BAB 9

288 65 1
                                        

■□■□■□■□■

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

■□■□■□■□■

Gaara dan Sasuke tampaknya lebih khawatir menemukan Naruto sudah tiga hari tidak datang ke kantor daripada menemukan teman mereka sepanjang waktu hanya bekerja.

Bagi mereka, pria yang biasanya gila kerja, tidak akan membolos tanpa alasan, maka dari itu mereka berusaha mati-matian untuk menghubungi temannya itu, tetapi tidak satu pun mendapatkan petunjuk sedang apa pria itu. 

Gaara maupun Sasuke menduga tidak datangnya Naruto ke kantor kemungkinan karena masalah tempo hari. Naruto pasti sedang mengalami tekanan yang tak terbayangkan mengingat pria itu hampir tidak pernah melibatkan diri terlalu dalam ke kehidupan malam yang bebas. 

Naruto lebih dikenal sebagai sosok pria yang suka semuanya serba terencana dan kalau bisa hidup biasa-biasa saja tanpa mencolok di antara orang yang suka pesta, sebab hal tersebut dianggapnya tak ada manfaat.

Namun sialnya, sepanjang pagi mereka menghubungi Naruto, telepon pria itu masih saja di luar dari jangkauan. Apakah karena saking kesalnya, Naruto lebih suka melempar ponsel itu ke sungai daripada tetap disimpannya rapi di balik mantel? Lagi pula, bukan pertama kali pria itu seperti ini, menganggap ponsel yang ada di genggamannya sama sekali tidak berarti.

"Jadi maksudmu, semua pekerjaan yang ada di sana, kamu yang menanganinya untuk sementara?" Gaara melirik asisten Naruto, baru saja masuk ke kantor sambil melengkungkan bibirnya untuk tersenyum.

Pria itu tidak hanya dibayar untuk menyelesaikan pekerjaan, tetapi dibayar pula untuk senyumannya yang terkadang terlihat fenomenal dalam situasi genting mana pun yang sedang mereka hadapi. Betapa hal semacam itu semakin menyebalkan bagi Sasuke maupun Gaara. Apalagi masih saja ponsel Naruto tidak aktif sampai sekarang. Percuma harus menunggu di sini sepanjang waktu dengan banyak memikirkan kemungkinan. 

"Saya akan menghubungi Anda, bila Pak Uzumaki sudah kembali ke kantor."

"Ugh," Gaara mendongak selagi menekan pundaknya. "Ini akan lama. Dia pasti sedang pergi menenangkan diri. Dia hanya ingin bekerja dengan tenang."

Sasuke merangkul temannya, memaksanya untuk menyerah. "Sudahlah, biarkan dia istirahat. Kalau tidak ada kejadian seperti kemarin, dia pasti masih bekerja dengan gila. Datang lebih awal, tetapi pulang paling akhir."

"Apa perlu kita pergi ke rumahnya?" Sasuke mengernyit karena berpikir tidak ada salahnya. Tapi masalahnya, kalau mereka bertemu dengan Minato, kecanggungan itu membuat keduanya ngeri sendiri. "Kita hanya akan pastikan dia di sana, lalu kita kembali ke kantor masing-masing," saran Gaara mungkin tidak salah. Mereka hanya ingin memastikan Naruto baik-baik saja.

"Baiklah, aku ikut saja, lagi pula hari ini tidak ada jadwal rapat."

■□■□■□■□■

Padalah hari ini bukan pekan yang selalu dinanti.

Hinata tiba-tiba saja dihubungi dan tidak lama kemudian bergegas untuk bertemu dengan teman baiknya yang biasa ditemuinya saat pekan tiba. Dia ataupun pria itu, tidak pernah membuat jadwal mendadak. Beruntung bahwa hari ini dia pulang cepat sehingga ketika pria itu mengirimi pesan agar mereka bertemu di tempat biasa, Hinata buru-buru segera pergi. 

STRICTLY ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang