16

10 3 7
                                    


Gelap

Dan Begitu berisik

"Kamu tau kan!aku kerja buat kamu dan Chloe!"

Plak

Lagi lagi ayah menampar ibu.

Hampir setiap malam ayah yang lelah sehabis kerja selalu berbuat kasar pada ibu. Melalui celah pintu kamar aku selalu melihat ayah memukul, menampar dan terkadang melempar barang apapun pada ibu.

Sebuah apartemen di lantai lima nomer 17 selalu saja diisi dengan keributan sepasang suami istri itu di malam hari.

Malam ini pun sama, ditengah malam cahaya bulan datang melalui celah jendela menghampiri gadis kecil bersurai ungu. Kala itu si gadis kecil menutup kedua telinganya berusaha tidak mendengar keributan yang sudah menjadi rutinitasnya di malam hari.

Bagaimanakah ini bisa terjadi padaku?

Dimanakah letak kesalahanku?

Kenapa ayah memukul ibu?

Berulang kali pertanyaan pertanyaan itu selalu terlintas di kepalanya. Tapi dengan siapakah dia bisa bertanya? Dirinya tidak memiliki satu orangpun untuk setidaknya mendengarkan ceritanya. Setiap kali dia mencoba bercerita hanya berisi kekosongan gelap gulita kamar dengan bulan yang selalu menemani malam panjangnya.

Dahulu orang tuaku tidak seperti ini. Ayah selalu menyayangi aku dan ibu, mengajakku bermain, tidur bersama, dan terkadang ayah lah yang menata rambut panjangku.

Pekerjaan ayah membuatnya sering tidak pulang beberapa hari, ketika ibu mendapat kabar ayah yang akan segera pulang ibu selalu memasak banyak menu untuk makan malam. Merias dirinya sendiri dengan cantik  dan memakaikan baju bagus serta menata rambutku.
Untukku yang seorang anak tunggal, itu adalah kebahagiaan tak ternilai. Lahir di keluarga sederhana tidak membuat diriku mengeluh akan takdir karna  kedua orang tuaku begitu menyayangiku.

Aku selalu ingat yang ibu katakan padaku saat menyisir helaian rambutku.

"Chloe itu anak imut, lihat rambut ungu panjang nan lembut mu ini, kalau saja kamu dewasa nanti pasti akan jadi perempuan yang sangat cantik"

"Apa aku... imut?"

Rona merah memenuhi pipi kenyalnya,Chloe kecil memutar tubuhnya menghadap ibunya. Ibu Chloe yang sama sama bersurai ungu sepertinya tersenyum lembut, lalu setelah itu mengelus kepala Chloe dengan gerakan yang lembut.

"Tantu saja... karna Chloe adalah anak ibu "

Bagi Chloe, saat itu cara ibunya memandangnya begitu penuh dengan rasa hangat. Yang membuat Chloe tersenyum bahagia sambil memeluk ibunya. Dia Mendusel di pelukan ibunya, Chloe teramat menyayangi orang yang melahirkannya di dunia ini.

"Hehe...Aku sayang ibu~"

Cup

Ibunya mencium singkat kepala Chloe.

"Ibu juga menyayangimu Chloe..."

Kenangan itu tidak pernah terlupakan dari memori ingatan Chloe.

Tidak seperti dahulu, kini Chloe yang duduk di tahun terakhir sekolah dasar menatap kosong pemandangan ruang kelas di depannya.

Anak-anak yang berlarian dengan tawa keras, sekumpulan anak anak yang sedang belajar, dan kumpulan anak anak pembully maupun yang ditindas. Dari semua anak anak di berasa di kelas yang sama dengannya tidak ada satupun dari mereka mengajak Chloe untuk bergabung. Baik itu hanya dalam teman sepermainan ataupun kelompok belajar jika bukan guru yang menentukan Chloe selalu sendirian.

Duduk ditempat duduk terbelakang yang selalu mendapat tatapan jijik dan merendahkan, Chloe berusaha tidak mempedulikan hal itu. Sekumpulan anak perempuan yang berjumlah 4 orang melalui pintu belakang kelas salah satu dari mereka secara sengaja menabrak mejanya.

The Last Evans Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang