Keesokan harinya Elio sudah sadar. Wanita yang baru saja jadi kekasihnya itu sampai izin tidak bekerja untuk memastikan pria yang dia sukai itu benar-benar tidak apa-apa. Acha sudah duduk di ranjang Elio dirawat sambil menyuapinya jeruk. Suasana sedari Elio sadar sudah ramai.
Jaka yang baru keluar dari kamar mandi hanya memperhatikan dan duduk sambil memeriksa ponselnya. Wajahnya serius seperti biasanya. Pagi-pagi sekali dia dibangunkan oleh suara telepon Oma yang menanyakan kabar Elio, tapi waktu itu Elio masih belum sadarkan diri. Setelah Elio mulai sadarkan diri, Jaka baru mengabari dan tidak lama tiga wanita itu datang.
"Kamu gak ngantor, Nak?" tanya Oma duduk di samping Jaka.
"Iya, Bang, aku bisa jagain Kak El kok seharian ini, aku udah izin dari kantor," tambah Davinia saat mendengar percakapan Oma dan Jaka.
"Nanti, aku ke kantor. Oh iya sebaiknya nanti kalian pulang dulu, menjelang malam kamu baru balik lagi buat jagain Elio karena aku ada kerjaan."
Davinia mengangguk patuh kali ini dan senyum sambil mengupas buah-buahan dan Acha bertugas menyuapi Papanya itu. Oma akhirnya mengajak Acha dan Davinia untuk membeli makan siang sekaligus membelikan Jaka karena sepertinya pihak berwajib mau memintai Elio keterangan kejadian kemarin.
Adi, dan Dodit masuk ke ruangan perawatan Elio saat tinggal Jaka seorang di dalam tengah merapikan selimut Elio. "Gue heran ini kebetulan yang gak wajar tau gak sih?" celetuk Adi saat duduk di sisi ranjang Elio sebelah kiri sedangkan Dodit memilih duduk di sofa.
"Wajar, kok, lo lupa. Elio ini bermasalah sama Marcel anaknya Permana, jadi kita gak tau nih dia ini terlibatnya sejauh apa?" ucap Dodit membela.
Jaka kemudian ikut duduk di dekat Elio, "Kalau kamu udah merasa bisa memberi keterangan kita lanjutkan, kalau belum siap bisa kita tunda," ucap Jaka kemudian.
"Bisa kok, Bang. Cuma aku takut ini gak membantu banyak," ucap Elio kemudian.
"Gak apa-apa."
Elio tampak menarik napas panjang sebelum akhirnya menceritakan semua yang terjadi mulai dari Oma yang meneleponnya sampai pesan yang memberitahu kalau Acha diculik. Elio hanya melihat sekilas pria yang dia temui waktu di stasiun sebelum masuk ke dalam kobaran api. Elio juga memberitahu di dalam itu hanya ada satu penjaga yang menunggunya seakan memastikan kalau dia dan Acha harus mati di sana.
Adi mencatat semua keterangan Elio selengkap-lengkapnya. "Pria ini yang lo gagal kejar ya, Bang?" tanya Adi kepada Dodit yang mendengus kesal.
"Aku yakin, seperti dugaan lo, dia orang yang cukup penting. Pria yang kita tangkap itu tidak mau bicara apapun dia bilang hukuman apapun akan dia terima tapi tidak akan keluar sepatah katapun dari mulut. Arg! Keras kepala sekali," Dodit menggeram kesal.
"Pria yang bersamaku gimana? DIa selamat kan?" tanya Elio lagi.
"Selamat tapi masih belum siuman dan dalam penjagaan ketat, kamu juga nanti akan dijaga ketat sementara ini. Selain terlibat dengan anak Permana, aku rasa kamu ikut terseret dengan masalah keluarga mereka yang lain," ucap Jaka khawatir.
"Lalu Acha?" tanya Elio lagi.
"Acha sudah cerita yang dia ingat, karena menurutnya telinganya tidak mendengar apapun kecuali musik, mungkin dia menggunakan headphone dilihat dari barang bukti yang tersisa dari kebakaran. Oh, handphone punyamu rusak. Aku sudah menggantinya," ucap Jaka mengeluarkan ponsel dari dalam jaketnya. "Sementara saja agar kau bisa dihubungi dan menghubungi, nomor-nomor penting udah aku masukin ulang di sana," tambah Jaka penuh perhatian. Elio mengangguk dan mengambil ponsel itu
Adi, Dodit dan Jaka keluar dari kamar perawatan. Mereka mendiskusikan tentang penjagaan Elio malam ini karena Jaka harus bekerja. Davinia akan menjaga Elio, tapi Jaka tetap ingin memberikan perlindungan untuk berjaga-jaga.
Hari semakin sore, Jaka sudah bersiap sambil menunggu Davinia datang menggantikannya. Elio sudah memintanya pergi saja, tapi tetap dia merasa tidak tenang. Petugas yang nanti berjaga juga belum datang.
"Maaf, Mas Jaka bisa ke administrasi dulu ada yang perlu ditandatangani," seorang suster masuk dan meminta Jaka mengikutinya. Jaka kemudian beranjak dari duduknya. "Sebentar, ya," ucap jaka kembali meninggalkan Elio sendirian di ruangannya. Elio menghela napas panjang.
Belum lama dia di Jakarta, tapi rentetan kejadian terus saja bergulir dimulai dengan kematian Ibunya yang mendadak sampai saat ini. Tidak pernah terbayangkan olehnya dia akan melalui ini semua, seperti pahlawan yang menyelamatkan gadis kecil dari masalah.
Suara pintu dibuka, Elio menatap ke arah pintu mengira Jaka yang kembali atau Davinia yang datang, tapi alangkah terkejutnya dia saat melihat sosok pria yang dia kenal masuk mendekat dan tersenyum padanya. Aditya Permana menemuinya didampingi seorang pria berkumis yang sedikit lebih tua darinya.
"Anda?" Seketika Elio tegang, bagaimana mungkin tidak entah anak atau istrinya yang mencoba mencelakainya berkali-kali itu tapi Aditya membuat gesture agar Elio tenang.
"Maaf, kalau kedatangan saya ke sini membuatmu takut. Saya mau minta maaf atas apa yang menimpamu, Elio. Bahkan ibumu tetap memberimu nama seperti permintaanku," ucapnya kemudian sambil tampak mengenang.
"Ibu? Apa hubungan Ibu saya dengan anda?"
Aditya diam sejenak dan meminta pria berkumis itu menyerahkan berkas yang ada di tangannya dan memberikannya pada Elio, saat elio membuka lembar demi lembarnya, hanya ada raut wajah tidak percaya dan penuh tanya.
"Kau adalah anakku, anak kandungku. Aku dan ibumu memiliki hubungan yang cukup serius, saat itu aku berjanji akan menjemputnya bersama denganmu, tapi karena hubunganku dengan Sonya rumit, aku menunda semua itu dan baiknya ibumu sangat mengerti. Saat kau sudah sedikit besar, aku meminta ibumu pindah ke Kendari agar bisa bersembunyi dari Sonya, namun sayang aku terlambat saat Sonya akhirnya menemukan di mana keberadaan kalian waktu itu."
DEGH!!
Sengatan di kepala Elio kembali muncul, rasa sakit yang terakhir sampai membuatnya tidak berdaya kembali muncul, samar-samar dia mendengar suara dalam kepalanya tapi tidak jelas apa yang dibicarakan sampai Aditya menyentuh tangannya dan semua suara yang menyakiti kepalanya lenyap begitu saja.
"Kau anakku yang berharga dan aku ingin melindungimu dari Sonya. Tunggulah, aku janji akan membereskan semuanya, setelah itu kita akan bicara kembali sebagai ayah dan anak," ucapnya sambil tersenyum.
Elio yang penuh kebingungan pun hanya bisa terdiam. Aditya menepuk pelan pundak Elio dan pergi lebih dulu dari sana. Pria berkumis tadi kembali mengambil map berisi foto-foto kenangan Aditya dengan Ibu Elio sewaktu masih muda. Bahkan ada laporan DNA yang membuktikan omongan pria berkuasa itu.
Namun, Elio tidak sanggup mencerna informasi ini tiba-tiba. Dia ingin segera menceritakan semuanya kepada Jaka. Satu-satunya yang dia percaya dapat memahami dan memberinya saran saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Whisper For Help
HorrorSetelah kematian sang Ibu, Elio memutuskan untuk merantau ke kota. Kehidupannya sebagai perias jenazah pun berubah 180 derajat setelah merawat seekor anjing yang dia selamatkan dan seorang anak perempuan cantik yang ditinggal ayahnya. Pada awalnya E...