Bab 17 : Menunggu

1.6K 143 5
                                        

Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Seorang wanita dengan setia menunggu suaminya yang tak kunjung pulang.

Berdiri sendiri di depan rumah, memeluk tubuhnya yang dingin karena malam ini sedang turun hujan.

"Apakah Raka lembur di hari pertamanya bekerja?" ucap Mala dengan suara lembut yang tenggelam karena suara guyuran hujan.

Mala menatap ke depan, tidak ada tanda-tanda Raka akan pulang. Wanita itu menarik napas lemah lalu memutuskan untuk kembali ke dalam. Pintu ia tutup dan berjalan ke arah ruang makan.

Mala duduk di kursi, kedua matanya sedih menatap makanan yang telah ia siapkan usai belanja tadi sore.

Mala memasak dan membersihkan rumah sendiri. Karena tidak ada satupun pembantu di rumahnya. Sebelum sekolah kembali di mulai, Mala akan mengerjakan semuanya sendiri.

Meski begitu Mala mengerjakan semuanya dengan senang hati. Ia mencintai Raka maka apapun yang pria itu butuhkan Mala akan berusaha memenuhinya.

Setelah membereskan meja makan, Mala memutuskan naik ke lantai atas untuk tidur. Sungguh tubuhnya sangat lelah terlebih lagi hatinya. Hal apa lagi yang mampu membuat lelah selain menunggu tanpa kepastian.

Setelah berganti piyama Mala naik ke tempat tidurnya yang luas. Tidak ada yang kurang dari apa yang Mala miliki kecuali cinta suaminya, Raka.

Suara mobil terdengar di halaman rumah, Mala yang baru saja naik ke kasur bergegas turun untuk menyambut Raka.

Raka menatap dingin Mala. Pria itu langsung menerobos masuk tanpa memperdulikannya. Mala segera menutup pintu kembali dan menguncinya, mengejar langkah Raka menuju kamar tidur mereka.

"Kenapa pulang sangat malam? Apa pekerjaan di kantor sangat banyak??" tanya Mala saat sudah berada di dalam kamar.

Raka mengabaikan pertanyaan Mala, membuka jasa dan melonggarkan dasinya.

Mala segera membawa jas Raka menaruhnya di keranjang cucian untuk ia cuci besok. Diambilnya pakaian bersih dari lemari dan ditaruhnya di atas kasur.

Mala duduk ditepi kasur menyalakan ponsel berkirim pesan kepada sahabatnya sambil menunggu Raka selesai mandi.

Raka keluar dari kamar mandi tanpa memakai baju, hanya memakai handuk putih terlilit di pinggangnya. Rambutnya yang basah membuat kadar ketampanan Raka bertambah berkali-kali lipat dari sebelumnya, tubuhnnya terlihat kekar berotot. Mala selalu jatuh cinta pada pria itu.

Raka adalah pria tampan dan sempurna, hanya satu kekurangannya ia tak punya hati. Atau lebih tepatnya bukan Mala lah yang memiliki hatinya tapi wanita lain.

"Mau makan dulu ga??" tanya Mala yang di gelengi Raka.

Raka mendekat ke arah ranjang, segera mangambil bantal dan selimut yang ada di tempat tidur. Rutinitas yang di lakukan setiap malamnya.

"Rak...." Mala meraih tangan Raka sebelum melangkah ke sofa.

"Lepasin! Ngapain pegang-pegang!!" Raka menepis tangan Mala.

"Maaf...." sambil melepaskan gengamannya.

"Gue mau tidur!!"

"Tunggu Rak. Lo tidur di sini aja"

"Ngarep banget ya lo tidur sama gue!" sinis Raka.

"Bukan gitu maksudnya"

"Terus apa?!"

"Lo tidur di sini, biar gue yang tidur di sofa. Gue ga tega ngeliat lo tidur di sofa yang keliatan ga nyaman banget"

"Baguss deh kalo lo mikir!"

Mala membawa bantal dan selimut melangkahkan kakinya ke sofa. Saat ini yang terpenting adalah melihat Raka menikmati mimpi indahnya dengan nyaman.

Mala sangat bahagia bisa berbuat sesuatu yang dapat memberikan kesenangan kepada laki-laki yang telah menikahinya. Rasa bahagia itu tidak dapat ia ungkapkan dengan kata-kata.

Sekarang Mala dapat menikmati tidurnya tanpa harus memikirkan Raka yang harus berbaring tidak nyaman di atas sofa. Ia seketika melupakan sikap kasar yang di perbuat Raka kepadanya, melihat wajah bahagia Raka saat menaiki ranjang. Besarnya cinta yang Mala miliki mampu mengubah kesedihan menjadi suatu kesenangan.

Raka telah berhasil membuat Mala menjadi wanita yang lebih sabar dan kuat menerima perlakuannya. Mala tidak pernah menyesal mencintai laki-laki yang tidak pernah menganggap bahkan mengharapkan dirinya.

Bersambung...

AMALA  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang