"Terus, kamu udah lapor ke sekuriti kompleks? kalau belum nanti biar Oma temani waktu kita pulang nanti. Jaka kemarin juga cerita pernah liat Davinia bertengkar sama pria di tepi jalan gitu, tapi dia ngakunya sih itu bosnya," ucap Oma sambil menyeruput teh tarik di hadapannya.
Hari ini hari pertama Acha sekolah, Oma sudah janjian dengan Elio akan sama-sama mengantarkan Acha ke sekolah barunya itu. Keduanya lalu memutuskan untuk makan chai kue Singkawang yang terkenal di daerah itu. Makanan yang dulu pernah dicicipinya waktu Opa dinas ke Kalimantan Barat.
"Sudah Oma, tadi pagi ketemu Bang Jaka dulu lalu dia inisiatif laporan ke satpam," jawab Elio kemudian sambil ikut mengambil makanan berbentuk pastel, mirip kroket tapi berwarna putih dan aroma bawang putihnya menyeruak.
"Terus kenapa lagi?" Oma menatap Elio. Dari wajahnya terlihat ada yang belum selesai dia sampaikan.
"Oh gak sih Oma, aku gak tau apa ini ada kaitannya sama kejadian semalam itu, tapi Dav sepertinya ngindarin aku," ucapnya ragu. Oma memiringkan kepalanya dan tersenyum.
"Mungkin dia malu sudah membuat keributan seperti tadi malam? Kasih aja dia waktu, jangan terlalu dipikirin, ya," balas Oma lagi sambil memberikan senyum cerahnya yang selalu mampu membuat Elio lega.
Keduanya kemudian terdiam sambil menikmati chai kue kukus hangat itu, dengan dicocol sambal cair. Wajah Elio saat pertama kali mencicipi makanan khas tionghoa itu sangat menarik, sepertinya dia menyukainya.
"Bang Jaka itu sudah punya pacar belum sih Oma?" tanya Elio tiba-tiba membuat Oma Diana mebesarkan kedua bola matanya lalu tertawa.
"Kamu itu, sama aja dengan Jaka, kalau bertanya apa-apa kadang suka gak keduga," Oma lanjut tertawa lalu menenangkan dirinya. "Dulu punya, tapi sekarang sudah putus. Oma pikir mereka akan sampai ke jenjang pernikahan malah, tapi namanya jodoh gak ada yang tau," Oma kemudian melirik Elio yang hanya mengangguk. "Kenapa? Kamu punya calon buat abang kau itu?" Oma kembali terkekeh.
"Davinia, Oma?" tanya Elio kemudian.
Oma kembali menatap Elio tak percaya. pria yang sudah seperti kerabatnya itu mengucapkan nama gadis yang memang tak asing buatnya. Gadis cantik, pekerja keras dan mandiri, yang sering main ke kedainya itu.
"Loh, bukannya kamu yang suka sama Dav?" jawab Oma membuat Elio tersentak hingga tersedak. Cepat Oma menyuruh Elio minum untuk meredakan batuknya yang berkepanjangan dan menjadi tontonan. Oma tersenyum dan menunduk tanpa permintaan maaf karena mengganggu pelanggan tempat makan itu.
Elio terus terbatuk dan menghabiskan minumannya sendiri. Oma segera memesan air mineral yang cepat diantarkan oleh pelayan dan membukanya untuk Elio minum. Oma tertawa pelan melihat tingkah anak lelaki itu.
"Jangan suka menjodohkan orang yang kamu suka ke orang yang kamu anggap lebih pantas mendapatkannya. Itu kan yang kamu pikirin, El?"
Skakmat! Elio hanya berani menatap Oma kemudian menghela napas panjang. Dari awal sejak dia menyadari tertarik dengan gadis yang tinggal di sebelah kontrakannya itu, saat itu juga dia tau kalau dia tidak pantas untuk itu. Siapa lah dirinya? Hanya pemuda yang pindah dari satu daerah karena tak memiliki kerabat, pekerjaannya sangat berbeda dan terlampau unik untuk diterima.
"Lagian sepertinya abang kamu itu, nganggep Davinia kayak adik perempuannya aja, gak lebih," tambah Oma kemudian menghabiskan satu buah Chai kue dengan isian bengkuang dan melahapnya langsung dalam sekali gigitan.
Keduanya memutuskan pulang dan akan bersama-sama menjemput Acha nanti setelah waktunya dia pulang. Kedai sementara diurus oleh anak buah Oma. Walau Elio berkata bisa melakukannya sendiri, sepertinya Oma Diana tetap ingin menemaninya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Whisper For Help
HorrorSetelah kematian sang Ibu, Elio memutuskan untuk merantau ke kota. Kehidupannya sebagai perias jenazah pun berubah 180 derajat setelah merawat seekor anjing yang dia selamatkan dan seorang anak perempuan cantik yang ditinggal ayahnya. Pada awalnya E...