Elio diseret hendak dibawa masuk ke dalam mobil, tetapi pria itu tidak tinggal diam begitu saja. Harga dirinya sebagai laki-laki akan kembali hancur kalau sampai dia tidak berhasil melepaskan diri dari orang-orang gila ini. Sekuat tenaga dia menarik tangannya hingga berhasil terlepas dari pria besar itu.
Dengan memanfaatkan keseimbangannya Elio berbalik dan melangkah cepat kemudian berlari dari sana.
"Ah sial, cepat kejar! Jangan sampai lolos!!" seru pria yang Elio kenal itu.
Belum jauh dia berlari jaketnya dicengkram dari belakang ditarik dan tubuhnya kembali dihempaskan ke tanah yang tak rata. Pria besar itu menggeram marah karena membuatnya berlari untuk mengejar Elio.
"Jangan macam-macam sama gue, atau gue matiin lo sekarang juga!!" seru pria itu marah. Tidak lama dua pria yang lain menyusul dan tersengal.
"Ayo cepat bawa dia ke mobil, sebelum ada yang lihat!"
Sekujur tubuh Elio terasa nyeri, masih jelas dalam ingatannya bagaimana perasaan itu belum lama dia sembuh, tapi harus merasakan kesakitan yang sama. Kepalanya pusing akibat terbentur batu saat terhempas ke tanah. Darah mengalir turun dari kepalanya yang terbentur.
"BERHENTI DI SANA!"
Tiba-tiba suara yang Elio kenal terdengar. Ketiga pria yang membawa Elio otomatis berbalik melihat Jaka dan rekannya Dodit sudah berdiri tidak jauh dari mereka sambil memegang senjata api.
"Sial, kita pergi!!"
Salah satu dari mereka berseru dan pergi dari sana melepaskan Elio yang tak berdaya. Dodit cepat mengambil langkah lebar dan mengejar ketiga pria yang mencelakai Elio. Sementara Jaka memastikan Elio baik-baik saja lalu membantu Dodit mengejar buruannya.
Terjadi aksi saling mengejar yang seru, para pria yang mencelakai Elio berpencar sehingga membuat Dodit dan Jaka harus memilih target buruan mereka. Satu pria mereka kenali karena memang pria itu yang sedari semalam diincar oleh Jaka, sedangkan dua lagi tidak mereka kenal, tapi mereka memutuskan untuk mengejar yang penampilannya tampak seperti otak dari rencana jahat mereka itu.
Elio yang terluka jalan menuju pos keamanan dan melaporkan tindakan mencurigakan di sekitar stasiun. Petugas keamanan stasiun pun menghubungi pihak berwajib setempat sedangkan Elio mendapatkan pengobatan untuk kepalanya. Selang setengah jam Dodit kembali dengan tangan kosong dan menghampiri Elio dan menanyakan keadaanya.
Dodit tampak terengah-engah dan kesal karena gagal menangkap mangsanya dan terduduk. Petugas keamanan juga sudah mengamankan lokasi terjadinya penyekapan Elio dan melaporkannya kepada Dodit. Tidak lama tampak bantuan datang. Dodit memberikan instruksi yang tidak dapat di dengar oleh Elio, kepalanya masih pening tapi dia mengkhawatirkan jaka.
Saat itu, pria yang memenuhi pikirannya muncul. Dia tidak sendiri, Jaka berhasil menangkap pria yang mereka kenal. Karyawan pemasaran Permana Group, pria yang Elio yakin berada di TKP saat dia mengunjungi tempat itu.
Pria itu diserahkan kepada Dodit, sementara Jaka menghampiri Elio yang kepalanya sudah diperban.
"Gimana luka kamu, parah?" Jaka tampak khawatir, tapi Elio hanya menggeleng pelan.
"Pusing dikit, kok abang bisa di sini? Walaupun aku bersyukur abang di sini, tadi mereka bilang mau menghabisi aku gara-gara aku menyebutkan nama Andien, artinya mereka tau sesuatu, Bang," ucap Elio cepat. Jaka mengangguk mengerti dan memanggil Dodit yang sudah menyerahkan tangkapan mereka kepada petugas dan membawanya ke kantor pusat mereka.
"Iya, nanti kamu juga buat keterangan di kantor polisi ya, tapi sebelum itu jawab aku, kenapa kamu di sini?" tanya Jaka menatap Elio penuh penekanan. Elio hanya bisa tersenyum kecut. Dia tau dirinya salah dan hampir menyebabkan dirinya dalam bahaya lagi. Dia takut Jaka marah tapi sekaligus lega karena Jaka yang menemukannya kali ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Whisper For Help
HorrorSetelah kematian sang Ibu, Elio memutuskan untuk merantau ke kota. Kehidupannya sebagai perias jenazah pun berubah 180 derajat setelah merawat seekor anjing yang dia selamatkan dan seorang anak perempuan cantik yang ditinggal ayahnya. Pada awalnya E...