#10. Menentang perjodohan (part 2)

20 11 0
                                    

Malam itu Ira tidak bisa tidur. Perdebatan dengan ibunya sore tadi berakhir begitu saja.

Tidak ada kesepakatan apapun antara Ira dan ibu. Tidak hanya ibu yang memaksa tapi juga adiknya Tiara, alasannya sungguh ga logis. Katanya merasa rugi aja ambil cuti kuliah seminggu kalau ternyata acara besok ga jadi.

Apa hubungannya? Tiara seolah akan menonton sesuatu yang mengasikkan...apa maksudnya..

Setelah perdebatan tadi, setelah maghrib Ira sempatkan ke rumah kak Mitha mengantar oleh-oleh untuk kakak dan suaminya juga baju baru untuk keponakan gantengnya yang masih berumur lima tahun, Bintang namanya.

Ira curhat ke kak Mitha dan ternyata kak Mitha setuju dengan keinginan ibu.

Dia malah menyalahkan Ira yang tidak tahu balas budi ke orangtua terutama ibu.

Dengan menerima perjodohannya dengan Anandito itu sangat membuat beliaunya bahagia sehingga nanti berimbas ke kak Mitha.

Ibu tidak lagi selalu marah-marah ke kak Mitha karena kecewa kehidupan kak Mitha tidak seperti yang ibu harapkan.

What?? mengapa kak Mitha tak pernah punya empati terutama padanya.  Ia akan mendukung kalau menguntungkan dirinya.

Sementara Tiara adiknya menganggap perjodohan ini seperti film lucu yang bakal jadi tontonan mengasyikkan buatnya.

Bapaknya tak ada sikap membela juga menengahi bahkan dalam diamnya seolah tak suka melihatnya melawan kemauan ibu. Terlihat dari wajahnya, sinis.

Mengapa dan mengapa Ira harus dikelilingi orang-orang yang super duper egois.

"Aku harus melakukan sesuatu agar pertunangan dengan Dito jangan sampai terjadi", Ira bergumam sendiri.

Ira memutar otak untuk membuat suatu rencana besok.

Tanpa sadar ia melihat cincin manis pemberian Revaldo.

Aaah..maafkan aku Rev, aku seperti melupakanmu. Ira mengecup cincin itu dengan sepenuh hati.

Tanpa sadar bulir airmata menetes membasahi cincin itu.

Ira, bukankah kamu sudah punya tunangan, Revaldo?!

Akhirnya Ira terlelap tidur karena kelelahan. Lelah perjalanan tadi pagi. Lelah perdebatannya dengan ibu. Lelah perjodohan itu.
Lelah dengan sikap bersandiwara dengan Revaldo juga. Lelah dengan kesedihan diantara keegoan keluarganya. Lelah segalanya...

Minggu pagi itu..

"Ra, ini pakai deh baju kakak warna merah jambu pasti cocok, ntar Dito jadi tambah kesengsem lihat kamu cantik pakai baju ini"

Kak Mitha yang sepagi ini sudah datang. Tiba-tiba masuk ke kamar sambil menggelar blouse merah jambu miliknya ke atas kasur.

"Gimana Ra?"

"Kak, gimana apanya pertanyaan kakak itubukan untuk kujawab nggak kan?!"

Kak Mitha, berwajah cantik khas oriental, berkulit kuning langsat, bermata sipit, berambut gelombang itu membulatkan  mata sipitnya. Bibir mungilnya melongo membentuk huruf O.

Kata banyak orang, kak Mitha mirip ibu dan almarhumah nenek dari ibu. 

Sementara Ira dan Tiara mirip bapak cuman menurut ibu dan kak Mitha, Tiara lebih cantik darinya. Dan Ira ga peduli itu...

"Hei bengong siih...udah pakai ntar bawahnya pakai aja celana jeansmu, bawa ga?"

"Bawa", jawab Ira dengan nada malas.

"Udah jangan sedih, ini harimu say", kak Mitha memencet hidung Ira sambil tersenyum tipis.

"Kak...sebenarnya Ira sudah punya tunangan".

Jodoh Untuk NadiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang