Buy me a coffee:
https://karyakarsa.com/bukinyan/support
Yuks, dimulai dari receh Rp. 2000,- kalian sudah bisa membagi kekayaan kalian agar otakku ter-stimulan dengan baik.Aku nggak mau target vote ke kalian, pokoknya kalau vote-nya banyak, aku bakal prioritaskan cerita ini di urutan kedua setelah komisi ː̗(^▽^)ː̖
■□■□■□■□■
Di kehidupan Naruto, tidak ada yang menarik menurut teman-temannya, dari segi berfoto pria itu hanya akan tersenyum di depan kamera dengan formal, tidak bergaya, tidak berminat, dan berharap segera cepat berlalu.
Setiap acara makan bersama kolega atau para pemegang saham, dia selalu tanpa basa-basi, melihat ponsel untuk membalas pesan sekretarisnya. Tidak lama kemudian, dia akan mengundurkan diri dari acara terlebih dahulu, kembali ke kantor, tenggelam pada pekerjaannya. Semua orang tahu dia adalah pria pekerja keras. Tapi sebenarnya adalah pria yang nyaman dengan kesendiriannya.
Baru-baru ini, di ponselnya terlihat dia sedang berfoto dengan seorang gadis. Layar ponselnya yang polos dan gelap itu tidak pernah diganti dulu. Teman-temannya selalu berkata, "Ponselmu tak pernah menarik!" dan hal itu tak pernah dilebih-lebihkan oleh mereka yang selalu penasaran dan berakhir melirik.
"Gadis ini yang kamu temui?"
"Iya, dari aplikasi kakak perempuanmu," Gaara membungkam bibirnya agar tidak tertawa karena senang. "Mau berkomentar apa? Apa soal penampilan?"
"Dia... cantik," komentar itu membangkitkan ketidaksukaan Naruto. Ia menatap tajam Gaara yang langsung bergidik. "Maksudku, dia cocok denganmu. Tapi bukankah dia sedikit mungil? Berapa usianya? Tidak terlalu jauh darimu, 'kan?"
"Pertengahan 20."
"Oh, baguslah. Dia lebih mirip seperti gadis belia. Aku pikir karena penampilannya yang kecil dan pakaiannya tidak terlalu modis. Aku yakin dia tidak pernah pergi ke kelab untuk menikmati, ya, segelas koktail pahit."
Naruto merenung sesaat.
"Tidak masalah, cobalah untuk ke tahap yang lebih tinggi."
"Apa maksudmu dengan ke tahap yang lebih tinggi?"
"Berpacaran dengannya? Apa kamu tidak ingin melakukannya dengan gadis itu?"
Di kursinya, Naruto menjadi tidak berminat dengan pekerjaannya, lantas mengamati Gaara yang meletakkan ponsel itu kembali di dekatnya. "Aku tidak mau berharap lebih, karena kami sama-sama nyaman dengan keadaan seperti ini. Kenyataannya, aku tidak ingin hubungan itu merusak pertemanan kami. Sesaat aku memang pernah kadang berpikir apakah aku cukup menarik baginya, atau apakah aku masuk ke dalam kriterianya. Tapi mungkin hal itu terkesan berlebihan. Yap, pokoknya aku tidak ingin terlalu banyak berharap. Aku yakin ada banyak pria yang suka padanya—yang jauh lebih baik daripada aku seorang yang gila bekerja."
Gaara mengusap dagunya, bak menganalisis sesuatu dengan serius sampai Naruto tertawa aneh melihatnya. "Kamu benar-benar menyukai gadis itu ternyata," dia tidak bisa menyangkal ketika temannya berkata dengan benar, Naruto pun tak dapat menutup-nutupinya lagi. "Kalau begitu, kamu hanya perlu menggelontorkan beberapa uangmu agar dia merasa kamu yang terbaik dari seluruh pria yang dikenalnya."
"Intinya aku perlu memanjakannya dengan uang, tidak usah sok keren," pria itu tak segan mencibir temannya yang malah tertawa, lalu akhirnya duduk. "Kamu tidak kembali ke kantor?"
"Tidak. Aku sedang bersitegang dengan ayahku."
"Ada apa? Bukankah masalah kemarin sudah selesai?"
Gaara tidak mengatakan apa-apa, malah mengambil tiduran sambil memandang ke langit-langit, seakan tengah mengais jawaban dari sana.
"Sudah seminggu aku tidak melihat Sasuke, apakah kamu tahu dia di mana?"
"Perjalanan dinas."
