"Kalian pasti tau apa yg harus kalian jelaskan!" Jake mantap mereka dengan tatapan datar, sedangkan para bodyguard berusaha agar tetap tegar walaupun jantung mereka sudah berdetak sangat cepat.
Happy Ready
-
Salah satu bodyguard maju dan berhadapan langsung dengan ketiga tuan mudanya. Bodyguard itu membungkuk sedikit, lalu dengan siap berbicara dengan nada tegas.
"Izin menjawab tuan muda! Tiga jam yang lalu, taun muda Jungwon meminta izin kepada saya untuk pergi ke supermarket didekat sini! Saya menyuruh dua Bodyguard untuk mengikutinya diam diam! Tapi sampai saat ini tuan muda maupun dua Bodyguard yg saya suruh belum kembali tuan! Ini kesalahan saya, saya siap menerima hukuman yg kalian berikan!" Bodyguard itu membungkuk.
Rahang Jay, Sunghoon dan Jake mengeras dengan tangan yg terkepal kuat. Mereka menahan gejolak emosi yang membanjir mereka, diantara khawatir dan juga marah terhadap kelalaian para bodyguard itu tetapi saat ini tidak ada yg bisa disalahkan.
Sunghoon menghela nafas. "Kalian semua! Periksa supermarket dimana Jungwon berbelanja dan juga sekitar supermarket itu! Sekarang!!" Titah Sunghoon mutlak, semuanya langsung bergegas menuju supermarket terdekat disini.
Jake menepuk pundak Jay.
"Tenangkan dirimu dulu, Wonie pasti baik-baik saja." Jake tersenyum kecil. Sunghoon mendekati keduanya lalu mereka bertiga berjalan masuk kedalam mansion, mereka sangatlah khawatir terhadap si kecil kesayangan mereka tetapi mereka juga tidak boleh larut dalam kekhawatiran itu.
"Kita tidak bisa diam saja. Kita harus melacak dimana Jungwon sekarang, aku takut akan ada hal berbahaya yang terjadi kepadanya." Sunghoon mengeluarkan laptop nya, dan mulai melacak keberadaan Jungwon. Ia menempelkan beberapa alat pelacak di tubuh adiknya dan berharap pelacak itu masih ada.
Jay tak bisa berhenti memikirkan adiknya, kakinya tak berhenti bergetar sedangkan tangannya terkepal kuat menutupi mulutnya, pikirannya melayang kemana-mana ia terlalu takut terjadi sesuatu pada Jungwon.
"Jay!"
"Aku tak bisa tenang Jake!! Aku takut sesuatu yang buruk yg akan membuatku menyesal suatu saat nanti, akan terjadi kepada Jungwon! Aku tak bisa berpikir jernih sekarang!" Sentak Jay. Ia khawatir sangat-sangat khawatir kepada adik kecil kesayangannya.
"Aku tau! Kami juga sangat khawatir, tapi cobalah tenang dan berhenti menghancurkan dinding itu! Dan cobalah melacak atau melakukan sesuatu agar Jungwon bisa cepat-cepat ditemukan!!" Jake menatap Jay dengan kesal dan marah tapi bercampur khawatir.
"Berhentilah berdebat! Dan carilah jalan keluar agar kita bisa cepat-cepat menemukan Jungwon! Dan pikirkan siapa musuh terbesar kalian, mungkin saja salah satu dari mereka adalah penculiknya!" Sunghoon angkat bicara, keduanya pun diam dan mulai memikirkan siapa musuh terbesar mereka. Sunghoon masih terus melacak keberadaan Jungwon tetapi, sejauh ini beberapa pelacak yg ia pasang tiba-tiba rusak.
Tapi ia terus berusaha untuk melacak keberadaan adiknya. Saat semuanya sedang fokus, telfon Jay berdering dan itu berasal dari Heeseung, semuanya terdiam dan berpikir hal buruk apa yg akan Heeseung katakan jika dia tau kalau Jungwon menghilang.
Ketiganya saling menatap, dan mengangguk kepada satu sama lain. Sunghoon pun menarik nafas pelan lalu mengangkat telfon dari kakak sulung mereka itu.
"Dimana Wonie?"
"Sunghoon? Wonie dimana?!"
"Wonie ... Wonie di hilang ... "
Di ruangan ini seperti tidak ada oksigen sama sekali, karena ketersediaan Heeseung. Sunghoon, Jake dan Jay sudah siap menerima semua perkataan Kakak sulung mereka karena ini juga salah mereka.
Selama beberapa menit masih belum ada jawaban dari Heeseung, jantung mereka berpacu begitu cepat melawan aliran darah yg mengalir tak teratur.
"Wonie. Hilang?"
"Y-ya..." Balas Sunghoon kaku, walaupun singkat nada bicara Heeseung terdengar sangat-sangatlah marah, mereka semakin kaku dengan nada marah dari si sulung.
"Bagaimana bisa?"
"Kami... Kami juga tidak tau, saat kami baru pulang dari perusahaan. Wonie sudah tidak ada di mansion, dan salah satu bodyguard bilang kalau Wonie meminta izin untuk pergi ke-supermarket ... Tapi beberapa jam berlalu Wonie belum juga datang.."
"Bodoh. Besok aku pulang, dan ... Kalian bertiga akan mendapatkan hukuman kalian. Ingat itu."
Sambungan terputus, sedangkan ketiganya meneguk Saliva dengan susah payah. Hukuman dari si sulung memang jarang mereka dapatkan, tetapi sekali mereka mendapatkan hukuman itu, maka mereka harus bersiap-siap dan tidak akan pernah bisa menolaknya.
Ketiganya kembali fokus mencari keberadaan Jungwon, dengan perasaan cemas yang setiap detiknya bertambah dan terkadang membuat mereka tak bisa berpikiran jernih, hingga beberapa air mata mengalir begitu saja karena putus asa.
Sedangkan di belahan dunia lain, tepatnya di Los Angeles, Heeseung sudah menghancurkan semua barang yang ia lihat untuk meredakan emosinya yg membara didalam dirinya.
Tapi sesaat kemudian, ia terduduk dan menangis. Ya seorang Lee Heeseung menangis karena khawatir dan juga takut terjadi sesuatu yg buruk terhadap adik kesayangannya.
Kepalan tangannya menutupi wajahnya, dengan tubuh yang sedikit gemetar karena takut akan terjadi sesuatu yang buruk kepada adik kecil kesayangannya. Ia bersumpah akan membunuh dan menyiksa siapapun yg menculik adiknya.
"Wonie..."
Tangisan Heeseung memenuhi ruangan ini, dan syukur saja hanya ada dia sendiri di ruangan ini. Mungkin jika ada yg melihat Heeseung menangis akan menjadi sangat heboh karena, seorang Lee Heeseung yang terkenal dingin, datar dan kejam tiba-tiba menangis karena khawatir.
Sedangkan Sunoo dan Ni-ki masih belum mengetahui jika adik kecil mereka di culik, karena mereka sekarang sedang melaksanakan tugas dari Heeseung.
-
S
ementara itu di sebuah pedesaan yang memiliki pemandangan indah nan segar, dan beberapa sungai cantik di padukan dengan tanah yang luas di sertai oleh rerumputan hijau.
Didekat situ, ada sebuah villa. Di dalamnya ada seorang remaja manis yang masih keheranan, ia menatap sekeliling tetapi ia sama sekali tidak mengenal tempat ini. Disini bukanlah mansion nya atau pun tempat yg ia kenal, semua yg ia lihat hanyalah sesuatu yang sangat asing dan aneh.
Pemuda itu adalah Jungwon, ia terbangun di sebuah kamar yang memiliki interior berwarna hijau nan klasik. Tangan dan kakinya di ikat jadi ia tidak bisa bergerak kemanapun, ia menatap sekeliling dengan tatapan heran.
Hingga ia tersadar, awalnya ia berada di supermarket dan saat keluar supermarket tangannya di tarik lalu semuanya terlihat gelap dan ia tak sadarkan diri, hal itu membuatnya mengernyit heran.
Di saat ia sedang keheranan, ada seseorang wanita paruh baya yang masuk kedalam ruangan itu tapi ia tak menyadarinya, wanita itu tersenyum tipis menatap Jungwon.
"Kau sudah bangun ternyata."
Jungwon langsung menatap wanita itu, matanya seketika melebar saat melihat siapa wanita paruh baya yang sekarang sedang berseringai menatapnya.
To Be Continued-
Cieee kangen yaa🌚
KAMU SEDANG MEMBACA
Always With Jungwon [NEW FLOW]
Teen FictionJungwon Lee atau biasa di panggil Wonie/Uwon oleh Abang dan adik nya Jungwon Cowok imut yang tinggal bersama Abang dan adik nya,Jungwon dan para Abang dan adiknya,Pindah dari Korea ke Indonesia hanya karena Malas melihat sifat orang tua mereka yang...