17

15 3 13
                                    

"Hahaha, kamu tadi terlihat sangat kerepotan Rina"

Buku tua menggoda Rina yang langsung dibalas tatapan datar darinya. Rina yang menyantap rotinya di bawah pohon rindang di tengah teriknya matahari siang membutuhkan ketenangan tapi si Buku mengacaukannya. Dirinya yang malas makan siang di kafetaria memutuskan untuk membeli roti lalu menyantapnya di taman akademi.

Namun Rina hampir melupakan keberadaan si Buku tua yang bersamanya. Saat ia membuka tasnya, buku tua dengan cepat hampir seperti terbang langsung keluar dan menertawakannya. Kembali ke masa kini Rina hanya diam memandang datar si buku yang menertawakannya.

"Aneh rasanya melihat sebuah buku tua tertawa."

"Kenapa, kamu harusnya bersyukur bisa mendengar tawa mahluk tampan ini"

Secara tidak langsung dia mengingat gendernya

"Oh ,Jadi kamu laki-laki."

"Benar juga ya! Mungkin ini bisa menjadi salah satu petunjuk mencari asal mula dirik-, tunggu,tunggu!! Sejak tadi aku bicara padamu tidak ada yang mendengar kan!!!"

Panik membanjiri si buku, dia langsung melihat kesana kemari memperhatikan sekitarnya waspada.

Rina menutup matanya sejenak.

"Tidak"

"Bagaimana kamu bisa tau?"

Tanya si buku yang masih panik melihat sekitarnya.

"Karna aku tidak merasakan hawa keberadaan seseorang  di sekitar sini, banyaknya semua orang berada di kafetaria saat ini"

Si Buku menyempitkan satu matanya

"Benarkah?"

Sejak kapan ia punya mata...

"Ia..."

Menjawab malas pada si Buku yang masih belum percaya perkataannya Rina melahap kembali roti coklatnya.

Lagipula kalau ada orang yang melihatnya juga bukankah aku yang akan dirugikan? Aku pasti akan dianggap gila.

Ketika Rina membuka mulutnya ingin dimasukkannya sobekan roti terakhir si Buku memakannya dengan mata hitam berkilauan.

Jangan bilang sejak tadi dia menginginkan  roti coklat ini

Dengan ragu Rina menanyakan pertanyaan  yang terlintas dikepalanya.

"Hei, hmm... memangnya buku bisa bermetabolisme..?" Tanyanya hati hati

"Sayangnya tidak..."

Suara lemah didengar Rina dari si buku.

"Ngomong-ngomong harus dengan apa aku memanggilmu, kamu tidak berpikir aku akan selamanya memanggilmu 'hei,oi,buku' dan semacamnya kan?"

Posisi si Buku yang berada di depan Rina membuat semua gerakan yang dilakukannya dapat dilihat jelas oleh Rina.
Saat ini Si Buku tengah diam menutup kedua matanya seperti terlihat sedang berpikir keras.

"Kuserahkan padamu"

Tatapan mantap percaya diri dari Si Buku di arahkannya pada Rina. Tatapan itu terlihat seperti orang tua yang menyerahkan semua warisan pada anaknya dengan penuh rasa percaya.

"Hah? Maksudnya?"

Si Buku yang awalnya berdiri sendiri itu di atas hamparan rumput taman akademi sekarang tidur terlentang menjadi buku biasa.

Huff

Rina menghela nafasnya secara internal, dirinya lalu mengambil tas hitamnya dan buku tua didepannya itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Last Evans Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang