CATATAN:
Jangan lupa dukungan dalam memberikan vote, itu berarti membuatku sadar, banyak yang menunggu cerita ini, maka sudah sepantasnya aku memanjakan kalian dengan memublikasikan setiap bab dengan waktu yang lebih cepat.
■□■□■□■□■
Situs kencan daring banyak digemari di tengah maraknya teknologi yang lebih mutakhir. Adanya situs semacam itu, tidak perlu lagi mengikuti acara kencan buta yang harus menyesuaikan waktu dan penampilan—belum lagi bilamana mereka nyatanya tidak cocok saat bertemu satu sama lain, yang sudah direncanakan oleh rekan ataupun keluarga.
Tentunya, sangat tidak nyaman harus terang-terangan menilai penampilan maupun kepribadian seseorang yang baru ditemui sekali. Kritik semacam itu akan menjadi masalah serius untuk diri mereka sendiri.
Naruto Uzumaki adalah pria berusia tiga puluh tahun pada waktu itu. Orang selalu menyebutnya ketinggalan zaman. Ia tidak punya akun sosial media, karena memang dia berpikir untuk apa memilikinya. Dia tidak akur dengan ayahnya. Tidak memiliki seorang ibu yang dapat mengajarinya kasih sayang.
Sejak masa anak-anak, dia suka bermain sendiri di bawah pohon besar yang tidak jauh dari kelompok bermain di mana dia menempuh pendidikan sejak balita—ayahnya seperti bajingan yang tidak punya rumah, dan berpikir kencan dengan banyak wanita akan melupakan patah hatinya pada wanita yang dicintainya.
Walaupun ada banyak yang takut padanya, saat dia makin terlihat aneh dan penuh rencana. Namun nama keluarganya yang menyelamatkannya. Tidak butuh waktu lama bagi Naruto memiliki seorang teman, seperti Sasuke dan Gaara, datang karena pada awalnya dipaksa oleh orangtua mereka sampai akhirnya menjadi tak terpisahkan.
"Ini adalah aplikasi kencan terbaru yang dikeluarkan oleh Suna, perusahaan yang dikelola oleh kakak perempuanku," Gaara merampas ponsel Naruto yang hanya terlihat bagus, tidak ada gunanya selain untuk membuka dokumen dan bertelepon. "Kamu harus mencobanya. Kita buat nama samaran untukmu."
"Tidak peduli kamu mengunduhnya, aku tidak tertarik untuk mengoperasikannya, lagi pula bagiku itu memusingkan kepala."
"Apa kamu tidak tahu sudah banyak yang mengunduh dan sekarang sedang menguasai pasar sosial media?" Sasuke berseru, dia juga memamerkan kepunyaannya. "Aku sudah mengunduh, sekarang aku berkenalan dengan gadis dari Ukraina," pria pirang itu terlihat tidak peduli dengan ocehan kedua temannya. "Coba saja dulu."
Dia menurut saja ketika kedua temannya mengoceh dan mengganggunya di kantor. Secara garis besar, dia merasa sedikit hidup melihat dan mendengar interaksi kedua temannya yang selalu menyempatkan datang saat makan siang. Kadang mengomel, marah, dan mencemooh orang-orang yang bekerja di bawah mereka.
Malam harinya, setelah dia terlihat agak lelah karena pekerjaan, usai berendam di bak mandi penuh air hangat. Naruto justru melirik ponselnya di mana notifikasi amat mengganggunya. Ia biasanya mendengar notifikasi menyala kalau ada pesan masuk, sebagian soal pekerjaan, tidak lebih dari itu.
"Pola cinta bahkan menjadi notifikasi, seperti aplikasi cabul."
Masih menggosok rambutnya dengan handuk, Naruto menaik-turunkan halaman beranda, melihat foto gadis-gadis berbikini, ada beberapa yang sedang melakukan makan malam bersama seorang teman, ada pula yang hanya sekadar memotret kaki mereka di atas ranjang. Menurutnya itu aneh. Gadis-gadis itu sangat gila. Tapi saat dia mulai putus asa, Naruto melihat sesuatu yang lain daripada yang lain. Seorang gadis yang sedang merakit mainan.
Hyu___: aku berhasil merakitnya, selamat untuk diriku sendiri.
Naruto melirik mainan koleksinya, sesuatu yang sama persis seperti yang dimilikinya. Tanpa sadar, dia berkomentar, "Berapa lama kamu merakit itu?" tidak ada balasan sampai akhirnya Naruto menyerah.
Hyu___ membalas komentar Anda: tiga hari, apakah itu waktu yang lama?
Naruto menunduk, dia tertawa. Ia kemudian menekan tombol mengikuti, dan orang di seberang sana pun membalasnya dengan mengikutinya juga. Akun mereka terhubung, membuat Naruto juga memamerkan pencapaiannya, sampai akhirnya gadis itu berkomentar. "Wow, menakjubkan. Kamu memilikinya juga?"
"Aku tidak punya banyak waktu untuk merakit seri yang sama. Terlalu lama, sekitar seminggu."
"Tidak juga. Itu waktu yang normal. Tiga hari maksudnya, aku tidak tidur."
Benar, mulai sejak saat itu, Naruto juga tidak bisa tidur gara-gara akun gadis misterius yang masih tidak diketahui olehnya; nama, tempat tinggal, dan usianya. Tapi dia masih menemani gadis itu. Membahas segala sesuatu mengenai mainan mereka. Sampai akhirnya Naruto berinisiatif untuk mengirimkan sesuatu karena dia memang ingin melakukannya sejak dulu.
"Di mana alamat rumahmu? Tidak perlu rumah, kantor juga tidak apa-apa. Ah, aku sama sekali tidak tahu usiamu, kata temanku, segala sesuatu yang ada di internet memiliki privasi, beberapa orang tidak menyukainya semisal aku bertanya hal pribadi itu kepadamu."
"Aku tinggal di sekitar Asakusa. Sayang sekali, aku tidak bekerja, tapi aku punya toko permen tradisional yang dijalankan keluargaku. Aku bekerja menjaga toko setiap hari, kalau ramai oleh turis, aku tidak bisa membalas pesanmu."
Gadis itu sering kali memang tiba-tiba menghilang. Akan muncul beberapa jam mendekati sore hari. Selama dua bulan mengenal, mereka sama sekali tidak pernah bercerita masalah pribadi kecuali kegemaran mereka akan mainan tertentu.
"Apa aku boleh mengirim hadiah untukmu?"
"Sebenarnya tidak membuatku nyaman, tetapi apakah itu mainan seri terbaru yang pernah kamu bicarakan?"
"Iya, aku membeli dua, aku ingin satunya untukmu."
Naruto menggigit kuku ibu jarinya karena dia gusar. Apakah gadis itu tidak mau? Ini bukan karena sangat disayangkan ketika dia membeli dua mainan harga mahal itu tanpa pikir panjang. Lebih di mana dia merasa tidak nyaman karena ditolak. "Aku tidak akan memaksa kalau kamu memang tidak mau menerimanya."
"Maaf, karena aku sedang makan malam. Kau tahu, hari ini banyak turis yang berkunjung ke toko, aku bahkan tidak sempat makan siang. Maaf sekali lagi, karena tidak cepat membalas semua pesanmu."
"Tidak apa-apa, aku mengerti."
"Baiklah, bagaimana kalau kita bertemu?" Naruto tidak keburu membalas pesan itu. Tubuhnya tiba-tiba saja membeku. Ia pun mengulang untuk membaca pesan itu sekali lagi, takut bahwa dia salah membaca. Sampai akhirnya dia tampak yakin, kalau dia tidak salah, sehingga dia begitu saja menyetujuinya. "Oke, kita bertemu di sekitar Akihabara."
Pertemuan sebagai awal dari mereka untuk melakukan hubungan percintaan tanpa status. Masing-masing dari keduanya tidak membuka identitas, selain situs daring satu-satunya ikatan yang ada.
■□■□■□■□■
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
STRICTLY ✔
Fanfiction✿ Baca cepat di Karyakarsa Suatu hari, seorang pria dan wanita yang berhubungan tanpa status memilih untuk mengakhiri hubungan tersebut dan berjanji untuk tidak saling mengenal. Sedangkan salah dari mereka memutuskan untuk menikah. Namun, apakah pad...