# 9. Menentang perjodohan (part 1)

19 9 0
                                    

"Ra..pakai dong cincinnya, kita kan udah tunangan..nih aku aja pakai", kata Revaldo seraya menunjukan cincin emas putih polos di jari manis di tangan kanannya.

Ira menarik nafas panjang, sambil tersenyum simpul mengingat kata-kata Revaldo ketika mereka berdua makan di resto siap saji kemarin.

Ira memandangi cincin itu dan memasukkannya ke jari manis tangan kanannya.

Sambil tersenyum tipis, dilihat-lihatnya jari manis tangan kanannya yang kini melingkar sebuah cincin putih polos yang manis.

Ada sedikit kebahagiaan menyeruak tiba-tiba di dalam dadanya....

Apakah ia benar-benar bahagia dengan pertunangan ini...mulai jatuh cinta sama Revaldo??!

Yaah...Revaldo yang jahil, nyentrik, agresif, terkesan lebay tapi baik hati.

Kak Thoni yang pendiam, alim, penuh kharisma, cerdas, serius, dewasa tapiii ternyata egois banget...apa kabarnya sekarang??
Kenapa jadi beralih ke kak Thoni lagi sih...

"Apakah yang aku lakukan ini?"
"Siapkah kau bermain hati..Ira?"
Hatinya bergumam dengan bimbang.

Ira sadar akan sama nantinya..berakhir sakit.

Tapi.... ia merasa jahat banget kalau menolak Revaldo sementara ia sudah duluan menolak Thoni.

Lalu sampai berapa lama hubungan cinta penuh sandiwara ini berlangsung dan kapan berakhirnya?!

Tidakkah Ira capek dalam kepura-puraannya, membalas cinta tulus dengan dusta?!

Ira menepis semua kata hatinya itu. Ia bersiap untuk pulang ke kota kelahirannya petang ini.

Yaaah....keinginan ibunya mengharuskannya pulang, harus dipenuhi.

Ira memasukkan beberapa helai pakaiaannya ke dalam tas koper ukuran sedang.

Sambil menggantungkan sling bag nya di pundak kanannya, Ira melangkah keluar kamar dan menjinjing tas kopernya.

Setelah mengunci pintu kamarnya, Ira duduk di kursi depan sambil membuka handpone nya..bukan untuk calling Revaldo.

Ira sengaja tidak memberitahunya, bakal terjadi kesalahpahaman nanti.

Ira memesan taksi online lewat handponenya.

Ia sibuk  melakukan pemesanan ketika suara cempreng seorang cewek yang tak asing di telinganya terdengar.....

"Kau mau ke mana Ra?"

"Mau kawin lari yaa?!"

Dewi yang kamarnya bersebelahan dengannya itu tiba-tiba muncul.  Sambil tertawa   cekikikan ia tanya dengan asal aja.

"Hiss, asal aja kau Wi.. ku mau pulang kampung bentar"

"Oooh kirain mau lari dari kenyataan"

"Penginnya sih begitu tapi ga punya keberanian akunya"

"Udah pakai cincin aja kamu"

Dewi mengangkat-angkat kedua alisnya sambil tersenyum jahil setelah melirik cincin di jari manisnya.

"Hehehehe...iyya tuh.. emang napa?"

Ira tertawa kecil sambil balik bertanya pada Dewi yang ga jadi masuk ke kamarnya malah duduk di samping Ira.

"Cowok yang kemarin itu ya?!"

"Yang mana?!"

"Yaa, yang itu tuh cowok simpatik yang ke sini minggu-minggu lalu nyariin kamu, kamunya belum pulang"

"Bukaan"

"Laah...ada yang lain?!"

"Ada di kampus"

"Bukannya yang kemarin juga sekampus kan, kakak tingkat kita itu kan"

Jodoh Untuk NadiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang