Bab 19 : Sakit

1.8K 151 3
                                    

"Raka!!" teriak Mala refleks memegangi tubuh Raka.

"Ada apa??" tanyanya melihat wajah Raka yang pucat. Raka hanya diam memegangi perut menahan sakit.

"Pak Udin!!" teriak Mala panik memanggil satpam rumah mereka untuk meminta bantuan.

"Jangan bergerak!" Raka menghentikan teriakan Mala, memeluknya lebih erat.

"Bukan masalah besar, hanya sedikit sakit lambung" ucapnya lemah.

Raka sebelumnya juga pernah mengalami sakit pada bagian lambung akibat makannya yang tidak teratur dan makan makanan yang pedas.

Mala berlahan memapah Raka untuk dibaringkan di kasur. Wajah Mala terlihat sangat panik melihat Raka merasakan sakit, dirinya seperti ikut merasakan penderitaan itu.

Ia melepas jas dan sepatu yang masih dikenakan Raka lalu membaringkannya perlahan.

Mala berlari ke luar kamar menuju ruang kerja Raka untuk mencari obat. Ia tidak tau akan mencari obat kemana selain ruang kerja Raka yang menurutnya akan ada obat yang disimpannya disana. Dibukannya satu persatu laci yang ada di ruangan itu.

Mala yang berhasil menemukan obat, membawakan obat penghilang rasa sakit kembali ke kamar.

Raka terus menggeliat meringis kesakitan dengan mata yang terpejam.

"Ayo diminum obatnya" Mala mengeluarkan dua buah pil untuk diberikan kepada Raka.

"Gue gapapa" jawab Raka lemas menolak obat yang disodorkan kepadanya.

Mala yang memaksa mengangkat tubuh Raka untuk didudukkan bersandar membuat kedua mata Raka terbuka. Dimasukkannya obat itu oleh Mala kedalam mulut Raka disusul segelas air putih yang ada ditangannya.

Setelah minum obat Raka kembali dibaringkan dengan Mala duduk di bawah kasur menatap wajah Raka dan dielusnya tangan Raka dengan lembut.

Terdengar suara perut Raka yang bunyi menandakan dirinya sedang lapar. Suaranya yang cukup keras membuat ia malu dan menyembunyikan wajahnya ke bantal.

"Gue buatin bubur ya?" Mala langsung menuju dapur untuk membuatkan Raka bubur.

Tidak butuh waktu lama, bubur putih ala Mala siap untuk disantap. Dibawannya bubur itu kembali ke kamar.

Saat memasuki kamar Mala melihat Raka sudah tertidur mungkin karena efek obat. Sebenarnya ia tidak tega untuk membangunkannya, tapi karena Raka belum makan mau tidak mau ia tetap harus membangunkannya.

"Raka ini buburnya" ucap Mala dengan lembut mengoyangkan bahu Raka.

Raka yang terbangun dibantu Mala mengubah posisinya kembali duduk bersandar. Mala naik ke kasur duduk disamping Raka. Mala menyuapkan bubur sambil sesekali ditiup karena buburnya yang masih panas.

Selesai makan Mala membantu merapikan bantal dan menyelimutinya.
Mala yang sudah memastikan Raka benar-benar tertidur kembali menuju sofa untuk tidur juga.

"Bun..bunda....bunda..." tepat tengah malam Mala terbangun karena suara Raka.

Raka mengigau memanggil-manggil ibunya karena ia sangat merindukan ibu yang sangat menyayanginya. Karena sebuah takdir mereka harus berpisah untuk selama-lamanya.

Mala membenarkan kembali selimut Raka. Terlihat keringat bercucuran dari pelipis kepala membuat tangannya menyentuh dahi Raka. Ternyata ia mengalami demam karena dahinya yang sangat panas.

"Raka demam" gumamnya panik. Mala mengambilkan handuk dan air hangat untuk mengkompres dahi Raka. Raka sedikit membuka matanya ketika handuk basah tertempel didahinya dan kembali tertidur. Semalaman hanya Mala habiskan untuk terus mengganti kompresan dan menjaga Raka.

Mala melihat jam dinding menunjukkan jam 2 dini hari. Matanya mulai mengantuk sudah tidak bisa lagi untuk diajak begadang. Akhirnya Mala memutuskan kembali tidur.

....................

Pagi ini Raka terbangun dari tidur dengan handuk kering menempel di dahinya. Handuk kompresan yang jatuh tepat ditangannya membuat ia teringat kejadian semalam, dimana seorang wanita dengan setia menjaga dan mengurusnya sangat cekatan hingga kini ia sehat kembali.

Raka melihat sekeliling dan menemukan Mala yang masih tertidur pulas di atas sofa dengan raut wajah yang terlihat sangat lelah. Ia mendekat dan mulai memperhatikan wajah cantik wanita yang setia menemaninya tadi malam.

Saat asik memandangi wajahnya, Mala yang merasa terganggu perlahan membuka mata. Samar-samar ia melihat wajah Raka. Raka yang melihat itu langsung kaget dan refleks mundur ke belakang.

Sialnya kaki Raka malah tersandung karpet membuat Raka hampir terjungkal ke belakang. Mala yang melihatnya segera menarik tangan Raka dengan kuat membuat Raka terjatuh menindihnya.

Detik kemudian pandangan mereka bertemu, keduanya sama-sama bungkam antara malu dan gugup.

"R-Raka" ucap Mala gugup sambil mendorong dada Raka pelan.

Mendengar itu Raka langsung bangkit dari atas tubuh Mala.

"Sorry ga sengaja" ucap Raka datar lalu pergi ke kamar mandi.

Dadanya lagi-lagi bergemuruh. Jantungnya berdetak tidak setabil perasaannya saat ini bercampur aduk.
Hampir 10 menit Raka menetralkan jantungnya sebelum ia melanjutkan untuk mandi.

Setelah Raka pergi Mala langsung memegangi dadanya merasakan jantungnya yang berdetak cepat. Pertama kalinya kata maaf terlontar dari mulut pria dingin itu, biasanya yang terucap dari mulutnya adalah kata-kata kasar dan bentakan memarahinya.

Hari ini Mala begitu semangat untuk berangkat sekolah karena libur akhir semester yang telah usai. Ia bersemangat akan memulai tahun ajaran barunya sebagai kakak kelas terakhir di SMA Pelita Bangsa.

Bersambung...

AMALA  [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang