05

28 9 2
                                    

" Professor I haven't eaten anything last night .... "

Nada lemas keluar dari mulut Rina, memang benar sih profesor Sarah sudah membantunya kabur disela sela percakapannya dengan Alver namun Rina sangat tidak merelakan sarapannya terlewat begitu saja.

"Kenapa kamu melewatkan makan malam? Apapun itu soal sarapan tenang saja aku sudah menyiapkannya"

Professor sarah masih membawa Rina dalam rangkulannya sedangkan Rina hanya bisa pasrah saat profesor sarah dengan seenaknya membawanya pergi.

"Ngomong ngomong ada keperluan mendesak apa anda dengan saya profesor"

Hal itu sejak tadi terus mengganjal dalam pikiran Rina ,mendengar dari percakapan antara Alver dan profesor Sarah jelas orang di sampingnya sifatnya sangat merepotkan.

"Hanya ingin sarapan bersama dengan obrolan ringan"

"Maaf?"

"Kubilang ayo sarapan dan mengobrol denganku"

Ulang profesor Sarah dengan entengnya padahal ia baru saja memperlihatkan permusuhan dengan pangeran Ingarsia di kafetaria akademi yang disaksikan banyak murid, Rina berpura pura hal itu tidak pernah terjadi.

Tiba didalam kantor profesor Sarah, Rina dapat melihat tanaman yang terlihat lebih segar dibandingkan dengan kemarin pada pagi hari . Menurut buku hijau tentang akademi yang dibawa Rina dijelaskan bahwa profesor akademi dapat membuat inferior kantor mereka sendiri secara bebas tanpa larangan. Rina kemarin tidak terlalu memperhatikan bagian dalam kantor, ia melihat pohon pinus besar ada dalam kantor profesor Sarah yang sempat membuatnya keheranan, sebenarnya bagaimana cara dia memindahkan pohon itu ke dalam ruangan? Ataukah dia menanamnya tapi untuk pohon pinus seukuran ini perlu berapa tahun untuk tumbuh? Pertanyaan demi pertanyaan mulai bermunculan di dalam benak Rina.  But ,Hold on mengingat fakta profesor Sarah yang merupakan kepala Asrama Sains tidak heran ia dapat membuat hal ini dapat terjadi dengan menggunakan metode penelitian dan beberapa uji coba , itu hal yang wajar.

Tenggelam dalam pemikirannya profesor Sarah menepuk bahu Rina

"Apa yang kamu pikirkan, ayo segera duduk "

Rina sadar akan lamunannya, ia melihat dua  pasang bangku dengan satu meja penuh makanan seperti sandwich, roti, daging, salad dan beberapa buah buahan segar .

"Bukan apa , hanya saja bukankah anda terlalu bersenang senang menindas para murid?"

Menarik salah satu bangku didekatnya Rina duduk ditempat yang profesor Sarah persilahkan.

"Haha, Kau cepat mengerti aku ya ....
Jika saja aku bertemu dengan pria yang dapat mengerti akan sifatku aku pasti sudah menikah sekarang"

Bersikap seperti orang kesepian profesor Sarah memeluk tubuhnya sendiri. Rina hanya mendoakan lelaki yang ditakdirkan suatu saat nanti menjadi pasangan profesor Sarah untuk selalu sabar menghadapi sifat profesornya.

Menghabiskan sesi sarapan dengan memakan sandwich dan beberapa buah anggur hijau yang dimakannya Rina mengobrol hal hal yang menurutnya  sangat random dengan profesor Sarah . Profesor Sarah banyaknya bertanya kepada Rina mengenai kesannya terhadap kepala akademi, hal hal kesukaannya, dampak perang Dunia, dunia perfilman dan masih banyak lagi. Rina menjawab seperlunya saja, ia juga tidak bertanya kembali kepada profesor Sarah karna profesor Sarah sendirilah  yang menceritakan tentang dirinya tanpa Rina perlu bertanya.

Rina yang selalu menjaga jarak dengan orang lain kali ini membuka dirinya lebih pada profesor didepannya, ia bertanya tanya pada dirinya sendiri apa karna pertemuan pertamanya profesor Sarah mengetahui tentang manipulasi yang dilakukan Rina? Apa karna profesor Sarah merupakan orang menarik baginya? Atau karna ia menyelamatkannya tadi dari pangeran Ingarsia? . Tapi hal yang selalu menjadi pertimbangan baginya adalah identitas mengenai siapa sebenarnya profesor didepannya ini? Maksud tersembunyi apa yang ia sembunyikan?

The Last Evans Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang