Jasa Membantu Arwah (10)

6 2 0
                                    

Acha duduk di atas tempat tidur dan mengompres wajah Elio yang memar, Sui duduk di sisinya tampak prihatin dengan keadaan tuannya itu. Elio menutup matanya dan merasakan nyeri di sekujur tubuhnya. Tadi saat Jaka meneleponnya, Elio memberitahukan keadaannya. Seperti yang Elio duga, Jaka sangat marah bukan padanya tentu saja. Dia langsung melaporkan kejadian yang menimpa Elio dan meminta rekannya menyelidiki.

Karena Elio tak ingin dibawa ke rumah sakit karena yakin luka yang dia terima tidak separah itu, terpaksa Jaka menurutinya. Benar saja, reaksi Jaka tidak ada apa-apanya dengan reaksi Oma. Wanita yang sudah berumur itu tampak terkejut bahkan menangis mengolesi salep di wajah Elio tadi.

"Jadi kamu nginep di sini?" tanya Oma kepada Jaka saat masuk ke dalam kamar Acha menaruh minuman hangat di sana. Elio kemudian membuka matanya dan melihat kedua orang itu sedang bicara di kamar Acha.

"Aku udah gak apa-apa kok, Bang, besok juga udah baikan lagi."

Jaka tidak menghiraukan Elio kemudian menatap Acha dan senyum, " Malam ini Acha bobok nemenin Oma ya bareng Sui. Biar malam ini Om Jaka yang nemenin Papa El. Biar besok Acha bisa siap-siap sekolah, mau ya?"

Gadis kecil itu melihat wajah Elio yang penuh memar dengan sedih tapi kemudian mengangguk,"Oke, Om Jaka harus jagain Papa El, ya."

"Siap, kalau ada yang macem-macem sama Papa El, langsung Om masukin penjara! Oke?" Acha tersenyum dan mengangguk.

"Acha sama Oma ya, Pa. Papa cepat sembuh," ucap gadis itu sembari mengecup kening Elio dan turun dari tempat tidur diikuti Sui.

"Besok pagi, Oma ke sini lagi." Oma pun mengecup kening Elio dan mengajak Acha keluar dari sana diikuti Jaka yang mengantar sampai ke depan. Setelah Oma dan Acha pulang, Jaka masih mengamati keduanya dari depan rumah kontrakan Elio sambil sesekali mengetik pesan lewat ponselnya.

Tidak lama berselang saat baru saja Jaka mau beranjak masuk ke dalam rumah, sebuah ojek berhenti dan dengan terburu-buru seorang gadis menghampirinya. Wajahnya cemas bukan main, gadis itu Davinia.

"Kak Elio gak apa-apa, kan Bang?"

Jaka kaget. Berita tentang Elio yang dihajar hanya diketahuinya, Oma dan Acha karena memang dia langsung membawa Elio pulang. Lantas dari mana gadis ini tau ada sesuatu yang terjadi dengan Elio.

"Dari mana..."

"Kak Elio gak apa-apa kan Bang?" tanya lagi, wajahnya cemas dan ketakutan. Jaka memegang pundak Davinia cukup keras, wajahnya serius.

"Elio lagi istirahat. Ada orang yang menghajarnya, dua orang katanya suruhan seseorang, kamu tau itu siapa? Dari reaksimu sekarang, sepertinya kamu tau sesuatu, Dav?"

Davinia tercekat, Jaka yang memang tidak banyak bicara itu bisanya memang selalu ramah, tapi kali ini berbeda. Apa yang terjadi pada Elio membuatnya marah terlebih dia tidak bisa membantunya saat itu.

"Davinia?"

Dengan tangan gemetar Davinia mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan sebuah pesan yang disertai gambar. Mata Jaka membulat besar, kemarahan terlihat jelas di matanya.

"Marcel? Dia yang kemarin buat keributan?" tanya Jaka memastikan melihat nama yang tercantum di ponsel Davinia. Gadis itu mengangguk samar dan merasa bersalah.

"Semua gara-gara aku, Bang. Kalau aja aku gak buat Marcel marah dia gak akan nyentuh Kak Elio gitu," ucap Davinia tulus.

"Berikan bukti ini sama aku, biar sisanya aku yang urus," ucap Jaka lagi mengambil gambar bukti percakapan Marcel dan Davinia. Marcel mengancam akan menghabisi Elio jika gadis itu masih terus menolaknya. Foto kedua preman suruhannya saat menghajar Elio pun terpampang nyata.

Whisper For HelpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang