Matahari Baru? (23)

18 3 0
                                    

"Kenapa? Seharusnya semuanya bisa berjalan sesuai rencanaku," ucap Noah yang penampilannya berbeda. Dia menyamar saat menemui Sonya yang sudah menjalani hukumannya itu.

"Yang aku inginkan sudah terpenuhi, Noah. Dia janji akan selalu di sisiku dan tidak meninggalkanku, Noah. Bagiku cukup."

Noah menatap wanita yang kehilangan kekuatannya itu dengan tatapan marah dan tidak suka. "Tapi buatku tidak cukup, seharusnya bukan ini yang terjadi." Noah berdiri siap meninggalkan tempatnya. Sonya ikut berdiri dengan ketakutan.

"Tidak, cukup Noah, jangan lagi. Ini akhirnya yang cuku baik untukku, jangan lagi, aku mohon!" Sonya ketakutan dan memohon. Petugas yang berjaga kemudian mendekat. Noah menurunkan topinya sebelum pergi.

"Kau membuatku kecewa, Bu!"

Dengan wajah pucat setelah dua bulan tidak sadarkan diri Elio bangun dari komanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan wajah pucat setelah dua bulan tidak sadarkan diri Elio bangun dari komanya. saat itu Jaka sendiri yang menjaganya dan dapat kesempatan pertama untuk bicara.

"Aku harus pergi Bang, aku harus pergi bersama Acha. Jauh dari sini, jauh dari Permana dan semua orang yang memujanya," ucap Elio saat pertama kali melihat Jaka setelah tidur panjangnya.

"Apa maksudmu El? Mau kemana memangnya, aku pasti bisa melindungi kamu dan Acha," balas Jaka kemudian.

"Gak Bang, Permana itu berbahaya dia jahat, sangat jahat. Tolong jangan beritahu siapapun kalau aku sudah siuman. Siapapun termasuk Davinia dan Oma. Aku harus pergi dari sini bersama, Acha."

Jaka terdiam tidak mengerti, tapi di sisi lain juga merasakan ketakutan luar biasa yang Elio rasakan. "Akan aku usahakan," ucapnya kemudian pergi.

Mereka harus cepat, sebelum Permana mengendus rencana Elio melarikan diri darinya. Saat Jaka meninggalkannya, jelas terlihat bayangan tembus pandang yang kini dapat jelas dilihatnya. Kalau benar Sonya pembunuhnya, mereka pasti sudah lenyap dari sana, tapi nyatanya arwah Andien dan Dinda masih setia di sisinya dan satu sosok lagi yang tidak pernah meninggalkannya, arwah ibunya yang terus menyuruhnya lari dari sana.

"Kita mau ke mana Kak?" tanya Acha kepada Elio yang menggendong ransel besar di pundaknya. Kepalanya masih diperban, dan mereka sedang berdiri di sebuah stasiun bus.

Elio tersenyum membelai kepala gadis itu lembut, dia menggendong boneka yang dibelikan oleh Oma. "Sementara kita harus lari yang jauh dari orang itu, mungkin nanti kita akan kelelahan dan menyerah tapi aku mau kita terus sama-sama sampai akhir," ucap Elio kemudian. Acha kemudian menggandeng tangan Elio dengan erat.

Tidak lama Jaka datang membawa dua tiket untuk Elio dan Acha. "Ini sampai di sana langsung ketemu Pak De Mus, dia akan bawa kalian ke tempat sementara, tunggu aku di sana," ucap Jaka kemudian berjongkok. "Jaga Kak El ya," pinta Jaka kepada Acha. Gadis kecil itu memeluk Jaka erat seakan tidak mau berpisah.

"Jangan khawatir biar aku yang jelaskan ke Oma dan Davi nanti."

"Thanks, Bang. Makasih banyak untuk semuanya."

Whisper For HelpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang