Unexpected Feeling

807 39 7
                                    

"Hey, hentikan kenakalan kalian!" Teriak Amor Alenia Windsor, siswi asrama Gryffindor.

"Sudah kami peringatkan adik kecil, jangan campuri urusan kami. Menjauhlah ketika kami sedang menjalankan misi." Ucap Sirius Black yang merupakan kakak sepupu dari gadis yang akrab disapa Alen tersebut. Dirinya dan gank-nya tersebut berada dua tahun diatas Alen.

"Apa kalian tidak berfikir bahwa ini tindakan pembulian!" Marahnya. Alen memperhatikan seorang siswa dengan kaki yang menggantung di dahan pohon. "Kau James! Aku akan laporkan ini pada Lily, karena kau membuli siswa lain." Ancam Alen.

James mendengus, "Bisakah kau bersikap masa bodoh saja Alen? Kau siswi yang cantik, populer dan kaya raya, tidak seharusnya bersimpati dengan Snape yang bodoh ini." Ucap James menunjuk ke arah siswa yang tidak lain adalah Snape, yang kini sedang menggantung dengan celana yang sudah melorot akibat kejahilan gank pembuat onar The marauders.

"Berhenti memanggilnya bodoh, kalian sungguh membuatku kesal. Aku akan melaporkan ini kepada Dumbledore, atau mungkin lebih baik kepada Daddy-ku agar kalian semua di hukum?" Ancam Alen.

Mereka semua bertatapan, tentu mereka tahu siapa ayah Alen, pengaruhnya sangat besar di dunia sihir, walaupun kekuasaannya besar, ayahnya tidak pernah menyalahgunakan kekuasaan, itulah yang membuatnya di hormati dan disegani.

"Baiklah, kami akan melepaskannya." Putus James. "Kau Snivelus, kali ini kau selamat, lain kali kami akan mencari tempat lain untuk mengeksekusimu, jadi jangan senang dulu." Seringai James.

"Bye Alen." Ucap Remus Lupin, mereka pun menjauhi Snape yang masih bergelantungan di atas pohon.

Alen hanya menatapnya datar, ia heran kenapa Remus bisa berteman dengan gank sepupunya, padahal tampang dan sikapnya tidak mencirikan bahwa dia anak nakal.

"Kau yang diatas, siapa namamu tadi?" Tanya Alen berusaha mencuri pandang ke arah Snape, jujur dia malu melihat penampilan Snape saat ini.

Snape hanya diam tanpa menanggapi.

"Hey...Apa kau tidak bisa berbicara? Siapa namamu?" Tanya Alen sekali lagi.

Namun, kembali tidak ada tanggapan dari Snape.

"Ah sudahlah, sepertinya sia-sia berbicara denganmu. Asal kau tahu, yang kau lihat tadi, sebenarnya aku bukan bersikap sok jagoan, aku hanya tidak suka ada pembulian, jadi jangan salah paham." Jelas Alen yang berusaha mengajak Snape berbicara walaupun dengan wajah yang tertunduk, jujur wajahnya kini bersemu merah karena sesuatu yang ada di atasnya.

"Kalau kau ingin mentertawakanku, silahkan tertawa. Kau tidak pantas berlagak sebagai seorang pahlawan. Kalian sama saja." Sarkas Snape.

"Apa seperti ini caramu berterima kasih? Aku hanya membantumu." Ucap Alen kesal.

"Asal kau tahu, tanpa kau bantu pun, aku bisa terbebas dari semua ini. Kau fikir aku akan berterima kasih? Kau salah besar." Ucap Snape yang kini sudah berada di bawah, ia dengan usahanya sendiri berhasil turun dan merapikahkan dirinya.

Alen hanya diam menatap Snape, baru kali ini niat baiknya di salah artikan oleh seseorang.

Snape dengan langkah cepat pergi dari sana, meninggalkan Alen yang masih terdiam di posisinya.

"Dasar aneh." Alen bergumam menatap langkah Snape yang semakin menjauh.

~~~~~~~~~~~~♡♡♡♡~~~~~~~~~~~~

"Selamat malam para siswa, makan malam kali ini akan terasa sangat spesial, karena kita kedatangan guru baru yang akan mengajar mata pelajaran astronomi, menggantikan Profesor Sinistra yang kebetulan sedang melaksanakan penelitian diluar Hogwards selama beberapa bulan ke depan. Mari kita sambut Professor Amor Alenia Windor." Ucap kepala sekolah Hogwards, Dumbledore.

Riuh tepuk tangan menghiasi Great Hall, menyambut langkah percaya diri seorang wanita cantik yang membius semua tatapan yang melihatnya.

"Sepertinya aku tidak perlu memperkenalkan diriku lagi, karena kepala sekolah sudah jelas dalam menyebutkan namaku." Ucap wanita bermata biru diiringi dengan senyumannya yang menawan.

"Bagaimana aku harus memanggilmu nona? Apakah aku bisa memanggilmu "sayang"? Teriak Fred Weasley yang sukses dihadiahi pukulan oleh kembarannya.

Alen tertawa menanggapinya, "Kalian bisa memanggilku apa saja, tapi aku lebih akrab di panggil dengan nama Amor atau Alen, tapi jangan sekali-kali memanggilku dengan sebutan "sayang" karena aku bisa pastikan akan ada yang marah nantinya."

"Yah, rupanya dia sudah ada yang punya." Bisik-bisik para siswa yang kecewa.

Alen hanya bisa menggeleng gemas, ya tentu saja dirinya kini sudah berusia 34 tahun, sangat wajar jika di usianya kini, dirinya tidak lagi sendiri.

"Silahkan lanjutkan makan malam kalian." Intruksi Dumbledore, kemudian menggiring Alen untuk duduk dibarisan para guru lainnya.

"Sudah lama Alen, bagaimana kabarmu?" Tanya professor Mcgonagall.

Alen tersenyum, "Sangat baik professor, aku sangat bersemangat kembali ke Hogwards, sudah sangat lama aku merindukan suasana ini."

"Nikmati waktumu selama mengajar, aku rasa kau akan banyak penggemar disini, seperti saat dirimu sekolah dulu, aku yakin saat ini mereka akan terang-terangan mengagumimu."

"Aku tidak sabar menantikannya." Ucap Alen menantang, membuat mereka tergelak bersama.

Dari meja ujung terlihat seorang professor ramuan, yang tidak lain adalah Snape, pria itu terlihat seperti sama sekali tidak tertarik dengan keadaan disekitarnya, dirinya hanya fokus pada makanan di hadapannya.

...

"Mengapa kau bersikap biasa saja saat ada yang menggodamu secara terang-terangan, huh?"

"Mereka hanya anak-anak love. Mengapa kau sangat sensitif pada mereka."

"Aku tidak suka melihat orang lain mengagumi milikku selain diriku sendiri."

"Kau sedang cemburu love."

"Kau benar, sudah tertulis jelas di dahiku bahwa aku sangat cemburu." Terangnya dengan jelas.

Pelukan hangat dari belakang menyelimuti tubuh seorang pria yang sedang cemburu itu, yang tidak lain adalah Severus Snape, dan yang sedang ia cemburui adalah Amor Alenia Windsor, seorang gadis yang menolongnya kala itu walaupun sempat ia hadiahi dengan ucapan sarkas.

Mereka sudah menjadi pasangan sejak tiga tahun lalu, yang kemudian menikah lebih dari dua bulan ini, perjalanan seorang Snape yang terpuruk karena cinta yang tak sampai, mempertemukannya kembali dengan gadis yang sangat dirinya hindari karena merasa malu.

Siapa yang bisa menduga, bahwa pada akhirnya takdir mempersatukan mereka bedua.

Alen melepaskan pelukannya dan berhadapan dengan Snape, "Kau terlihat lucu saat cemburu." Alen tergelak dengan tangan yang mencubit kedua pipi suaminya.

"Hentikan." Snape berusaha melepas tarikan pada pipinya.

Alen melepaskan tangannya dengan wajah menahan senyum.

"Apa kau senang dipuji cantik oleh para siswa dan guru lainnya? Kau tahu aku bisa mendengar fikiran mereka. Sungguh aku ingin menyihir mereka satu persatu." Kesal Snape.

"Aku tidak peduli dengan pujian mereka, aku hanya akan terkesan jika suamiku sendiri lah yang memujiku." Ucap Alen menggenggam tangan Snape. "Jadi jangan marah padaku ya." Rayunya.

Snape menyunggingkan bibirnya, ia bahagia karena wanita di hadapannya begitu tulus mencintainya, dirinya sangat bersyukur untuk itu.

"Sampai kapanpun kau milikku." Klaimnya posesif.

"Sampai kapanpun." Alen meyakini.

Perlahan jarak diantara mereka makin terkikis, lengan Snape sudah memeluk erat pinggang istrinya, mereka menyelami tatapan masing-masing, perlahan bibir kedua nya menyatu, lumatan lembut menghiasi malam yang indah dari atas menara astronomi.

"Mau membuat Snape junior?" Tanya Snape dengan seringainya setelah tautan mereka terlepas.

Alen mengangguk, seiring dengan tangan Snape yang menariknya lembut turun dari menara astronomi.

End.

Untold Story (Severus Snape)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang