#19. Ternyata sesulit itu

15 3 0
                                    

Ira sudah sampai di kampus setelah menyelesaikan tugas kantornya yang bejibun.

Lima menit lagi masuk kelas perpajakan. Ira sudah terburu-buru turun dari motor nya di parkiran motor samping kantin.

Jarak kelasnya lumayan sih dari parkiran, kalau bisa lari atau jalan cepat aja.

Jantungnya berpacu dengan langkah cepatnya menuju kelas.

"Ira, aku tunggu ntar pulangnya di taman ya"
Tiba-tiba Revaldo sudah menjejeri langkah cepatnya dengan senyum manisnya.

"InsyaAllah, aku sedang buru-buru Rev...bye"

Ira segera berlari meninggalkan Revaldo yang masih berjalan jauh di belakangnya.

Hari ini mata kuliah perpajakan ada kuis harian mendadak. Ira masih bisa membaca-baca sedikit materinya di buku, ketika dia sudah sampai di kelas.

Pak Tyos, dosen perpajakan tumben belum datang, suasana agak ramai juga di kelas. Sebagian yang lain tekun belajar sebagian lagi sibuk ngobrol.

Yaa ampun...dapat kursi di depan lagi, seru Ira dalam hati.
Dalam kondisi amburadul dan ga siap begini, rasanya ga safe duduk di kursi depan.

Bukan juga mau nyontek sih tapi grogi juga kayak dosen tuh fokus ke kita terus, apalagi Ira ga ada persiapan belajar nih.

"Ra...kayaknya pak Tyos ga datang deh. Ga biasanya beliaunya telat kan?", Rinda si pendiam nan tekun yang duduk di samping Ira berujar.

"Yaa aku harus bahagia atau sedih ya Rin, soalnya ku belum belajar juga wkwkwkwk", sambil melihat sebentar ke Rinda, Ira membuka-buku notebook nya dan tertawa kecil.

"Aku juga ga belajar Ra, cuman yaa masih ingat materinya tapi minim banget. Mana tadi menjelang sore, ada meeting lama banget di kantor hemmh"

"Mending kau ada yang diinget materinya, lha aku..blank bener nih. Pala ku mulai nyut nyutan nih Rin..abis ngerjakan laporan keuangan sampai hampir telat kuliah"

"Yo wes bawa santai aja kali ya...berdoa yang baik moga pak Tyos yang seharian abis seminar, capek dan butuh rehat ekstra wkwkwkk", Rinda dengan jahilnya tanpa bersalah berkata dengan santai plus ketawa lagi.

"Aamiin...eeh kayanya kita juga butuh rehat deh wkwkwkwk", jawab Ira sepertinya ia setuju dengan ucapan Rinda.

Bukannya belajar malah sibuk ketawa mereka berdua ini.

Empat puluh lima menit berlalu tanpa ada kemunculan pak Tyos.
Memang sejak tadi pagi beliau mengikuti seminar di Auditorium kampus sampai sore. Tapi belum ada kabar kalau beliau ijin tidak mengajar sore ini.

Tiba-tiba pak kriting bagian sekretariat, masuk kelas (di bab sebelumnya sudah di bahas ya readers, siapa nama aslinya pak kriting ini).

"Pak Tyos tidak masuk hari ini, beliau masih ada pertemuan dosen. Ini ada materi yang harus kalian fotocopy", dengan mimik wajah datar (seperti biasa), ia menyerahkan lembaran berisi materi ke Fano yang ada di depannya.

Setelah pak kriting keluar kelas, Fano segera mengkoordinir yang lain untuk memfotocopy materi.

"Doamu terkabul Rin..wkwkwkwk"

"Eeh iya lho wkwkwkk"

Setelah menunggu beberapa menit, Fano datang dan membagikan lembaran materi yang sudah di fotocopy ke teman-temannya. Dan akhirnya mereka bubar keluar kelas.

Setelah say goodbye dengan Rinda, Ira berjalan menuju taman belakang perpus, tempat favoritenya.

Revaldo pasti masih ada kuliah Akuntansi publik, hari ini. Cowok itu tadi bilang ia ada satu matkul aja.

Jodoh Untuk NadiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang