SUP SELAMAT DATANG (2)

27 4 0
                                    

"Kadang yang dibutuhkan hanyalah masakan rumah sederhana nan klasik agar bisa merasakan pulang. Masakan yang membuatmu merasa tidak sendirian..."

Elio cepat mengalihkan pikirannya sendiri dan kemudian segera mengajak Sui pergi dari sana. Masih dapat dilihatnya mobil mewah yang membawa Davinia itu berbelok sebelum keluar dari gerbang. Elio menghela napas dan berjalan sambil menyapa tetangganya. Ada yang lagi menyapu sambil mengantarkan suami berangkat ke kantor. Ada juga yang lagi olah raga bersama dan ada juga beberapa yang berkerumun  sambil bertukar informasi seputar kehidupan selebriti sampai kehidupan tetangga yang tidak bersama mereka.

Elio sampai di sebuah kedai dengan tulisan besar di tengahnya dengan latar merah muda, papan nama itu bertuliskan KEDAI OMA, milik Oma Diana. Oma Diana adalah pemilik beberapa kontrakan di perumahan itu, sekaligus pemilik kedai makanan yang menyajikan makanan sehari-hari. Dengan nuansa kedai makanan klasik tempo dulu. Sebagian dindingnya terbuat dari kayu yang dipernis. Tanaman-tanaman hijau menambah suasana sejuk kedai itu, padahal letaknya berada di tengah kompleks perumahan.

"Pagi banget?" sapa seseorang yang keluar dari dalam kedai yang masih tutup itu dengan menggunakan kaos ketat yang memperlihatkan otot kekarnya. Tubuh tinggi yang atletis serta wajah sangar membuatnya terlihat cocok dengan profesinya saat ini. Elio tersenyum saja.

"Ada kerjaan, jadi mau nitipin Sui ke sini, Bang," ucap Elio berhenti menunggu pria bernama Jaka itu selesai meletakkan pot bunga dan menyuruh Elio mengikutinya masuk ke dalam kedai.

Belum juga tubuhnya masuk sepenuhnya wangi rempah-rempah dan masakan Oma menyeruak memanjakan indra penciumannya. Berbeda dengan ingatan tentang mimpi buruknya semalam. Sekali lagi dia menggeleng, setiap ada kesempatan mengingat mimpi menyeramkan itu, Elio berusaha mengabaikan dan melupakannya.

"Jam berapa mau pergi?" tanya pria itu lagi menyusun kursi-kursi. Sedangkan El melepaskan tali Sui dan membiarkan anjing piaraannya yang jinak itu menempati bantal yang Oma siapkan khusus untuknya di pojok kedai.

"Jam sembilan, Bang. Jenazah katanya siap nanti siang. Jadi aku mau datang lebih awal buat siap-siap," balas Elio kemudian membantu Jaka menyiapkan kursi-kursi di kedai.

"Daerah mana?" tanyanya lagi. Jaka memang begitu, terkesan dingin dan cuek, tapi sebulan mengenal Jaka dan Oma, Elio merasa nyaman seperti sudah mengenal keduanya cukup lama.

"Pasar Senen, Salemba raya, Bang," balas Elio sambil tetap menurunkan kursi-kursi dan menyusunnya.

"Oh pusat, ya udah ntar sama aku aja bareng." Jaka kemudian masuk begitu saja ke dalam meninggalkan Elio yang bingung.

"Tapi bukannya jauh sama kantor, Bang?" balas Elio lagi dengan sedikit berteriak.

"Gak, hari ini aku ada urusan di pusat juga, santai," ucap Jaka saat keluar sambil membawa kotak-kotak tisu dan menyusunnya di atas meja yang sudah dia bersihkan. Elio hanya mengangguk.

Sejak pindah ke sini, teman-temannya hanya sebatas teman kerja dan tetangga cantik seperti Davinia yang lebih dulu mengontrak di sana. Namun, siapa sangka pemilik kontrakannya sangat penyayang dan hangat, bahkan baginya yang orang asing, anak perantau yang jauh dari rumah. Tidak, dia sekarang tidak memiliki hal semacam itu lagi sejak kematian ibunya. Tidak ada tempat yang bisa dia sebut sebagai rumah lagi.

"Nah, kebetulan kamu udah di sini," wanita yang baru saja dia pikirkan tiba-tiba keluar dari dalam, sambil membawa nampan berisi mangkuk dan sepiring nasi dengan taburan bawang goreng di atasnya. "Sarapan dulu, ya. Oma sudah buatin sup kesukaan kamu, kemarin Oma belum sempat buat sup selamat datang. Oma pikir mau nyiapin yang istimewa. Beruntung kemarin Jaka gak sengaja nanya makanan favorit kamu, Nak. Nih..." lanjut Oma dengan senyum cerah, secerah matahari pagi hari itu sambil meletakkan hidangan yang menggugah selera di atas meja.

Whisper For HelpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang