#25. Penampilan fresh Ira

5 2 0
                                    

Segelas susu coklat hangat membasahi kerongkongannya. Ira berusaha melupakan kejadian kemarin sore di koridor perpustakaan.

Sungguh ia ga menyangka kejadian kemarin membuatnya memutuskan sesuatu yang sulit dan ia sudah melampauinya. Mungkin takdir Allah, dia melihat apa yang seharusnya ia ketahui.

Harusnya hatinya terluka. Memang ada sedikit luka bahkan kecewa tapi rasa ringan dan lega lebih merajai hatinya saat ini.

Lega karena sudah tidak lagi berhubungan dengan si posesif Revaldo. Ringan karena ia kembali menjadi dirinya sendiri dan menjalani hari-hari dengan seasyik mungkin versi dirinya. Tanpa ada kata harus dari Revaldo. Bukankah masing-masing manusia punya hak atas dirinya begitu juga Ira.

Pagi ini setangkup roti isi selai keju telah ia angkat dari oven toaster.

Yaaah...memang sarapannya seperti biasa sih, tapi hari ini lebih ke menikmati dengan hati yang bahagia, pikiran yang tenang dan perut yang benar-benar lapar.

Heemmm...ia bisa menikmati pagi itu dengan membuka jendela dan menghirup segarnya udara pagi yang beberapa hari ini tidak masuk ke kamarnya.

Kemarin-kemarin Ira ga pernah lagi membuka jendela kamarnya di pagi hari, perasaan ga bebas karena Revaldo yang tiba-tiba muncul dengan membawa masalah yang sering membuatnya ga mengerti maksudnya.

Setelah siap mandi dan sarapan, ia segera mengganti baju tidurnya dengan outfit kerja. Celana panjang abu tua di padu padan dengan atasan hem lengan pendek warna merah maroon.

Yeeaay...outfit di hari ini adalah favoritnya karena maroon warna kesukaan Ira.

Sambil bersenandung kecil Ira mulai memoles wajah dengan riasan natural dan ia pilih untik lipstiknya pink dusty....mencoba warna lipstik baru yang sebenarnya sudah lama ia beli tapi ga punya keberanian untuk memakainya.

Ira mematut diri sebentar di kaca, tersenyum manis melihat wajahnya dengan lipstik warna baru yang ternyata kelihatan lebih fresh dan bahkan lebih cantik.

Tuuuliliiiiit.....
Suara handphonenya berbunyi.
Deg.
Jantung Ira seperti berhenti berdetak sejenak. Dilihatnya layar di gawai itu...oooh mas Alvin.

Seulas senyum lega menghias bibir tipisnya.

"Assalamualaikum Ra"

"Waalaikumsalam mas"

"Gimana kemarin udah dapat bukunya...kalau belum sempat bikin konsepnya ntar bawa deh bukunya ke kantor kita bahas bareng pas istirahat"

"Aku belum ke perpus mas"

"Lho, mengapa Ra"

"Ada sesuatu kemarin yang buatku batal ke perpus"

"Ada apa Ra, sepertinya sesuatunya penting banget sampai kau batalin rencana ke perpus?!"
Suara mas Alvin terdengar kaget dan ingin tahu.

"Mas, boleh ku cerita tapi sebenarnya aku hanya ingin melupakan tapi lucu kedengarannya kalau mas Alvin atau yang lain tanya"

"Cerita aja Ra...paling ga bisa mengurangi beban di hatimu"

"Sebenarnya sekarang aku lebih ke ringan dan lega aja sih mas walaupun kejadian kemarin itu sempat buat aku nelangsa tapi at least kejadian kemarin yang aku lihat sendiri seperti pertanda bagiku untuk mengaakhiri semuanya. Dan itu memang benar-benar sudah selesai kemarin, walau dia ga mau tetap bagiku it's over"

"Heemmm...aku ngerti apa dan siapa yang kamu maksud. Jadi selama ini kamu ga bahagia dengan pertunanganmu?"

"Mas Alvin kok ngerti yang ku maksud?!"

Jodoh Untuk NadiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang