#4. Semangat Ira....what?!

21 9 0
                                    

Malam ini tumben banget Ira belum mengantuk.

Di depan laptopnya ditemani secangkir susu jahe hangat.

Sesekali ia mantengin laptop, tak lama kemudian Ira.

Sudah selesai buat bab 2 nya dan bab 3 lagi on proses..

Semangat banget pokoknya..tumben nian dah, mumpung ga ada gangguan internal dan eksternal haahahay...

Tuuuluuluut...
Hapenya berbunyi
Ibu calling??

"Assalamualaikum bu, gimana kabar?"

"Waalaikumussalam...ibu yang nanya kamu..kabar skripsimu"

"Sekarang mau bab 3 bu"

"Ibu doakan semoga cepat kelar skripsimu"

"Aamiin Yaa Robb..maka..."

Belum selesai Ira menjawab, ibunya nyambung lagi

"Dan cepat pulang setelah wisuda nanti, jodohmu, pekerjaanmu itu di sini di kota kelahiranmu!"

Ira diam tergugu, ga tahu harus menjawab iya kah atau tidak?!

Ga mungkin juga menjawab tidak, bisa panjang urusannya, apalagi dengan ibunya, benar-benar nyerah.

"Iyaa Ra, kok diam!"

"Iya bu, Ira jalani aja dulu yang sekarang"

"Maksudnya... kamu tetap mau di situ, apa sih yang buat kamu kerasan Ra?!"

"Bu..bisakah sekalii saja dengar alasanku bu"

"Bukannya ibu dulu yang suruh aku lanjut kuliah S1, sekarang ku lagi berjuang untuk skripsiku bu...biar cepat wisuda. Haruskah aku tinggal"

"Tolonglah ibu doain saja supaya lancar dan cepat selesai urusanku"

Suara Ira melemah, ibunya memang ga dengar tangisannya tapi airmata sudah membanjiri kedua matanya.

Nelangsa banget rasanya.

Ibunya yang dari awal menyuruhnya setengah memaksa untuk meneruskan kuliah.

Sampai pertengahan semester empat Ira di biayain.

Setelah itu ia biaya sendiri karena ibunya harus membiayai adiknya yang baru masuk kuliah.

Ira juga ga tega minta biaya kuliah lagi karena bapak dan ibunya hanyalah pensiunan.

Ia harus mengalah juga karena adiknya baru masuk kuliah dan perlu biaya banyak juga.

Sementara kakaknya sendiri sebenarnya sudah kerja dan sudah menikah.

Tapi sejak belum menikahpun ga pernah ikut memikirkan biaya adik-adiknya, ironis memang.

Seingatnya, kakaknya adalah anak yang dibanggakan bapak dan ibu.

Diharapkan bapak supaya bisa menjadi contoh buat adik-adiknya.

Kenyataannya kak Mitha hanya memikirkan diri sendiri.

Ira ingat sewaktu kakaknya kuliah.

Bapak dan ibu yang seorang guru, gajinya kurang sehingga harus berhutang sana sini untuk membiayai kuliah kakaknya, Ira memanggilnya kak Mitha.

Hemmmh....

Adiknya, Tiara adalah anak kesayangan bapak dan ibu.

Selalu itu diucapkan bapaknya ketika adiknya mendapat masalah yang membuatnya sedih, marah atau jengkel.

Ada riwayat sih dibalik itu, Tiara punya penyakit ashma.

Jadi jika hatinya sedang sedih, jengkel, marah maka ashmanya kambuh.

Jodoh Untuk NadiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang