✿ Baca cepat di Karyakarsa
Suatu hari, seorang pria dan wanita yang berhubungan tanpa status memilih untuk mengakhiri hubungan tersebut dan berjanji untuk tidak saling mengenal. Sedangkan salah dari mereka memutuskan untuk menikah. Namun, apakah pad...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
■□■□■□■□■
Dalam sekejap hubungan itu beranjak dari makan malam biasa, menuju hubungan di atas ranjang yang sangat membara.
Naruto kira, dia mungkin saja akan ditemani Hinata tidur seperti beberapa waktu lalu. Sudah cukup hanya dengan hal tersebut dia tampaknya tidak akan meminta lebih dari itu.
Namun, gadis itu sepertinya punya gairah yang sama, barangkali waktu yang mereka habiskan terlalu cepat berlalu dan tidak ingin berpisah dalam waktu dekat.
Saat malam tiba, bayangan terlintas untuk lebih bisa ke puncak yang tidak terkira. Naruto membayangkan, bila gadis yang koma waktu itu adalah Hinata—yang sukarela merangkak dan meraba tubuhnya, apakah mungkin dia akan tetap tenang dan menerima perlakuan intim itu, sehingga tidak ada insiden yang mengakibatkan dia merasa buruk seolah menjadi pembunuh.
"Bilang kalau kamu tidak suka, maka aku akan menghentikannya."
Hinata mengamati pria paling eksotis yang ditemuinya itu sedang ada di atas tubuhnya. Setelah semua yang dilaluinya, apakah dia harus menyerah dan memilih berhenti? Wajah pria itu bahkan memerah seakan tak dapat menahan setiap hasrat bagai hewan buas.
Sebelum Hinata dapat menjawab, ketika dia masih mengamati hanya dengan menggigit bibir bawahnya, Naruto Uzumaki justru menyerangnya dengan ciuman-ciuman yang membangkitkan sensasi gadis perawan yang penasaran dengan segala hal mengenai bercumbu dengan seorang pria.
Dia sering kali mendengar temannya membicarakan hal ini. Sejak awal, dia ingin berada di perkumpulan para gadis dengan percakapan yang sama sehingga tidak ada perbedaan yang membatasi. Akan tetapi masalahnya, dia gadis kurang perhatian yang lebih sulit untuk dilihat oleh mereka dan mungkin diajak bicara, karena sudah pasti dia sangat membosankan.
Hinata terdengar hampir ingin menangis karena malu. Seumur hidupnya, tubuhnya yang mulus dan mungil itu tak pernah dijamah oleh seorang pria. Dia tampaknya kurang percaya diri ketika pria itu mencium lehernya, turun ke payudaranya, sampai akhirnya di perutnya yang ramping. Dengan seluruh rasa khawatir yang menggelitik itu, dia merasakan benda asing memasuki tubuhnya dan menimbulkan rasa sensitif tak nyaman. Namun anehnya, dia makin penasaran dengan seluruh kejutan lainnya.
Kedua tangannya tetap meremas ujung kausnya yang ada di atas dada sambil dia menggigit sesekali karena rasa geli yang sangat asing baginya. Jari besar itu seakan mencari harta karun di dalam tubuhnya, menggali sampai kesadaran Hinata hampir menghilang.
Saat dinding-dinding kewanitaannya berkedut, tanpa sadar Hinata melengkungkan tubuhnya. Dia masih menggigit ujung bajunya sembari meremas kuat, tak ingin berteriak karena dia belum terbiasa untuk mengungkapkan seluruh kesenangan duniawi yang masih awam bagi gadis perawan sepertinya.
Masih telentang dan tampaknya lemah sejak mengalami pelepasan yang pertama. Hinata mengatur napasnya sambil melihat Naruto yang ada di atasnya, tengah melepas kaus, kemudian menurunkan celananya. Sesuatu yang besar dan ketat menyembur dari balik celana dalam gelap pria itu.