BAB 14

280 36 0
                                        

■□■□■□■□■

Baru saja menggulung pita, temannya memberitahunya bahwa dia dipanggil oleh pelatih akrobatik, dan sudah tahu apa yang akan mereka bahas. Hinata mempersiapkannya jauh-jauh hari, dan tidak akan terkejut kalau dia mungkin saja ditentang karena keputusannya yang berani. 

Hinata memutuskan untuk meninggalkan mimpinya, karena dia merasa tak pantas setelah cedera yang cukup parah dialaminya. Pelatih pasti mengerti keputusannya. 

"Setelah kamu benar-benar tidak ingin terlibat dengan senam, kamu mungkin akan sulit memulainya lagi suatu hari nanti, jika kamu menginginkannya."

"Iya. Saya tahu bagaimana keputusan berat itu dapat memengaruhi masa depan saya," katanya kepada sang pelatih. "Saya sudah berusaha untuk memperbaiki kondisi saya, tetapi tidak berhasil. Saya akan pergi ke universitas dan memilih jurusan yang sesuai. Pelatih, saya lebih senang Anda mendukung saya."

Hinata lebih suka memikirkan untuk naik ke kelas tiga dengan damai dan masuk ke perguruan tinggi favorit. Ada banyak jurusan yang menjadi perhatiannya. Dia tidak terlalu suka dengan matematika, bukan karena tidak bisa, tetapi dia lebih tertarik untuk masuk ke jurusan bahasa. 

Baru-baru ini dia tertarik bekerja sebagai seorang penerjemah manuskrip, lagi pula dia sangat suka membaca buku. Bahasa lebih mudah baginya daripada menggerakkan tubuh yang tak seimbang dan menyusahkan orang lain. Berlatih tanpa berada di kompetisi, akan membuatnya semakin menderita karena hanya menjadi cadangan. Tidak jauh berbeda sebagai penonton yang memperhatikan dan menilai mereka di tempat duduk. Itu semua melukai perasaannya.

Keluar dari sana, Hinata pergi menuju kelasnya. Sepanjang perjalanan dia memikirkan kedekatan bersama teman-temannya saat SMP, ketika dia masih menjadi atlet aktif, sebelum kecelakaan dan cedera yang dialaminya. 

Hinata tidak memiliki siapa-siapa untuk diajak bicara masa depan, maka sudah sepantasnya bagi dirinya untuk mengambil semua keputusan itu sendirian, dan pergi tanpa meninggalkan jejak. Hinata berusaha untuk hidup tanpa membebani semua orang.

"Hinata," teman baiknya, yang juga seorang atlet akrobatik tiba-tiba menghampirinya, mereka sudah lama tidak bertemu, selain berbeda kelas, temannya itu mengikuti pelatihan atlet di luar sekolah. "Sudah bicara dengan pelatih?"

"Sudah."

"Kamu serius tidak melanjutkan senam?"

"Tidak ada harapan, insiden terakhir kali sudah membuat kalian kesusahan. Aku tidak ingin melihat kalian gagal gara-gara aku. Lebih baik, aku berhenti," dia mencermati temannya selagi tersenyum kecut. "Terima kasih atas semua dukunganmu itu. Ketika semua menatapku karena aku sangat membebani, kamu satu-satunya orang yang datang kepadaku dan mengkhawatirkanku. Rasanya, berterima kasih pun tak cukup."

Gadis itu, temannya, menangkap tangan Hinata dengan wajah sedih. "Apa kamu tahu kalau aku sangat mengidolakanmu sejak SMP? Saat aku belum menyukai senam, aku menyukai dan berlatih senam karena kamu. Aku selalu berharap berada di puncak bersamamu, aku sungguh menyesal karena tidak bisa melakukan apa-apa padamu. Seharusnya aku meyakinkanmu, tetapi kamu pasti tidak ingin dipaksa. Aku hanya tidak ingin egois."

Hinata tidak ingin memberitahu temannya kalau dia juga merasa sedih dan berusaha untuk tidak memaksa dirinya sendiri berjuang sekali lagi. Semakin dia bertahan, semakin dia merasa terluka dan terbebani. Hinata ingin hidup bebas dengan pilihan baru mulai sekarang, sehingga seluruh kebencian karena cedera yang dialaminya cepat menyingkir.

■□■□■□■□■

Selama rapat berlangsung, Naruto selalu mengamati akun sosial medianya. Dia tidak mendapatkan balasan dari gadis itu padahal besok sudah pekan yang ditunggu olehnya.

STRICTLY ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang