Dinginnya malam ini.
Menarikku untuk kembali memutar memori.
Mengintip tiap-tiap adegan di balik selimut ini.
Merasakan tiap jengkal tubuhmu.
Merasakan embusan dan deru napasmu.
Merasakan hangatnya dua jiwa berpadu satu.
Bersamamu,
Sepanjang malam itu.
Jutaan kenangan selama ini seketika hadir bagai gambaran yang bisa muncul begitu saja di kamar ini.
"It's magic."
Kupejamkan mata.
Merasakan ... mengkhayalkan.
Semakin dalam.
dan,
Kau pun berbisik, "Biarkan aku membawamu terbang."
Aku mendesah.
Ketika kau mulai menghidu kulit leherku,
dan tak sengaja tersentuh oleh hidungmu yang mancung itu.
Kemudian turun.
Turun... dan,
Semakin turun.
Hingga ke ujung.
Kurasakan tubuh kita bersatu; hangat.
Kurasakan cengkeram tanganmu; erat.
Kau menyentuhku dengan lembut.
Menyentuh bagian terdalam hatiku; Begitu lembut.
"Kau berhasil membawaku terbang, sayang." Bisikku pelan.
Aku benar-benar merasa kau telah membawaku terbang tinggi di awan.
Hingga ke puncak tertinggi khayalan.
Deru napas beradu; Menggebu.
Beralunkan desah; Merdu.
Basah bermandikan peluh.
Antara kau dan aku.
Menjadi satu.
Dalam cinta malam itu.
Tapi itu kemarin.
Kini aku terjatuh.
Dari khayalan tertinggi itu.
Khayalan bercinta denganmu.
Seperti malam-malam yang telah lalu.
Kini aku sendiri.
dan,
Kusadari, aku hanya bermimpi.
Di balik selimut dingin ini.
Kucoba tuk menguntai kenangan yang telah terlewati.
Dan aku tersadar.
Aku hanya bercinta dengan khayal.
Aku terbangun, duduk menunduk di atas ranjang.
Menutup wajahku dengan kedua tangan.
Hening.
Sedikit isak,
dan akhirnya pecah juga.
Tangisanku pecah berkeping-keping.
Memecah hening menjadi genting.
Kemudian ...,
Kembali hening.
.
.
.
Di luar hujan masih deras.
Halilintar masih menggelegar.
Gemuruh berguruh ricuh di penjuru langit itu ....
KAMU SEDANG MEMBACA
TAK ADA KAMU MALAM INI
Genel KurguSebuah prosa, Tentang keresahan jiwa Dalam melepas orang tercinta Yang kini telah tiada.