"Oh, di mana kali ini?" Gaara kembali duduk, wajahnya terperangah. "Kenapa?"
"Aku baru ingat kalau dia pergi ke Ukraina," setelah itu Gaara berdiri dari duduknya, mendekati Naruto. "Sasuke juga menyukai gadis yang dikenalnya dari sosial media," Naruto ingat, Sasuke pernah menyinggungnya, bahwa dia sedang dekat dengan gadis dari Ukraina. "Apa kamu tahu kalau gadis itu sangat seksi dan cantik? Dia adalah model di negara itu. Sasuke sudah beberapa kali mengunjunginya berdalih bisnis. Ah, aku yakin setelah ini dia melepaskan masa lajangnya lebih dulu daripada kita."
"Apa kamu yakin? Kurasa ibunya tidak suka gadis dari negara lain. Keluarga Uchiha lumayan ketat untuk masalah pernikahan anak-anak mereka. Apa kamu ingat kalau kakaknya bahkan dijodohkan dengan sepupu mereka sendiri. Perempuan bernama Izumi. Aku yakin hal itu berlaku juga bagi Sasuke."
"Jangan salah. Gadis bernama Cherry itu keturunan Jepang. Ibunya sendiri orang Ukraina," bibir Naruto hanya membulat. "Lagi pula, Sasuke pasti bakal punya rencana, kamu tahu kalau dia itu paling licik di antara kita. Dia tidak mungkin melakukan sesuatu tanpa rencana."
Hanya dia yang tidak punya rencana dalam hidupnya, karena Naruto lebih suka mengalir. Kalau temannya mengatakan dia membosankan, itu memang benar, lagi-lagi nama keluarganya yang sudah menyelamatkannya. Ia tahu, tanpa nama Uzumaki, dia mungkin tidak akan dekat dengan Gaara maupun Sasuke. Dia menjual segala hal yang dianugerahkan padanya sejak lahir.
Setelah kepulangan Gaara, Naruto masih di kantor sambil mengobrol lewat ponselnya bersama Hinata. Ini sudah larut, gadis itu pasti lelah seharian bekerja dan malamnya dihabiskan mengobrol sampai dini hari.
Hubungan mereka berjalan sebulan, sebagai seorang teman yang mendukung satu sama lain./, tapi masih tidak mengungkapkan jati diri mereka secara terang-terangan. Hubungan semacam ini sudah membuat Naruto puas. Mengapa dia harus berpikir berlebihan dengan menaikkan taraf hubungannya dengan gadis mungil itu.
Menunggu hampir setengah jam, Naruto melirik jam digital yang ada di meja kantornya. Waktu sudah melewati tengah malam. Gadis itu pasti tidur. Naruto juga pada akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah, karena dia sehabis minum di kantor bersama Gaara, Naruto memanggil seorang sopir pengganti untuk mengantarkannya.
Bahkan di tengah perjalanan yang biasanya amat membosankan. Kali ini dia membayangkan berlari di trotoar seperti terakhir kali bersama Hinata di perjumpaan pertama mereka.
Saat itu, keduanya berjalan seharian untuk melihat apa saja yang ada di Akihabara. Kadang kala tertawa pada sesuatu yang dibicarakan bersama sampai tuntas, tetapi sebenarnya, tidak jauh-jauh dari membicarakan hobi mereka. Kira-kira obrolan semacam itu mau sampai kapan bertahan. Naruto merasa, suatu hari tidak akan lagi terdengar menarik. Orang sering kali tidak berminat karena tidak ada lagi yang perlu dibahas di antara mereka. Apakah akan ada saatnya untuk mencari topik agar pertemanan mereka terus berlanjut?
Naruto menghela napas, setelah itu dia melirik pesan yang dikirimkan dan belum dibaca oleh Hinata. "Pekan ini, apakah kamu mau makan malam bersamaku?" dia akan melakukan apa saja, bahkan ketika mungkin saja ada tarif yang diberlakukan agar mereka tetap bisa bertemu setiap pekan. Semua waktu yang dihabiskan oleh Naruto dengan gadis itu sangat begitu berharga.
■□■□■□■□■
BERSAMBUNG

KAMU SEDANG MEMBACA
STRICTLY ✔
Hayran Kurgu✿ Baca cepat di Karyakarsa Suatu hari, seorang pria dan wanita yang berhubungan tanpa status memilih untuk mengakhiri hubungan tersebut dan berjanji untuk tidak saling mengenal. Sedangkan salah dari mereka memutuskan untuk menikah. Namun, apakah pad...