#13. Makasih Rev....

15 8 0
                                    

Ira menenteng koper pakaian dan menylempangkan sling bagnya.

Hari itu, minggu sore setelah ashar. Ira akan kembali ke kota rantaunya, tak peduli besok Senin apakah ia tetap libur kerja atau malah masuk kerja. Sebenarnya Ira ambil ijin absen ga masuk senin besok.

Tiba di ruang tamu....

Kak Mitha, ibu, Tiara. Ketiganya masih saja di sana dan dilihatnya di tengah pintu....Revaldo sudah tidak ada.

Ibu sudah mengusirnya, keterlaluan....

"Ibu, Ira mau pamit balik ke rantau."

"Mau sekarang atau besok baliknya itu terserah kamu, kan katanya udah dewasa...ya sana berangkat"

Ibu menjawab dengan ketus kata pamitan Ira dan menepis tangan Ira yang mau menyalaminya.

Kak Mitha dan Tiara juga membuang muka. Percuma juga pamit ke mereka.

Bapak dan mas Doni dan juga Bintang pun juga ga kelihatan ada di rumah.

Ira beranjak keluar dari rumahnya. Berdiri sejenak untuk memesan taksi online.

Sejenak dirasa ada rasa perih...
Perih hati..luka baru yang muncul diantara luka lain yang belum sembuh di hatinya.

Selalu begini bila pulang, apalagi sekarang ga ada bulik Sarah.

Tambah parah dah..

Sewenang-wenang sikap orang rumah apalagi Tiara sungguh ga sungkan-sungkan, seperti punya dendam pribadi aja padanya.

Heran sungguh, apa sebenarnya aku bukan anak kandung ya, gumamnya dalam hati..

Untunglah hatinya adalah buatan Allah kalau buatan manusia mungkin sudah hancur dan rusak dari dulu.

Ira berhenti di depan minimart yang ada di perempatan jalan.

Beberapa orang lalulalang di jalan kecil ini. Termasuk ramai juga sih jalan dekat rumahnya ini.

Dulu masa kecilnya sering ia habiskan dengan bersepeda dengan Tiara adiknya dan teman-temannya.

Waktu itu masih sangat jarang kendaraan lewat. Minimart pinggir jalan ini dulu hanya toko kelontong kecil yang banyak menjual cemilan dan mainan yang harganya terjangkau.

Yeeaaah...begitu cepat waktu berlalu seiring cepatnya perubahan di sekitar rumahnya.

Tapi sikap orang rumah padanya sungguh permanen...tak pernah berubah dari dulu hingga saat ini terutama padanya.

Mereka selalu dengan gampangnya meng cut hubungan dengan orang yang ga sejalan dengan style dan pemikiran mereka.

Mereka berpikir paling benar, sepertinya hanya waktu yang bisa mengubah mereka atau mereka ga akan berubah sampai kapanpun??!

Hemmmmhhh........Ira menarik napas panjang.

Tak seberapa lama datanglah taksi online yang dipesannya.

Taksipun segera berjalan cepat meninggalkan tempat itu setelah Ira masuk ke dalamnya.

Lima puluh menit kemudian taksi yang mengantar Ira sampailah ke stasiun kota.

Biasanya hanya 40 menitan sudah sampai tapi karena tadi di jalan benar-benar macet parah, yaa udah deh jadilah baru sampai.

"Bayarnya sesuai aplikasi pak"

"Iya mba"

Setelah keluar dari taksi beserta koper yang dibawanya Ira segera beli tiket.

Hanya beberapa orang saja yang mengantri depan loket dan tak berapa lama Ira sudah mendapatkan tiketnya.

Jodoh Untuk NadiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang