoung juga tidak apa-apa. Kalau besok ditanya kenapa tidak masuk, ia akan menjawab kalau ia di kurung di kamar. Beres.
Tapi masalahnya, pagi ini ia juga harus menjemput Taeyoung dikarenakan motor milik temannya itu sedang bersamanya.
Saat sedang sibuk mondar-mandir, akhirnya pintu kamarnya terbuka. Menampilkan Junkyu yang berdiri dengan raut wajah menyebalkan.
"Turun ke bawah, sarapan."
Doyoung memutar bola matanya dengan malas. "Balikin kunci motornya dulu."
"Buat apa?"
"Ya buat berangkat sekolah?! Gue juga mau jemput temen gue."
"Siapa yang bilang kalau lo boleh berangkat sendiri?"
"Hah?" Doyoung mengerutkan dahinya dengan bingung.
"Semalem kan gue bilang kalau berangkat bareng kak Jihoon."
"Apaan?! Gue nggak mau!"
"Nggak usah sekolah kalau nggak mau."
Setelahnya Junkyu melenggang pergi begitu saja. Menyisakan Doyoung yang kembali menggerutu kesal. Dan mau tak mau pun ia harus mau. Kalau ia tidak jadi berangkat, kasihan Taeyoung.
Doyoung menuruni tangga dengan langkah berat. Tas ranselnya hanya di sampirkan pada satu pundak saja, rompi yang tidak dikancingkan, dasi yang longgar.
Semua mata tertuju padanya. Doyoung sendiri hanya acuh saja. Toh ia masih merasa dongkol pada Junkyu yang berlaku se-enaknya.
"Doyoung, sini sarapan dulu."
Si pemilik nama mengangangguk sebagai respon untuk Hyunsuk.Duduk diantara Mashiho dan Yoshi.
Membuat keduanya diam-diam memekik senang.Sesi sarapan pagi berlangsung dengan tenang. Hingga akhirnya Jihoon membuka suara.
"Seminggu ini, Doyoung berangkat sama gue, atau sama yang lain. Yang penting nggak berangkat sendiri."
Wajah Doyoung menjadi masam seketika. Walaupun kemarin sudah mendapat peringatan dari Junkyu, tapi rasanya tetap saja terkejut, tidak terima, dan sebal.
"Kenapa? Bertingkah apa lagi ini bocah?" Tanya Jeongwoo.
"Kemarin pergi main, pulangnya baru pagi buta tadi." Jawab Junkyu.
Iya. Yang menjawab malah Junkyu. Sedangkan yang menjadi topik hanya diam, sibuk mengunyah makanan.
"Bener begitu, Doyoung?" Kali ini Hyunsuk yang bertanya.
"Iya."
"Yaudah. Seminggu nggak ada keluar rumah buat main. Kalau ke sekolah bareng kakak kakak aja atau sama adek lo. Intinya nggak ada kendaraan buat seminggu ini." Putus Hyunsuk.
Doyoung tidak membalas. Tidak mengiyakan namun juga tidak menyangkal. Di satu sisi ia merasa memang bersalah karena berangkat larut dan pulang saat dini hari tanpa berpamitan. Namun di sisi lain hatinya juga merasa dongkol karena mereka terkesan terlalu ikut campur.
Setelah sarapan berlangsung, sesuai yang sudah di sepakati. Pagi ini Doyoung akan berangkat dengan Jihoon.
"Rumah temen lo di mana? Katanya mau bareng sekalian?"
Tanya Jihoon setelah keduanya masuk kedalam mobil."Di perempatan deket supermarket, belok kiri, lurus, sampai."
Jihoon mengangguk. Meski tak terlalu paham. Tapi yasudahlah. Yang penting perempatan dekat supermarket.
Menempuh waktu beberapa menit, akhirnya mobil milik Jihoon sampai di depan gerbang rumah Taeoyung.
Doyoung segera memberi tahu temannya itu agar cepat keluar."Gue mau pindah belakang."
Jihoon menoleh. "Ngapain? Di sini aja."
"Mau nemenin Taeyoung."
"Terus gue di depan sendiri? Kaya sopir. Gamau ah. Udah di sini aja. Temen lo di belakang sendiri juga nggak bakal kenapa napa."
Doyoung menghela napas kasar, namun ia tetap bergerak untuk menuruti permintaan Jihoon.
Tak lama, gerbang tinggi di depan mobil Jihoon terbuka. menampilkan sosok Taeyoung yang menenteng tasnya di salah satu pundak.
Doyoung membuka kaca mobilnya, lalu menyembulkan kepalanya keluar.
"Tae, di belakang ya?""Loh, Doy? Motor gue kemana? Kok pakai mobil? Lo sama siapa?" Tanya Taeyoung bertubi-tubi, sembari berjalan mendekat.
Lalu saat sampai di samping pintu mobil, dapat Taeyoung lihat seseorang yang asing di matanya. Merasa diperhatikan, Jihoon menoleh.
"Temennya Doyoung? Masuk aja ya. Motor lo masih di rumah, nanti pulang sekolah gue anter kerumah dulu buat ambil motornya."
Taeyoung tersenyum kikuk. "Eh, iya, kak. Santai aja. Tumben banget Doyoung mau di anter? Biasanya aja kalau di suruh berangkat sama sopir anaknya nolak mulu."
"Banyak omong, masuk cepet." Doyoung mendorong lengan Taeyoung dengan pelan.
"Yeee, orang gue tanya sama kakak lo. Sewot amat bocah." Taeyoung menoyor kepala Doyoung.
Jihoon tertawa, sebelum akhirnya menjawab pertanyaan yang sempat di ajukan Taeyoung. "Iya. Kalau nggak kepaksa juga nggak mau pasti. Ini huku.an aja, karena adek gue udah bandel."
"Aduh, iya, kak. Adeknya emang bandel banget. Harus sering di kasih siraman rohani sih." Ejek Taeyoung.
"Tae, lo kalau masih di luar mulu, berangkat sendiri aja. Lo juga, kalau cuma mau gosip gue berangkat sendiri aja." Ujar Doyoung dengan kesal.
"Emang lo kuat jalan?" Jihoon kembali meledek.
"Kuat, gue ultraman."
Teum, sedih banget nggak sih?
Semoga member trejo, terutama Junghwan yang berduka, bisa kuat yaa😔❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Bro?
FanfictionTentang Doyoung, yang enggan menerima kehadiran keluarga barunya. Enggan menganggap kesebelas orang itu menjadi saudara tirinya. Namun hingga sudah terbiasa, suatu perasaan aneh muncul dalam dirinya. Warn! BxB