CHAPTER SATU

2.6K 223 60
                                    

"Beomgyu! Astaga, udah siang gini masih molor wae! Kamu liat tuh anak tetangga! Pagi-pagi udah nyapu-nyapu halaman rumah!"

something normal in Beomgyu's day, tiada hari tanpa teriakan sang mama.  Dan satu lagi, tiada hari tanpa dibanding-bandingkan dengan si anak tetangga sebelahnya.

Beomgyu masih malas membuka mata, ia bergerak memunggungi mamanya yang masih rewel nan gencar memuja-muja akhlak baik tetangga mereka. Bagi Beomgyu itu sudah biasa, lagipula apa yang bisa diharapkan darinya yang hanya bisa malas-malasan? Jadi biarkan saja mamanya terus memujinya sampai puas sendiri.

Saat hendak kembali menyelami alam mimpi, tiba-tiba ia merasakan kupingnya ditarik kuat kebelakang. Rasanya sakit dan ngilu, Beomgyu mengaduh kesakitan karena mamanya menarik telinganya tak kira-kira, bahkan hampir copot.

"Kurang ajar kamu, bukannya bangun bantuin mama malah lanjut tidur!"

"Aduh! Iya ma... ini Beomgyu bangun, lepas sakit." Pintanya mengadu, mamanya langsung melepaskan tarikannya. Sebelum pergi keluar kamar, mamanya sempat memberikannya peringatan.

Beomgyu mendengus, pupus sudah rencananya untuk menghabiskan hari liburnya dengan bermalas-malasan. Terpaksa, Beomgyu bangkit dari kasurnya dan berjalan menuju lantai satu.

Sampainya, Beomgyu tak melakukan apa yang mamanya minta, justru ia lanjut tiduran di sofa. Hanya tidur ayam, gak sampai kebablasan tidur nyenyak.

"Beomgyu! Ini mama bantuin cuci baju!" Teriak mamanya dari dapur.

Beomgyu misuh-misuh sampai kakinya bergerak menendang-nendang angin, ia bangkit kembali dari rebahan nyamannya. Agak malas jika pagi-pagi diawali dengan mengbabu, sudah biasa soalnya.

Mamanya datang, dengan sebuah sapu. Beomgyu terkesiap, takut kena gebuk. Tapi rupanya ia salah sangka, sapunya tentu saja untuk menyapu.

"Kenapa diam aja? Sana cuci piring." Suruh mamanya.

Beomgyu mendengus, "tadi suruh cuci baju, sekarang cuci piring, gimana sih?"

"Dua-duanya maksudnya." Balas mamanya enteng.

Dalam hati Beomgyu kembali misuh-misuh, mamanya ini tiada hari tanpa menjadikannya babu. Rasanya Beomgyu ingin sekolah saja, dirumah ia menderita soalnya.

"Permisi.."

Sebuah suara mengalihkan perhatian orang rumah. Didepan pintu, berdiri seorang laki-laki tampan nan manis, ia tersenyum sopan.

Mamanya melihat itu turut tersenyum, "eh Taehyun, sini masuk, ada apa kesini?" Tanyanya lembut.

Beomgyu melirik judes, bibirnya mengikuti gerik ucapan sang mama mengejek. Dengan dirinya galak, seperti mama tiri sinetron Indosiar, giliran sama anak tetangga lembut dan penuh pengertian.

"Saya mau nganterin sup buatan bunda tante, katanya suruh nyicipin." Ujar laki-laki bernama Taehyun itu. Ia berjalan masuk kedalam, dengan sopan ia menyerahkan mangkok berisi sup ayam buatan bundanya, kepulan asap mengudara, bahkan aromanya yang enak dan gurih menyapa Indra penciumannya.

"Wah, keliatannya enak nih. Tolong bilangin makasih ya sama bunda," balas mama Beomgyu, Taehyun mengangguk sebagai balasan.

Mamanya tersenyum, diam-diam ia melirik Beomgyu, wajahnya terlihat suram.

"Aduh, pasti bunda Tika beruntung banget ya punya anak kayak kamu. Udah rajin, pinter, ganteng, manis lagi. Gak kaya anak mama, kerjaannya males-malesan mulu," sang mama mulai memanas-manasi.

Beomgyu sendiri mencoba tak peduli, ia meraih remot dan menyalakan tv, dilayar mempersembahkan kartun kiko, si ikan jadi-jadian.

Mamanya gemas, "andai dia kayak kamu, pasti saya bakal—"

Anak Tetangga -Beomtae ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang