Pleased to meet you (4)

325 21 6
                                    

"Flowers for you." Ucap seorang laki-laki sambil menyerahkan sebuket mawar merah.

"Terima kasih. Tapi aku alergi bunga." Tolak Virgin halus sambil menampilkan senyumannya walau terpaksa.

"Baiklah. Coklat untukmu." Ucap laki-laki itu tidak menyerah sambil menyerahkan coklat berbentuk hati.

"Tapi aku tidak suka manis." Tolak Virgin lagi.

"Sudahlah brother, itu tandanya dia tidak menyukaimu." Ucap laki-laki lain yang dari tadi berdiri di samping Virgin mengamati.

"Jangan ikut campur, memang kau siapanya? Pacar saja bukan." Ucap laiki-laki sewot.

"Ckk, aku sahabatnya. Laki-laki sepertimu tidak masuk dalam kriteria sahabat cantikku ini."

"Sudahlah Theo." Ucap Virgin menengahi, "Maaf, aku tidak bisa menerimanya. Jadi, simpan saja atau berikan pada orang lain. Aku permisi. Ayo Theo." Ucap Virgin sambil mengajak Theo menjauh.

Theo tersenyum mengejek pada laki-laki itu.

"Kau lihat wajahnya. Seperti habis terkena serangan dementor." Ucap Theo sambil tertawa.

"Jujur aku tidak nyaman jika terus-terusan di hadang pria semacam dia." Keluh Virgin.

"Ya itu resiko jadi wanita cantik sepertimu. Mengapa tidak berpenampilan seperti waktu sekolah dulu?" Saran Theo.

"Masa-masa itu sudah lewat, sekarang aku tidak perlu khawatir tentang apapun lagi, karena dunia sihir sudah cukup aman terkendali."

Theo mengangguk, karena paham sekali apa alasan sahabatnya ini menyembunyikan identitasnya semasa sekolah.

"Berarti sekarang cukup kau nikmati saja perhatian-perhatian dari mereka, siapa tahu salah satunya ada yang cocok denganmu."

"Yah, itu cukup menguras tenaga menyeleksi mereka satu persatu." Kekeh Virgin.

"Ckk, seandainya Rachel bersama kita saat ini, dia pasti mampu memukul mundur para pria yang mendekatimu dengan tingkah luar biasanya."

"Apa aku perlu memindahkannya kesini? Itu bukan hal yang mustahil untuk keluargaku."

"Jangan gila!" Sentak Theo.

🦇🦇🦇🦇🦇🦇🦇🦇🦇🦇🦇🦇🦇🦇🦇

"Pantas saja memintaku untuk melupakan ucapanmu, ternyata sudah punya pria idaman lain."

"Professor Snape? Sejak kapan kau berada disitu?" Kaget Virgin karena seseorang muncul dari balik pohon ketika Virgin hendak pulang.

"Sejak kau keluar dari gedung itu."

"Kau menguntitku ya?" Tanya Virgin.

"Tidak juga. Hanya kebetulan lewat." Bohong Snape, padahal sedari pagi dirinya sudah berada disana.

"Aku tidak percaya sebuah kebetulan. Sudahlah, aku sedang ada urusan, permisi." Pamit Virgin yang malas meladeni Snape karena akan membuat hatinya berdetak lebih cepat.

"Siapa yang menyuruhmu pergi? Tetap diam di tempatmu." Ucap Snape dingin.

"Aku bukan siswimu lagi, jadi aku tidak punya kewajiban untuk menuruti perintahmu."

"Virginia, tunggu!" Ucap Snape berhasil menghentikan langkah gadis itu.

"Mau kemana?"

"Bukan urusanmu."

"Tentu menjadi urusanku, karena ayahmu mempercayakan aku untuk menjagamu."

Virgin berbalik, "Mana mungkin ayahku mengatakan itu? Kau bukan siapa-siapa di keluargaku."

Untold Story (Severus Snape)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang