27. terbongkar

674 37 6
                                    

woy ayo gas ramaikann!🔥








.

.

.

"C-calista?"

Kenzo yang semula menunduk langsung mengangkat wajahnya saat Devan bersuara. Atensi keempat laki laki itu kompak mengarah pada Seorang gadis yang berpakaian basah, dari ujung kepala sampai ujung rambut. Mereka bisa melihat jelas mata Calista yang memerah serta bibir yang bergetar.

"Lo ngapain disini, ta?" Tanya Devan berjalan menghampiri wanita idamannya.

Calista diam sambil menunduk.

"Ta?"

Tidak ada sahutan. Malah yang ada mereka mendengar isakan kecil dari gadis itu.

"Itu beneran Calista apa hantu sih?" Tanya Gavin seraya memeluk lengan Afgan. Di jam yang hampir menginjak pukul dua malan ini tak jarang banyak makhluk halus yang berkeliaran. Apalagi ini rumah sakit.

Afgan hanya menggelengkan kepalanya. Masih bingung mencerna situasi.

Isakan Calista yang kian mengeras membuat Devan mundur beberapa langkah. Tidak dapat dipungkiri bahwa bulu kuduknya sekarang sudah berdiri semua.

"M-merva.." cicit Calista.

Semua yang ada disana mengerutkan kening.

Afgan yang semula nge-lag tiba tiba membulatkan mata lebar lebar.

Ia berjalan gontai dengan ekspresi yang berubah drastis dari sebelumnya. Ia berdiri tegap di hadapan Calista sambil menatap gadis itu cukup lama.

"Ada hubungan apa Lo sama Merva?!"

Calista makin menunduk. Jari tangannya tertaut satu sama lain.

Jder

Kilatan guntur masih tiada bosan untuk menyambar langit malam.

"JAWAB!!" Sentak Afgan.

Kenzo, Devan dan Gavin cuma bisa diam tanpa menyela.

"Oke. Selain saudara tiri, gue udah nikah sama Merva..." Lirih Calista yang mampu ditangkap jelas oleh indra pendengaran Afgan.

Afgan melongo tak percaya. "JANGAN NGACO!"

"Gue gak ngaco!" Bantah Calista. Sekarang perempuan itu berani mengangkat wajahnya.

Kenzo berjalan mendekat. Gavin dan Devan pun siaga membuntutinya.

"Maksud lo apa?! Jelasin!" Bentak Kenzo di sela sela guntur dan hujan lebat yang sangat memekakan telinga.

Calista menggeleng. "Gue mau ketemu dulu sama Merva,"

Kenzo meraup wajahnya frustasi lalu membiarkan perempuan itu untuk masuk kedalam ruang UGD.

"Ikutin dia!" perintahnya.

Calista berdiri di samping brankar, tepat Merva barbaring. Ia memandang suaminya dengan sendu.

Sayup sayup Merva membuka matanya. Menolehkan kepalanya kesamping, ia dapat melihat ada perempuan yang berdiri disampingnya.

Tangisan Calista pecah.

"Mama meninggal!" Perempuan itu memeluk tubuh Merva yang penuh dengan Luka.

Bukannya merintih kesakitan, Merva malah tertawa hambar.

"Bohong!"

"Mama udah gak ada, Merva...." Tangisan Calista semakin histeris. Walaupun Anjani--mama Merva, hanya bernotabene sebagai ibu mertua sekaligus ibu angkat, Tapi tidak dapat dipungkiri bahwa Calista sangat menyayangi nya bahkan melebihi ibu kandungnya sendiri.

RAJA UNTUK ALESYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang