BAB 12

212 42 2
                                        

■□■□■□■□■

Hinata memperhatikan seorang pria yang menangkap tangannya, kemudian menariknya pergi ke suatu tempat, menghindari banyak kerumunan untuk menyambut atlet Jepang yang datang setelah pertandingan di luar negeri. Ia tidak terlalu bersemangat untuk datang ke bandara, bersama temannya yang lain. Sialnya, datang ke sini justru membawa ketidakberuntungan.

"Naruto?"

Sehabis berlari hanya untuk mengejar Hinata, Naruto mengatur napasnya sembari menelan ludahnya, lalu memperhatikan lebih serius Hinata yang mengenakan seragam SMA—gadis di bawah umur yang tidur dengannya semalam, sekarang ada di sini.

"Kenapa kamu—" Hinata langsung panik, dia menutupi tubuhnya yang masih mengenakan seragam dengan salah satu tangannya. Dia berusaha mati-matian untuk tidak malu atas penampilan tidak biasa itu. Dia sudah ketahuan setelah menghabiskan semalaman bercumbu. "Aku bisa jelaskan. Ini, aku tidak bisa bermaksudmu menipumu. Aku bisa jelaskan."

Tangan Naruto melemah. Dia melepaskan cengkeramannya yang kuat dari tangan Hinata. Dia masih tidak percaya bahwa gadis yang ada di depannya adalah gadis yang selalu ditemuinya di setiap pekan. Gadis yang dipujanya, yang meluluhkan hatinya yang dingin dan tidak pernah memandang seorang begitu spesial.

Pada setiap pertemuan mereka, Hinata tidak pernah menunjukkan sisi anak-anak. Tidak pernah membayangkan bahwa gadis itu akan cocok mengenakan seragam SMA, maka kali ini, Naruto melihatnya secara berbeda.

"Pak Uzumaki!" si asistennya, pria pendek yang larinya tak secepat dirinya, mengatur napasnya, melihat sang atasan bersama seorang gadis SMA. Menurutnya, apakah gadis itu keponakannya? Si asisten hanya memperhatikan tanpa berniat bertanya. "Anda harus bersiap untuk melanjutkan perjalanan. Kita tidak dapat menundanya."

"Batalkan jadwalku."

"Apa?" si asisten langsung membetulkan kacamatanya, dia tidak mungkin membatalkan tiba-tiba—sangat tidak mungkin karena semua sudah terjadwal dengan sempurna. "Pak, saya tidak mau bilang ini, tapi Anda tidak bisa membatalkan semua jadwal itu, karena bakal berdampak dengan jadwal lain, termasuk jadwal kita ke London."

"Kalau begitu pesankan satu tiket untuk gadis di depanku ini."

Tidak mungkin! Dia merasa pening di tengah pertanyaan yang terus melintas. Mengapa mereka harus mengajak gadis itu melakukan penerbangan bersama? Siapa gadis itu memang? Dari seragamnya dan mukanya yang polos, gadis itu adalah gadis SMA biasa yang bakal banyak membuat mereka pusing selama perjalanan panjang, belum lagi begitu sampai, bukan hanya mengurusi pekerjaan. Ada banyak makan malam yang memenuhi jadwal acara mereka.

"Apa kamu tidak dengar?"

"Pak, saya tidak melarang Anda membawa seorang teman, tetapi—" pria itu melirik Hinata yang menunduk, terlihat tidak berdaya. "Dia masih anak-anak. Kita bicarakan baik-baik, dan saya akan meminta seseorang untuk mengurusnya."

"Kamu salah!" Naruto lebih membentak, dan jarang sekali dilakukannya. "Dia teman yang aku maksud tadi. Aku berencana untuk mengajaknya ke Hokkaido, karena kita tidak bisa membatalkan semua jadwal yang kamu bilang tadi. Kita ajak saja dia pergi bersama kita, maka dari itu aku menyuruhmu untuk membeli tiket untuknya."

"Aku bakal menunggumu kembali."

Naruto tiba-tiba melirik Hinata. Beberapa saat kemudian pria itu justru menarik pin yang ada di dada Hinata. "Ini akan jadi jaminan," dia mengangkat pin tersebut, ditunjukkannya pada gadis itu. "Kalau kamu sampai menghindariku, aku akan datang ke sekolahmu. Jadi, jangan buat aku melakukannya. Kamu harus datang saat aku memintamu datang. Kamu mengerti?"

Tidak ada yang bisa dilakukan oleh Hinata selain menyetujuinya.

Sampai akhirnya mereka berpisah, Hinata tetap berdiri di tempatnya, tidak kembali ke sekolah—apa yang bisa dilakukannya sekarang? 

STRICTLY ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang